Sekelompok ilmuwan Jepang dari RIKEN BioResource Centre mengklaim berhasil mengkloning tikus betina. Hanya dari setetes darah.
Detail proses pengkloningan tersebut dijelaskan panjang lebar dalam jurnal Biology of Reproduction yang diterbitkan di Amerika Serikat. Menurut para peneliti, tikus hasil kloningan punya susunan genetik yang sama dengan donornya, juga mampu hidup sampai usia yang sama. Para ahli bahkan yakin, tikus itu bahkan bisa hamil.
Tim yang dipimpin Atsuo Ogura, yang melakukan penelitiannya di Tsukuba, menggunakan darah dari ekor donor -- yang juga tikus. Tahap pertama, para ilmuwan mengekstraksi setetes darah dari ekor itu, memisahkan leukosit atau sel darah putihnya.
Para ilmuwan menggunakan transfer inti sel somatik (SCNT), metode kloning sama yang digunakan oleh Roslin Institute Skotlandia saat mengkloning domba Dolly -- mamalia pertama yang berhasil dikloning.
Meski ada beberapa cara mengkloning tikus, namun seperti diungkap dalam jurnal, studi para ilmuwan "mendemonstrasikan untuk kami pertamanya bahwa tikus bisa dikloning menggunakan inti sel darah perifer".
Menurut para ahli, si tikus donor tak perlu ditidurkan saat darah diambil dari ekornya. Darah yang dikumpulkan pun bisa secepatnya digunakan dalam proses kloning.
"Teknik ini bisa diaplikasikan untuk menghasilkan salinan genetik strain berharga dari tikus, yang tak bisa diawetkan oleh teknik reproduksi lainnya, seperti fertilisasi in vitro konvensional atau injeksi sperma intracytoplasmic," demikian ungkap ilmuwan dalam jurnal, seperti dimuat Japan Daily Press, 27 Juni 2013.
Dengan kesuksesan kloning tersebut, para ilmuwan berharap bisa menggunakannya untuk produksi massal hewan ternak. Juga mengkloning binatang yang terancam punah.
Bisa Mengkloning Mammoth?
Jika setetes darah bisa menghasilkan tikus kloning, bagaimana dengan mammoth?
Sebelumnya, para arkeolog menemukan cairan yang diyakini darah dari bangkai mammoth yang diawetkan relatif baik dalam dinginnya es di Siberia.
Peneliti dari Northeast Federal University menemukan bangkai mammoth betina berusia 10.000 tahun yang terkubur di lapisan es di Pulau Lyakhovsky di lepas pantai timur laut Rusia.
"Darah itu sangat gelap, ditemukan di dalam rongga bawah perut yang membeku. Saat kita menusuknya, darah mengalir keluar," kata Kepala Ekspedisi Mammoth Museum Semyon Grigoriev seperti dilansir dari CNN.
Grigoriev mengatakan cairan darah makhluk purba itu adalah "material tak ternilai harganya". Selanjutnya, bekerja sama dengan ilmuwan Korea Selatan, mereka akan menghidupkan kembali mahluk berbulu itu. Dengan cara kloning. (Ein/Sss)
Baca juga: Ilmuwan Berhasil Tiru Teknik Kloning Domba Dolly pada Manusia!
Detail proses pengkloningan tersebut dijelaskan panjang lebar dalam jurnal Biology of Reproduction yang diterbitkan di Amerika Serikat. Menurut para peneliti, tikus hasil kloningan punya susunan genetik yang sama dengan donornya, juga mampu hidup sampai usia yang sama. Para ahli bahkan yakin, tikus itu bahkan bisa hamil.
Tim yang dipimpin Atsuo Ogura, yang melakukan penelitiannya di Tsukuba, menggunakan darah dari ekor donor -- yang juga tikus. Tahap pertama, para ilmuwan mengekstraksi setetes darah dari ekor itu, memisahkan leukosit atau sel darah putihnya.
Para ilmuwan menggunakan transfer inti sel somatik (SCNT), metode kloning sama yang digunakan oleh Roslin Institute Skotlandia saat mengkloning domba Dolly -- mamalia pertama yang berhasil dikloning.
Meski ada beberapa cara mengkloning tikus, namun seperti diungkap dalam jurnal, studi para ilmuwan "mendemonstrasikan untuk kami pertamanya bahwa tikus bisa dikloning menggunakan inti sel darah perifer".
Menurut para ahli, si tikus donor tak perlu ditidurkan saat darah diambil dari ekornya. Darah yang dikumpulkan pun bisa secepatnya digunakan dalam proses kloning.
"Teknik ini bisa diaplikasikan untuk menghasilkan salinan genetik strain berharga dari tikus, yang tak bisa diawetkan oleh teknik reproduksi lainnya, seperti fertilisasi in vitro konvensional atau injeksi sperma intracytoplasmic," demikian ungkap ilmuwan dalam jurnal, seperti dimuat Japan Daily Press, 27 Juni 2013.
Dengan kesuksesan kloning tersebut, para ilmuwan berharap bisa menggunakannya untuk produksi massal hewan ternak. Juga mengkloning binatang yang terancam punah.
Bisa Mengkloning Mammoth?
Jika setetes darah bisa menghasilkan tikus kloning, bagaimana dengan mammoth?
Sebelumnya, para arkeolog menemukan cairan yang diyakini darah dari bangkai mammoth yang diawetkan relatif baik dalam dinginnya es di Siberia.
Peneliti dari Northeast Federal University menemukan bangkai mammoth betina berusia 10.000 tahun yang terkubur di lapisan es di Pulau Lyakhovsky di lepas pantai timur laut Rusia.
"Darah itu sangat gelap, ditemukan di dalam rongga bawah perut yang membeku. Saat kita menusuknya, darah mengalir keluar," kata Kepala Ekspedisi Mammoth Museum Semyon Grigoriev seperti dilansir dari CNN.
Grigoriev mengatakan cairan darah makhluk purba itu adalah "material tak ternilai harganya". Selanjutnya, bekerja sama dengan ilmuwan Korea Selatan, mereka akan menghidupkan kembali mahluk berbulu itu. Dengan cara kloning. (Ein/Sss)
Baca juga: Ilmuwan Berhasil Tiru Teknik Kloning Domba Dolly pada Manusia!