Aksi `Jual Ginjal Demi Ijazah` Sugiyanto Ketuk Hati Menteri M Nuh

M Nuh dijadwalkan akan bertemu Sugiyanto untuk membicarakan masalah ijazah.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 28 Jun 2013, 12:27 WIB
Aksi Sugiyanto (45), seorang ayah yang rela menjual ginjal demi menebus ijazah anaknya yang tertahan, mengetuk pintu hati Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh. Oleh karena itu, M Nuh dijadwalkan akan bertemu Sugiyanto untuk membicarakan masalah ijazah anaknya yang tertahan tersebut.

"Mendikbud Mohammad Nuh akan menerima Bapak Sugiyanto, orangtua siswa yang menurut pengakuannya akan menjual ginjalnya guna menebus ijazah anaknya yang ditahan sekolah," ungkap Humas Kemendikbud Taufik Dahlan dalam pesan singkat yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Jumat (28/6/2013).

Taufik menuturkan, Sugiyanto akan diterima langsung di ruangan pribadi Nuh di Gedung A Kemendikbud, lantai 2. "Rencananya bertemu pukul 14.00 WIB," ucapnya.

Sebelumnya, Sugiyanto nekat "menjajakan" ginjalnya di Bundaran Hotel Indonesia demi mendapatkan uang untuk menebus ijazah anaknya yang ditahan pihak sekolah. Total biaya yang harus ditebusnya mencapai Rp 70 juta karena sejak 2005, ada biaya administrasi yang dikenakan sebesar Rp 20 ribu per harinya.

Aksi serupa yakni jual ginjal, setelah ditelusuri Liputan6.com, ternyata banyak terjadi. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Hipertensi Dr Rully Roesly mengatakan, hampir tiap bulan mendapat surat berisi tawaran dari orang yang berniat menjual ginjal.

Penjualan ginjal sebenarnya sudah diatur oleh UU Kesehatan. Pihak yang melanggar bisa dikenakan hukuman penjara dan denda maksimal mencapai Rp 1 miliar.

Aksi Sugiyanto tersebut juga sudah sampai di telinga Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri. Salim pun bersimpati dan mengatakan tindakan seperti itu tidak seharusnya dilakukan.

"Ini cukup memprihatinkan kalau sampai jual ginjal untuk ijazah anaknya, belum tentu bisa hidup. Saya kira ini tidak sesuai. Ini perlu kita cari solusi, harus dilarang juga tindakannya itu," tegas Salim Segaf usai memberikan keterangan terkait BLSM di Kantor Kemensos, Jakarta, Kamis 27 Juni kemarin.

Salim Segaf menerangkan, seandainya ginjal Sugiyanto ada yang mau membeli, harapan untuk melihat anaknya melanjutkan pendidikan belum tentu akan terwujud. "Bila terjadi, anaknya bisa dapat ijazah, tapi dia sudah meninggal dulu dan tidak bisa melihat anaknya," katanya. (Ein/Sss)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya