PT Jasa Marga Tbk (JSMR) tengah merampungkan pembangunan jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai dan Tanjung Benoa sepanjang 12,7 kilometer (km). Proyek tersebut merupakan jalan tol pertama di Indonesia yang dibangun di atas laut.
Apa alasan Jasa Marga membangun tol tersebut?
Komisaris Jasa Marga Ibnu Purna Muchtar menjelaskan, pembangunan jalan tol ini dilatarbelakangi adanya kemacetan dari dan menuju Nusa Dua, Bali yang telah berkembang menjadi salah satu destinasi utama pariwisata dan pusat meeting, incentive, convention and exhibition (MICE) bertaraf internasional.
Saat ini, masyarakat dari arah Denpasar, Kuta atau Bandara Ngurah Rai yang akan menuju Nusa Dua, hanya melalui Jalan Raya Bypass, Ngurah Rai yang telah beroperasi sejak 1960.
"Saat ini bebannya sudah semakin berat, sehingga kepadatan lalu lintas selalu terjadi setiap pagi dan sore hari, salah satunya bisa ditemui di sekitar lampu merah yang ada di sekitar Bandara Ngurah Rai atau Simpang Siur yang menuju ke Denpasar," jelas Ibnu dalam keterangan tertulis, Selasa (11/6/2013).
Menurut survei, lanjut Ibnu, jumlah kendaraan roda empat atau lebih yang melintas di Bypass Ngurah Rai setiap harinya mencapai lebih dari 40 ribu. Belum lagi jumlah sepeda motor yang melintas mencapai 56 ribu lebih. Kemacetan semakin parah apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan tertutupnya jalur Bypass di pertigaan Bandara Ngurah Rai, maka arus kendaraan dari Kuta atau Denpasar yang akan menuju Nusa Dua akan terputus.
Berangkat dari keinginan untuk turut berkontribusi dalam mengurangi kemacetan di Pulau Bali, imbuh Ibnu, Jasa Marga mengajukan usulan, minat dan kesanggupan kepada Pemerintah untuk membangun jalan tol di atas laut dangkal yang membentang sekitar 12,7 km dari Nusa Dua melewati Ngurah Rai dan berakhir di Benoa.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meski bertindak sebagai pemrakarsa, Jasa Marga tetap harus mengikuti proses tender terbuka untuk memperoleh hak pengusahaan jalan tol.
"Alhamdulillah, dengan kemampuan dan pengalaman kami sebagai operator jalan tol selama 35 tahun, kami mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk membangun jalan tol ini," ungkap dia.
Saat ini Jasa Marga tengah merampungkan pembangunan jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai dan Tanjung Benoa merupakan jalan tol pertama di Indonesia yang dibangun di atas laut.
Dengan panjang sekitar 12,7 km, di mana sekitar 10 km berada di atas laut, panjang jembatan tol di Bali ini hampir sama dengan Penang Bridge di Malaysia yang panjangnya mencapai 13,5 km, atau Union Bridge sepanjang 12,9 km di Kanada.
"Desain dan konstruksinya sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putra terbaik bangsa, dan dapat diselesaikan hanya dalam kurun waktu 14 bulan, lebih cepat dari rencana awal," tutur dia.
Tidak hanya desain dan konstruksi, lanjut dia, biaya investasi jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa sekitar Rp 2,4 triliun juga sepenuhnya menggunakan dana internal perusahaan dan sumber–sumber pembiayaan dalam negeri, dengan komposisi 30% dana perusahaan, dan 70% dari pinjaman sindikasi perbankan dalam negeri.
"Kondisi ini berbeda dengan Jembatan Suramadu yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Jalan Tol Nusa Dua Bali murni dibiayai dengan dana perusahaan dan pinjaman korporasi dalam negeri tanpa sedikitpun memberatkan APBN," ungkap Ibnu.
Ibnu berharap jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa ini nantinya dapat diresmikan oleh Presiden dalam waktu dekat sehingga dapat mendukung keberhasilan penyelenggaraan KTT APEC 2013 dan bermanfaat bagi pariwisata dan masyarakat Bali. (Ndw)
Apa alasan Jasa Marga membangun tol tersebut?
Komisaris Jasa Marga Ibnu Purna Muchtar menjelaskan, pembangunan jalan tol ini dilatarbelakangi adanya kemacetan dari dan menuju Nusa Dua, Bali yang telah berkembang menjadi salah satu destinasi utama pariwisata dan pusat meeting, incentive, convention and exhibition (MICE) bertaraf internasional.
Saat ini, masyarakat dari arah Denpasar, Kuta atau Bandara Ngurah Rai yang akan menuju Nusa Dua, hanya melalui Jalan Raya Bypass, Ngurah Rai yang telah beroperasi sejak 1960.
"Saat ini bebannya sudah semakin berat, sehingga kepadatan lalu lintas selalu terjadi setiap pagi dan sore hari, salah satunya bisa ditemui di sekitar lampu merah yang ada di sekitar Bandara Ngurah Rai atau Simpang Siur yang menuju ke Denpasar," jelas Ibnu dalam keterangan tertulis, Selasa (11/6/2013).
Menurut survei, lanjut Ibnu, jumlah kendaraan roda empat atau lebih yang melintas di Bypass Ngurah Rai setiap harinya mencapai lebih dari 40 ribu. Belum lagi jumlah sepeda motor yang melintas mencapai 56 ribu lebih. Kemacetan semakin parah apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan tertutupnya jalur Bypass di pertigaan Bandara Ngurah Rai, maka arus kendaraan dari Kuta atau Denpasar yang akan menuju Nusa Dua akan terputus.
Berangkat dari keinginan untuk turut berkontribusi dalam mengurangi kemacetan di Pulau Bali, imbuh Ibnu, Jasa Marga mengajukan usulan, minat dan kesanggupan kepada Pemerintah untuk membangun jalan tol di atas laut dangkal yang membentang sekitar 12,7 km dari Nusa Dua melewati Ngurah Rai dan berakhir di Benoa.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meski bertindak sebagai pemrakarsa, Jasa Marga tetap harus mengikuti proses tender terbuka untuk memperoleh hak pengusahaan jalan tol.
"Alhamdulillah, dengan kemampuan dan pengalaman kami sebagai operator jalan tol selama 35 tahun, kami mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk membangun jalan tol ini," ungkap dia.
Saat ini Jasa Marga tengah merampungkan pembangunan jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai dan Tanjung Benoa merupakan jalan tol pertama di Indonesia yang dibangun di atas laut.
Dengan panjang sekitar 12,7 km, di mana sekitar 10 km berada di atas laut, panjang jembatan tol di Bali ini hampir sama dengan Penang Bridge di Malaysia yang panjangnya mencapai 13,5 km, atau Union Bridge sepanjang 12,9 km di Kanada.
"Desain dan konstruksinya sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putra terbaik bangsa, dan dapat diselesaikan hanya dalam kurun waktu 14 bulan, lebih cepat dari rencana awal," tutur dia.
Tidak hanya desain dan konstruksi, lanjut dia, biaya investasi jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa sekitar Rp 2,4 triliun juga sepenuhnya menggunakan dana internal perusahaan dan sumber–sumber pembiayaan dalam negeri, dengan komposisi 30% dana perusahaan, dan 70% dari pinjaman sindikasi perbankan dalam negeri.
"Kondisi ini berbeda dengan Jembatan Suramadu yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Jalan Tol Nusa Dua Bali murni dibiayai dengan dana perusahaan dan pinjaman korporasi dalam negeri tanpa sedikitpun memberatkan APBN," ungkap Ibnu.
Ibnu berharap jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa ini nantinya dapat diresmikan oleh Presiden dalam waktu dekat sehingga dapat mendukung keberhasilan penyelenggaraan KTT APEC 2013 dan bermanfaat bagi pariwisata dan masyarakat Bali. (Ndw)