Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu destinasi andalan, Pattaya di Thailand jelas dikunjungi banyak wisatawan. Selain mendatangkan cuan, kehadiran mereka juga meningkatkan risiko keamanan. Untuk itu, pemerintah kota berencana memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk sistem pengawasan keamanan mereka.
Mengutip The Thaiger, Rabu, 12 Maret 2025, rencana itu dirancang menyusul pertemuan antara Wali Kota Pattaya Poramet Ngampichet dan Kepala Polisi Wisata Pattaya yang baru dilantik, Kolonel Polisi Songwut Chueaplakij, beserta timnya. Mereka membahas rencana mengintegrasikan kamera CCTV dengan AI.
Advertisement
Sistem itu diyakini akan mampu mengidentifikasi dan menganalisis pergerakan, termasuk berjalan, berlari, jatuh, berkelahi, dan potensi aktivitas kriminal. Terhubung ke jaringan teknologi lokal, sistem ini dikatakan memfasilitasi respons penegakan hukum yang lebih cepat dan lebih efektif oleh kota.
Poramet menyebut kotanya sudah memiliki jaringan CCTV yang luas di Pattaya, dengan operasi pengawasan dikelola dari Ruang Kontrol di lantai dua Balai Kota. Sistem ini bekerja sama dengan proyek Komunitas Pariwisata yang Kuat (STC) di Jalan Berjalan, yang diawasi oleh Polisi Wisata.
Poramet bersama Polisi Wisata Pattaya menegaskan bahwa tujuan utama implementasi kamera pengawas berbasis AI adalah untuk memperkuat langkah-langkah keamanan untuk melindungi wisatawan dan penduduk setempat. Pengawasan yang digerakkan oleh AI diharapkan menjadi pencegah terhadap aktivitas kriminal.
Pejabat percaya bahwa keamanan yang ditingkatkan akan semakin memperkuat reputasi Pattaya sebagai tujuan wisata global terkemuka, menurut The Pattaya Mail.
Insiden Kekerasan pada Dokter oleh Turis Israel
Di tempat dan kesempatan berbeda, petugas Imigrasi Thailand akhirnya menangkap dan mendeportasi empat turis Israel dari negaranya. Mereka disebut telah menyebabkan menyebabkan kekacauan di Rumah Sakit Pei dan di tengah masyarakat di utara Provinsi Mae Hong Son.
Mengutip The Thaiger, Senin, 10 Februari 2025, penyebab empat turis Israel dideportasi itu dibagikan oleh tim medis di laman Facebook AggressiveDoctor. Seorang dokter mengungkapkan bahwa ia merasa kelelahan dan tidak aman. Ia takut turis Israel itu mendekati atau menyerangnya di luar rumah sakit.
Menurut dokter tersebut, turis asing itu bersikap agresif selama di rumah sakit. Daftar aksi meresahkan mereka begitu panjang, mulai dari mengacungkan jari tengahnya ke tim medis, meremehkan keterampilan mereka, merokok tembakau dan ganja di dalam rumah sakit, menolak membayar biaya perawatan, mencuri dari rumah sakit, hingga mencoba merusak pintu ruang gawat darurat.
Dokter itu mengaku telah melaporkan kejadian tersebut ke kantor distrik. Bukannya dibela, ia malah disalahkan karena dianggap bisa merusak citra pariwisata Thailand. Dokter tersebut menambahkan bahwa dia tidak tahu harus mencari bantuan ke mana dan sedang mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari rumah sakit untuk melindungi kesehatan fisik dan mentalnya.
Advertisement
Kronologi Turis Israel Ancam Dokter di Rumah Sakit
Salah seorang dokter menjelaskan bahwa sebelum insiden terjadi, ada lima pria Israel tiba di rumah sakit yang salah satunya terluka dalam kecelakaan sepeda motor. Pria Israel yang terluka dilarikan ke ruang gawat darurat untuk mendapatkan perawatan.
Keempat temannya berusaha mengikutinya ke dalam tetapi tim medis menolak mereka masuk, menjelaskan bahwa ruangan itu dibatasi hanya untuk profesional medis. Namun, seorang pria Israel tetap memaksa masuk dengan sedikit membuka pintu untuk melihat temannya yang terluka.
Tim medis terpaksa menghentikan pekerjaan mereka untuk mengeluarkannya dari daerah tersebut. Kawanan turis Israel yang tak terima diusir lantas meluapkan kemarahannya dan menimbulkan keributan di rumah sakit, meski banyak pasien yang menunggu perawatan.
Orang-orang Israel terus berperilaku mengganggu mereka sampai penjaga keamanan rumah sakit mengirim mereka ke kantor polisi. Mereka diidentifikasi bernama Daniel Gagaev, Aviv Rom, Or Emanoel Ashton, dan Dan Niski Niskovaskith.
Setiap orang asing didakwa berdasarkan Pasal 397 Hukum Pidana dengan ancaman denda hingga 5.000 baht. Dalam kasus ini, polisi mendenda setiap pria Israel yang berulah sebesar 3.000 baht atau hanya sekitar Rp1,5 juta. Selain berulah di rumah sakit, para turis Israel itu juga dituding bekerja secara ilegal dan mengemudi sepeda motor tanpa surat izin mengemudi.
Buronan Israel Sembunyi di Thailand
Bukan sekali ini turis Israel berulah di Thailand. Sebelumnya, juga dikutip dari The Thaiger, seorang buronan Israel berusia 27 tahun ditangkap di Pattaya setelah polisi imigrasi Thailand mengetahui bahwa dia dicari pihak keaman karena terlibat kasus penyerangan dengan kekerasan di Tel Aviv.
Tersangka yang diidentifikasi hanya sebagai T, ditangkap pada 3 Februari 2025 setelah polisi menemukannya terdaftar dalam Red Notice Interpol. Petugas menangkapnya karena melebihi masa berlaku visanya dan mencabut izinnya untuk tetap tinggal di Thailand.
Menurut Mayor Jenderal Polisi Chairit Anurit, T dan seorang kaki tangannya membujuk korban ke sebuah apartemen di Tel Aviv. Mereka lalu berulang kali memukulkan botol ke kepalanya dan menikamnya beberapa kali di leher, sehingga korban terluka parah. Pengadilan Distrik Tel Aviv telah mengeluarkan surat perintah penangkapannya atas tuduhan penyerangan berat, dengan ancaman hukuman penjara 23 tahun.
Penyelidik mengungkapkan bahwa setelah serangan itu, T melarikan diri dari Israel menggunakan paspor palsu usai komplotannya ditangkap. Dia kemudian memasuki Thailand dan bersembunyi di Pattaya akhir tahun lalu, berusaha menghindari penangkapan.
Advertisement