Angela Ahrendts, bos dari merek fashion mewah Burberry menjadi wanita pertama yang menempati urutan teratas CEO dengan penghasilan tertinggi. Penobatan Ahrendts tersebut diperoleh dari hasil survei terhadap perusahaan-perusaahan besar yang terdaftar di bursa saham London, Inggris.
Seperti dilansir dari cnbc.com, Selasa (11/6/2013) Ahrendts yang merupakan penduduk asal Indiana, Amerika serikat membawa pulang uang sebesar 16,9 juta poundsterling atau setara Rp 257,6 miliar tahun lalu. Dari hasil survei Manifest dan konsultan MM&K, penghasilan itu sudah termasuk tunjangan, bonus, dan saham perusahaan.
Gaji Ahrendts diketahui nyaris mencapai 5 juta poundsterling, lebih tinggi daripada CEO perusahaan farmasi Shire yang menempati urutan kedua, Angus Russel. Pendapatan Russel hanya sebesar 21,1 juta poundsterling (Rp 183,8 miliar), setengah dari milik Ahrendts. Mantan pimpinan produsen bir SABMiller, Graham Mackay menempati urutan ketiga dengan gaji 9,7 juta poundsterling (Rp 148,4 miliar) pada 2012.
Total gaji lima orang CEO di peringkat teratas pada tahun lalu jauh lebih rendah dari yang diterima di tahun sebelumnya. Saat itu, CEO Barclyas Bob Diamond berada di posisi pertama dan menerima penghasilan hingga 20,9 juta poundsterling (Rp 318,5 miliar)
Sementara bayaran untuk para CEO terbaik menurun, rata-rata paket pembayaran bos-bos FTSE 100 justru meningkat 10% menjadi 4,5 juta poundsterling (Rp 68,6 miliar). Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya harga saham dan FTSE 100 yang meraih 6% keuntungan pada 2012.
Penelitian tersebut muncul di tengah perdebatan di Inggris tentang paket gaji dan hubungannya dengan kinerja perusahaan.
High Pay Centre menuduh pemasukan para CEO pada program quantitative easing dan kinerja yang dijabarkan terkait struktur gaji sebagai kesalahan besar.
"Targetnya terlalu mudah dicapai, dan penghargaan diberikan pada para bos hanya karena kebetulan ada di tempat yang benar pada waktu yang tepat, bukan karena keberhasilannya, ketahanan manajemen di perusahaannya," ujar kepala High Pay Centre Deobarah Hargreaves.
Ditambahkannya, kondisi ini menunjukkan ketidakadilan di tempat kerja. Inilah saatnya direksi perusahaan melihat lebih dalam soal pembayaran gaji para eksekutif.
Tahun lalu, para investor menolak sejumlah paket gaji CEO dan berakibat pada penurunan gaji CEO Aviva, Andrew Moss.(Shd)
Seperti dilansir dari cnbc.com, Selasa (11/6/2013) Ahrendts yang merupakan penduduk asal Indiana, Amerika serikat membawa pulang uang sebesar 16,9 juta poundsterling atau setara Rp 257,6 miliar tahun lalu. Dari hasil survei Manifest dan konsultan MM&K, penghasilan itu sudah termasuk tunjangan, bonus, dan saham perusahaan.
Gaji Ahrendts diketahui nyaris mencapai 5 juta poundsterling, lebih tinggi daripada CEO perusahaan farmasi Shire yang menempati urutan kedua, Angus Russel. Pendapatan Russel hanya sebesar 21,1 juta poundsterling (Rp 183,8 miliar), setengah dari milik Ahrendts. Mantan pimpinan produsen bir SABMiller, Graham Mackay menempati urutan ketiga dengan gaji 9,7 juta poundsterling (Rp 148,4 miliar) pada 2012.
Total gaji lima orang CEO di peringkat teratas pada tahun lalu jauh lebih rendah dari yang diterima di tahun sebelumnya. Saat itu, CEO Barclyas Bob Diamond berada di posisi pertama dan menerima penghasilan hingga 20,9 juta poundsterling (Rp 318,5 miliar)
Sementara bayaran untuk para CEO terbaik menurun, rata-rata paket pembayaran bos-bos FTSE 100 justru meningkat 10% menjadi 4,5 juta poundsterling (Rp 68,6 miliar). Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya harga saham dan FTSE 100 yang meraih 6% keuntungan pada 2012.
Penelitian tersebut muncul di tengah perdebatan di Inggris tentang paket gaji dan hubungannya dengan kinerja perusahaan.
High Pay Centre menuduh pemasukan para CEO pada program quantitative easing dan kinerja yang dijabarkan terkait struktur gaji sebagai kesalahan besar.
"Targetnya terlalu mudah dicapai, dan penghargaan diberikan pada para bos hanya karena kebetulan ada di tempat yang benar pada waktu yang tepat, bukan karena keberhasilannya, ketahanan manajemen di perusahaannya," ujar kepala High Pay Centre Deobarah Hargreaves.
Ditambahkannya, kondisi ini menunjukkan ketidakadilan di tempat kerja. Inilah saatnya direksi perusahaan melihat lebih dalam soal pembayaran gaji para eksekutif.
Tahun lalu, para investor menolak sejumlah paket gaji CEO dan berakibat pada penurunan gaji CEO Aviva, Andrew Moss.(Shd)