Cerita WNI Korban Bandar Scamming di Myanmar, Diancam Organ Tubuh Akan Dijual Kalau Tak Capai Target

Pemerintah Indonesia merasa perlu memberikan perhatian khusus kepada ratusan WNI dari Myanmar ini, sebab, selama di sana, mereka bekerja di markas sindikat online scamming.

oleh Pramita Tristiawati Diperbarui 18 Mar 2025, 15:05 WIB
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memastikan 400 WNI yang menjadi korban eksploitasi penipuan daring di Myanmar telah berhasil dikeluarkan dari wilayah konflik Myawaddy dan dipastikan sedang dalam perjalanan kembali ke tanah air. (Tatan SYUFLANA/POOL/AFP)
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memastikan 400 WNI yang menjadi korban eksploitasi penipuan daring di Myanmar telah berhasil dikeluarkan dari wilayah konflik Myawaddy dan dipastikan sedang dalam perjalanan kembali ke tanah air. (Tatan SYUFLANA/POOL/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Budi Gunawan menuturkan, sepulangnya 554 WNI dari Myanmar, mereka akan ditampung terlebih dulu di Asrama Haji Pondok Gede. Hal ini dilakukan untuk melakukan assessment atau pendataan identitas setiap WNI yang sudah berhasil dipulangkan.

Seperti diketahui, atas Kerjasama Indonesia dengan Thailand dan Cina, sebanyak 554 WNI berhasil dievakuasi dari Myanmar. Mereka terdiri dari 449 berjenis kelamin laki-laki, dan 105 lainnya adalah perempuan.

Mereka sudah dievakuasi melalui Bandara Don Mueang Bangkok, yang dilakukan secara bertahap. Sejak kemarin, 17 Maret 2025 sebanyak 200 WNI, lalu hari ini 200 WNI, dan terakhir besok, sebanyak 154 WNI.

"Setibanya di Indonesia, mereka akan ditampung di Asrama Haji Pondok Gede, selama 3 hari, para korban ini juga akan mendapatkan bantuan logistik, layanan kesehatan, serta pendampingan sosial guna memastikan mereka dapat pulih secara mental sebelum dipulangkan ke daerah asal masing-masing,"ungkap Budi Gunawan, Selasa (18/3/2025).

Pemerintah Indonesia merasa perlu memberikan perhatian khusus kepada ratusan WNI dari Myanmar ini, sebab, selama di sana, mereka bekerja di markas sindikat online scamming. Selama bekerja itu pula, para WNI mendapatkan berbagai tekanan dan juga kekerasan fisik.

"Pemukulan dan disetrum, serta pengancaman, terakhir itu ada yang diancam akan diambil organ tubuhnya kalau target yang diberikan para bandar ini tidak bisa dipenuhi," ujarnya.


Pemerintah Bakal Pastikan Korban Atau Indikasi Pelaku

Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono (tengah) memeluk seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang pernah bekerja di pusat penipuan di Myanmar, dengan disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Budi Gunawan (kedua dari kanan), di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Selasa 18 Maret 2025. (Tatan SYUFLANA/POOL/AFP)

 

Bahkan, paspor ratusan WNI ini pun, diambil dan dilarang untuk berkomunikasi ke luar, termasuk dengan keluarga di Indonesia.

"Sehingga dari indikasi dan petunjuk yang ada sangat kuat adanya penyanderaan dalam jaringan mafia online scamming dalam skala besar atau massif," ujarnya.

Sementara, pada saat assessment nanti, akan dilakukan 3 hari. Pemerintah Indonesia akan menyelidiki lebih lanjut, apakah benar 554 orang ini adalah korban, atau malah ada indikasi pelaku.

"Oleh karena itu hasil asesmen ini sangat penting dalam menentukan langkah tindak lanjut tppo baik yg terjadi di dalam negeri maupun luar negeri," ujar dia.

INFOGRAFIS JOURNAL_Apa itu Kejahatan Sosial Enginering Modus Paket Ekspedisi? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya