Liputan6.com, Jakarta - Al kisah, suatu ketika, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah tentang dahsyatnya hari kiamat. Para sahabat yang hadir saat itu terdiam, larut dalam suasana haru dan ketakutan. Gambaran kehancuran dunia begitu menggetarkan hati, membuat banyak dari mereka menangis.
Namun, di tengah keheningan itu, seorang lelaki dari kalangan Badui justru bertanya dengan nada yang berbeda dari yang lain. Dia menanyakan kapan terjadinya kiamat.
"Ya Rasulullah, mata as-sa’ah? Kapan tepatnya kiamat itu terjadi?" Pertanyaan ini mengejutkan para sahabat.
Ulama yang merupakan murid KH Maimoen Zubair, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dalam sebuah pengajiannya menjelaskan bahwa orang Badui memiliki cara berpikir yang unik dan berbeda dibanding sahabat lainnya. Mereka sering kali bertanya dengan polos tanpa memikirkan adab sebagaimana orang-orang yang lebih berilmu dan saleh.
Dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @MuhammadNurBinYusuf, Gus Baha menyebutkan bahwa reaksi para sahabat sangat beragam. Ada yang merasa jengkel dengan pertanyaan itu, bahkan sebagian merasa heran bagaimana mungkin ada orang yang menanyakan waktu kiamat kepada Rasulullah SAW secara langsung.
Namun, Rasulullah SAW tidak marah. Beliau justru menanggapi dengan kebijaksanaan. "Ma a’dadta laha?" atau "Apa yang telah kamu persiapkan untuk kiamat?" Rasulullah tidak menjawab kapan kiamat akan terjadi, melainkan membalikkan pertanyaan itu kepada si Badui.
Jawaban orang Badui itu pun mengejutkan. "Saya tidak memiliki persiapan khusus, sholat saya biasa saja, puasa saya juga sekadarnya, tetapi saya sangat mencintai Engkau, wahai Rasulullah." Jawaban itu sederhana, tapi mengandung makna yang mendalam.
Mendengar itu, Rasulullah SAW pun bersabda, "Al-mar’u ma’a man ahabba," yang artinya, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya di akhirat." Hadis ini menjadi kabar gembira bagi siapa pun yang mencintai Rasulullah, meskipun amal ibadahnya tidak sebesar para sahabat yang lain.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Sahabat Berbalik Rasa, Sangat Senang pada Orang Badui
Para sahabat yang semula kesal dengan pertanyaan orang Badui itu, mendadak merasa senang dengan jawaban Rasulullah. Bahkan, Anas bin Malik, salah satu sahabat yang meriwayatkan hadis ini, mengatakan bahwa mereka tidak pernah merasa lebih bahagia dibanding mendengar sabda Rasulullah tersebut.
Gus Baha menjelaskan bahwa di balik su’ul adab atau ketidaksopanan si Badui, justru ada barokah besar. Jika ia bertanya secara santun hanya dalam majelis kecil, mungkin hadis ini hanya akan menjadi hadis Ahad, yang hanya diriwayatkan oleh sedikit orang.
Namun, karena pertanyaan itu diajukan di tengah khutbah Rasulullah dan didengar oleh ribuan sahabat, hadis ini menjadi hadis mutawatir, yang tingkat kebenarannya sangat tinggi karena diriwayatkan oleh banyak orang.
"Inilah barokah dari sesuatu yang tampak tidak baik di awalnya," ujar Gus Baha. "Kadang, justru karena ada orang yang su’ul adab, lahirlah kebaikan yang lebih besar."
Menurut Gus Baha, banyak ilmu ditemukan justru dari pertanyaan-pertanyaan unik orang Badui. Mereka berpikir dengan cara yang tidak biasa, sehingga Rasulullah SAW pun memberikan jawaban yang kemudian menjadi ilmu berharga bagi umat Islam.
Para sahabat yang awalnya jengkel akhirnya memahami bahwa pertanyaan si Badui tadi telah membawa manfaat besar. Mereka akhirnya merasa bersyukur karena hadis itu menjadi pegangan bagi banyak orang yang ingin bersama Rasulullah di akhirat.
Gus Baha menegaskan bahwa hadis ini menjadi motivasi bagi umat Islam agar tidak merasa rendah diri dengan amalan yang mereka miliki. "Yang penting adalah kecintaan kita kepada Rasulullah," jelasnya.
Advertisement
Kecintaan Kepada Rasulullah SAW
Namun, bukan berarti seseorang boleh meninggalkan ibadah. Kecintaan kepada Rasulullah seharusnya menjadi dorongan untuk lebih giat dalam beramal, bukan malah menjadi alasan untuk bermalas-malasan.
Dari kisah ini, umat Islam diajarkan bahwa pertanyaan yang tampak sepele bisa membawa ilmu yang besar. Bahkan, ketidaksopanan dalam bertanya pun, jika direspon dengan hikmah, bisa menjadi jalan munculnya ilmu yang bermanfaat.
Barokah dari kisah ini adalah bahwa umat Islam mendapatkan hadis yang begitu kuat tentang pentingnya mencintai Rasulullah. Para ulama sepanjang zaman selalu mengajarkan hadis ini sebagai sumber motivasi bagi kaum Muslimin.
Kisah ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah adalah seorang guru yang sangat bijak. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membimbing umatnya dengan penuh kasih sayang dan kebijaksanaan.
Sebagai umat Islam, pelajaran dari kisah ini adalah agar kita selalu menanamkan kecintaan kepada Rasulullah. Karena dengan cinta itulah, kelak kita akan dikumpulkan bersama beliau di akhirat.
Dengan demikian, pertanyaan unik si Badui yang awalnya dianggap tidak sopan justru menjadi jalan lahirnya salah satu hadis paling menggembirakan bagi umat Islam. Kecintaan kepada Rasulullah adalah jalan menuju kebersamaan dengannya di surga.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul