Ilmuwan AS: Unik! Orang Batak Karo Suka Perempuan Berkaki Besar

Studi University of Washington menemukan fenomena menarik dalam masyarakat Batak Karo. Yang berbeda dengan budaya lainnya di dunia.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 31 Mei 2013, 06:00 WIB
Dari wilayah terpencil nun jauh di Sumatra Utara, para peneliti dari University of Washington, Amerika Serikat, menemukan sebuah fenomena menarik. Yang menjungkirbalikkan anggapan dominan, bahkan lintas-kultural tentang salah satu konsep ideal kaum hawa: kaki kecil yang dianggap indah dan cantik.

Para peneliti menemukan, baik pria maupun perempuan Batak Karo, yang hidup tersebar di komunitas agraris terpencil di Sumut justru tertarik pada wanita dengan telapak kaki besar.

Ini unik. Sebab, berdasarkan laporan yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Human Nature, para peneliti mengatakan, secara biologis, manusia lebih tertarik dengan kaki yang kecil dan tungkai ramping. Terutama kaum adam, yang menganggapnya sebagai tanda pasangan ideal, juga sinyal kesuburan.

Sejarah mencatat tentang tradisi mengikat kaki (foot binding) yang pernah dilakukan di China. Kaki diikat sedemikian rupa sejak kecil, tak terkira sakitnya. Penopang tubuh yang dibengkokkan paksa, dengan tulang patah, bahkan jari yang putus dianggap indah. Kaki kecil menjadi lambang kecantikan seorang wanita. Serupa "lotus".

Geoff Kushnick, penulis utama studi tersebut mengatakan, salah satu alasan preferensi warga Batak Karo yang berbeda terkait dengan latar belakang mereka yang agraris dan kurangnya paparan media Barat, yang membentuk persepsi.

"Fitur universal soal daya tarik fisik biasanya mengarah pada gagasan bahwa kriteria pemilihan pasangan telah 'terprogram' dalam diri manusia yang terus berevolusi sejak ribuan tahun lalu," kata  Kushnick, sepert dimuat situs Nature World, Kamis 30 Mei 2013.

"Dan penelitian terbaru ini mendukung ide bahwa transmisi budaya soal preferensi memilih pasangan, terkait adaptasi dengan lingkungan setempat. Yang bisa mengalahkan sesuatu yang telah terprogram sekalipun."

"Kaki Kecil Tak Cekatan di Sawah"

Dalam eksperimennya, Kushnick dan timnya menyiapkan 5 gambar perempuan dewasa bertelanjang kaki, dengan rambut diikat ke belakang, dan mengenakan kemeja dipadu rok sebetis. Masih-masih relatif identik, dengan perbedaan tak mencolok soal ukuran telapak kaki.

Gambar-gambar itu ditunjukkan ke reponden, 159 orang Batak Karo. Hasilnya mengejutkan, baik pria maupun perempuan memilih gambar yang modelnya punya kaki terbesar. Dianggap paling menarik.

Perbedaan tersebut membuat Kushnick dan timnya bertanya-tanya, mengapa orang  Batak Karo suka perempuan dengan kaki besar.  Sementara, budaya-budaya lain di seluruh dunia menunjukkan kecenderungan sebaliknya.

Untuk mengetahui lebih lanjut,  ia membandingkan dengan hasil studi sebelumnya, yang menunjukkan preferensi masyarakat Iran, Lithuania, Brasil, Amerika Serikat dan India yang memilih kaki kecil. Sebaliknya, warga di Kamboja, Papua Nugini, dan Tanzania suka yang lebih besar.

Dari situ, peneliti mencari hubungan antara preferensi ukuran kaki sebuah masyarakat dan 3 faktor potensial: nilai patriarki, ekologi pedesaan, dan pengaruh media Barat.

Kushnick menetapkan, 2 faktor yakni ekologi dan pengaruh media yang membuat perbedaan signifikan. Yang ketiga bisa diabaikan.

"Pengaruh budaya dan sosial memainkan peran kuat dalam pemilihan pasangan daripada efek psikologi evolusioner."

Dan, pria Karo punya penjelasan cerdas lagi mudah dicerna ketimbang bahasa-bahasa ilmiah. "Kok bisa orang menyukai perempuan dengan kaki kecil? Bagaimana bisa dia bekerja dengan baik di sawah?" (Ein/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya