Rupiah Naik Tipis Dibayangi Kebijakan The Fed

Nilai tukar rupiah bergerak tipis dibayangi tren pelemahan pasca penguatan dollar Amerika Serikat (AS).

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 25 Jun 2013, 07:55 WIB
Nilai tukar rupiah bergerak tipis meski masih dalam tren pelemahan pasca penguatan dollar Amerika Serikat (AS) seiring rencana pengurangan stimulus dari Bank Sentral AS (The Fed).

Hal ini disampaikan Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada dalam ulasannya, Selasa (25/6/2013). "Nilai rupiah masih mengalami kenaikan yang tipis, meski ada pengaruh dari dollar AS dan rencana pengurangan stimulus yang datangnya dari The Fed," ujar Reza.

Dia mengungkapkan, belum lagi adanya imbas dari pelemahan mata uang yen dan yuan, yang dipicu rilis awal data manufaktur China yang melambat dan kenaikan tajam tingkat suku bunga antar bank di Shanghai memicu krisis likuiditas perbankan.

Dari sisi lain, apresiasi rupiah yang mengalami kenaikan tipis terjadi setelah pelaku pasar sedikit merespons positif intervensi yang dilakukan dari People's Bank of China (PBoC) ke pasar senilai 50 miliar yuan (US$8,2 miliar).

Dia menambahkan, rilis dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang dipersepsikan akan meringankan beban anggaran negara diharapkan dapat meningkatkan belanja pemerintah di bidang infrastruktur dan lainnya.

"Dari rilis BBM bersubsidi berdampak pada ringannya beban anggaran, sehingga bisa lebih meningkatkan belanja dari Pemerintah," tegasnya.

Sebelumnya, pergerakan nilai tukar rupiah masih nyaman di zona merah, seiring dengan aksi pelaku pasar yang masih beralih ke dollar AS dan rencana pengurangan stimulus The Fed.

Di sisi lain, pemerintah juga telah menaikkan suku bunga acuan dan FASBI untuk mengendalikan laju pelemahan Rupiah.

Tapi, sepertinya tidak banyak berpengaruh karena pelaku pasar lebih mengkhawatirkan efek samping selanjutnya dari hasil keputusan The Fed. (Dis/Nur)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya