Terkuak, Penjara Rahasia Partai Komunis China Khusus Koruptor

Penjara rahasia itu dikenal sebagai "pedang tajam untuk para pejabat partai yang korup". Efektif, meski kontroversial.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 25 Jun 2013, 13:14 WIB
Partai Komunis China punya cara untuk membuat para pejabat dan elit partainya kapok melakukan korupsi. Meski kontroversial.

Terungkap baru-baru ini, para pejabat partai tersangka korupsi akan ditahan di penjara dan diinterogasi oleh partai, di sebuah tahanan rahasia, di luar sistem hukum yang berlaku di negara itu.

Departemen investigasi partai berkuasa di China telah menahan ribuan orang di "shuanggai" -- penjara rahasia mereka-- hanya di tahun ini. Proses yang diterjemahkan sebagai "penunjukkan ganda", tak mengizinkan pengacara atau penasehat hukum mewakili mereka yang ditahan -- yang seringkali juga diinterogasi di hotel, rumah-rumah, atau pangkalan militer.

Seperti dilansir Daily Telegraph, yang dimuat kembali oleh Daily Mail, 24 Juni 2013, tiga pejabat dilaporkan tewas misterius dalam empat bulan terakhir di shuanghai. Sementara ratusan lainnya memilih bunuh diri atau tewas mencurigakan dalam satu dekade terakhir.

Seorang pria dikabarkan mati lemas di dalam selimutnya. sementara lainnya meninggal karena "petak umpet" dengan aparat keamanan, atau seperti dilaporkan Guardian, mengalami mimpi buruk terus-terusan.

Penjara tersebut dikenal sebagai "pedang tajam untuk para pejabat partai yang korup". Demikian menurut laporan dari belakang layar yang muncul 2011 lalu, oleh blogger China, Chu Zhaoxian.

Chu mengatakan, secara resmi, butuh waktu kurang dari 3 hari sebelum pejabat yang diduga korup akhirnya buka mulut, mengakui kesalahannya -- setalah mengalami interogasi, pertanyaan bertubi, dan pemeriksaan psikologis.

Para tahanan juga dilaporkan kurang tidur, dipukuli, disundut rokok, dan waterboarding -- teknik interogasi di mana wajah tahanan ditutupi kain dan diguyur air. Demikian diungkap jurnal Dui Hua Human Rights.

Kamar tahanan dibuat empuk dan kedap suara, ada teralis di jendela, untuk mencegah para tahanan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.

Babak Belur, Bahkan Tewas

Maret lalu, seorang ahli biologi, Guan Shaofeng menghilang dari tempat tinggalnya di kota di utara negeri, Dandong, di Provinsi Liaoning.

Ia ditahan selama 7 hari di shuanggui dan diinterogasi atas dugaan suap senilai 42 ribu yuan atau Rp 67,8 juta oleh salah satu agen partai.

Istrinya, dosen ekonomi Wang Jinping kepada Telegraph mengaku, menemukan suaminya dalam kondisi tulang ekor patah dan tuli di salah satu telinganya, saat ia dipanggil ke sebuah rumah sakit lokal.

"Ia mengaku tak dibolehkan tidur selama 4 hari dan dalam kamera pengawas, yang kami diizinkan untuk melihatnya, sangat jelas bahwa mata kirinya terluka dan suami saya kesulitan bangun dari kursinya," kata dia.

Nyonya Wang menolak tuduhan korupsi yang dialamatkan pada suaminya. Menurut dia, keluarganya berkecukupan karena ditopang dua penghasilan -- dari kepala keluarga dan dirinya. Kini, Guan akan segera menghadapi proses persidangan menurut hukum China -- yang normal.

Data menyebut, tahun ini saja, ada 2.300 pejabat yang didisiplinkan di bawah aturan shuanggui, dalam rangka pemberantasan korupsi. Meski ada juga dugaan bahwa cara ini digunakan menargetkan orang tertentu dalam rangka balas dendam politik.

Sifat kerahasiaan dipilih untuk menyembunyikan  skandal di dalam partai, agar tak merusak reputasinya di dalam negeri dan luar negeri. Belum ada konfirmasi pemerintah China terkait laporan ini.

Tahanan berprofil tinggi adalah mantan Ketua Partai Chongqing Bo Xilai, di tengah skandal dugaan perannya dalam kematian pengusaha Inggris, Neil Heywood.

Dia ditahan selama sepuluh bulan, sebelum diusir dari partai, dan diserahkan ke pengadilan untuk menunggu persidangan untuk kasus korupsi.

Sementara April lalu, Yu Qiyi tewas setelah ditahan 38 hari terkait kasus dugaan suap dalam posisinya sebagai kepala teknisi perusahaan milik negara, Wenzhou Industry Investment Group.

Foto jasadnya yang memar dan babak belur menyebar di dunia maya, menyangkal keterangan versi pemerintah bahwa ia kehilangan nyawa akibat kecelakaan.

Pengakuan juga meluncur dari bibir mantan pejabat pemerintah Li Jianning, yang pernah mengalami perlakuan serupa 1997 lalu.

"Selama 8 hari 7 malam, saya tak diizinkan tidur. Ada 6 orang yang bergiliran menginterogasiku, masing-masing selama 8 jam. Akhirnya aku menyerah dan mengaku menerima suap sebesar 10 ribu yuan atau Rp 16 juta," kata dia, menambahkan, agen yang menangani kasusnya langsung mendapatkan promosi.

Lembaga pembela HAM, Human Rights Watch menentang perlakuan semacam ini pada para pejabat partai, meski para terduga koruptor tak akan mendapat simpati dari rakyat China kebanyakan.

Namun, kata mereka, penahanan paksa sewenang-wenang, tak seperti apa yang diharapkan dilakukan oleh Partai Komunis. Penyelidikan seharusnya dilakukan sesuai aturan dan manusiawi. (Ein/Ary)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya