Ribuan wisatawan dari berbagai daerah menyaksikan tradisi ruwatan massal anak berambut gimbal di Kawasan Wisata Dataran Tinggi (KWDT) Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu.
Ritual inti pergelaran Dieng Culture Festival (DCF) ini diawali kirab yang mengambil start dari halaman rumah pemangku adat masyarakat Dieng, Mbah Naryono, menuju lokasi ruwatan di kompleks Candi Arjuna.
Ruwatan ini diikuti 7 anak berambut gimbal. Mereka yakni Sri Nuria (7) dari Banjarnegara, Lista dari Wonosobo, Argifari Yulianto (7) dari Banjarnegara, Mazaya Filza Labibah (6) dari Bekasi, Alira (3) dari Wonosobo, Sasabila (6) dari Wonosobo, dan Tita (5) dari Wonosobo. Seluruhnya mengenakan kain dan ikat kepala berwarna putih.
Sementara barisan kirab yang mengiringi 2 delman yang ditumpangi 7 anak gimbal terdiri pengawal utama. Para pengawal itu yakni 2 tokoh sesepuh "Cucuk Ing Ngayodya", 2 orang pembawa tungku dupa penolak bala, para prajurit pembawa tombak, keris dan pusaka lainnya, serta dua orang pembawa bunga "cucuk lampah" (pembuka jalan).
Selain itu, barisan para pembawa permintaan (sesaji dan ubo rampe) anak gimbal sudah berbaris. Mereka yakni pembawa "buju abang", "buju putih", "buju ireng", "buju kuning", "buju robyang", "buju kelung", "buju sanggabuwana", "buju tulak", "buju panggang", "buju kupat", "rakan jajan pasar", "rakan buah", kelapa muda hijau, pisang raja emas, kinang, alat rias, berbagai cangkir dengan 14 jenis minuman, dan "bobo ronyang".
Kirab yang dilakukan dengan berkeliling desa juga diikuti para sesepuh, tokoh masyarakat, kelompok paguyuban seni tradisional, dan masyarakat.
Sesampainya di kompleks Candi Arjuna, tujuh anak berambut gimbal itu segera dibawa menuju ke Sendang Maerokotjo atau Sendang Sedayu. Selanjutnya dilakukan penjamasan atau pencucian sebelum rambut gimbalnya dipotong.
Prosesi penjamasan dipimpin langsung Mbah Naryono menggunakan air jamasan yang ditambah kembang tujuh rupa serta air dari tuk (mata air) Bimalukar, tuk Sendang Buana (Kali Bana), tuk Kencen, Tuk Goa Sumur, Kali Pepek, dan tuk Sibido (tuk Pitu). Setelah prosesi penjamasan selesai, anak-anak berambut gimbal dikawal menuju tempat pencukuran di Candi Puntadewa, kompleks Candi Arjuna.
Sebelum ruwatan atau pencukuran rambut gimbal dimulai, Mbah Naryono terlebih dulu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa guna memohon keselamatan dan kesehatan bagi anak-anak berambut gimbal yang hendak diruwat.
Sementara prosesi ruwatan atau pemotongan rambut gimbal dilakukan oleh para pejabat dan tamu undangan yang telah ditunjuk oleh panitia, serta dengan iringan tembang macapat Dandanggula.
Pejabat dan tamu yang ditunjuk, diantaranya Bupati Banjarnegara Sutedjo Utomo yang memotong rambut gimbal Sri Nuria. Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno memotong rambut gimbal Lista. Duta Besar Slovakia Stefan Rozkopal memotong rambut gimbal Argifari Yulianto. Duta Besar Republik Seychelles Nico Barito memotong rambut gimbal Mazaya Filza Labibah.
Setelah prosesi pemotongan rambut gimbal selesai, acara dilanjutkan dengan tasyakuran. Sedangkan potongan rambut-rambut gimbal selanjutnya dilarung di Telaga Balekambang. Salah seorang wisatawan dari Jakarta, Candra mengaku baru pertama kali menyaksikan prosesi ruwatan rambut gimbal.
"Kegiatan semacam ini sangat jarang digelar. Kalaupun ada di Jakarta, hanya ruwatan biasa, bukan ruwatan untuk anak-anak berambut gimbal," katanya. Oleh karena itu, dia mengaku senang bisa menyaksikan secara langsung ruwatan anak berambut gimbal. "Kebetulan saya sedang berwisata di sini dan ada ruwatan massal anak berambut gimbal." (Ant/Ism)
Ritual inti pergelaran Dieng Culture Festival (DCF) ini diawali kirab yang mengambil start dari halaman rumah pemangku adat masyarakat Dieng, Mbah Naryono, menuju lokasi ruwatan di kompleks Candi Arjuna.
Ruwatan ini diikuti 7 anak berambut gimbal. Mereka yakni Sri Nuria (7) dari Banjarnegara, Lista dari Wonosobo, Argifari Yulianto (7) dari Banjarnegara, Mazaya Filza Labibah (6) dari Bekasi, Alira (3) dari Wonosobo, Sasabila (6) dari Wonosobo, dan Tita (5) dari Wonosobo. Seluruhnya mengenakan kain dan ikat kepala berwarna putih.
Sementara barisan kirab yang mengiringi 2 delman yang ditumpangi 7 anak gimbal terdiri pengawal utama. Para pengawal itu yakni 2 tokoh sesepuh "Cucuk Ing Ngayodya", 2 orang pembawa tungku dupa penolak bala, para prajurit pembawa tombak, keris dan pusaka lainnya, serta dua orang pembawa bunga "cucuk lampah" (pembuka jalan).
Selain itu, barisan para pembawa permintaan (sesaji dan ubo rampe) anak gimbal sudah berbaris. Mereka yakni pembawa "buju abang", "buju putih", "buju ireng", "buju kuning", "buju robyang", "buju kelung", "buju sanggabuwana", "buju tulak", "buju panggang", "buju kupat", "rakan jajan pasar", "rakan buah", kelapa muda hijau, pisang raja emas, kinang, alat rias, berbagai cangkir dengan 14 jenis minuman, dan "bobo ronyang".
Kirab yang dilakukan dengan berkeliling desa juga diikuti para sesepuh, tokoh masyarakat, kelompok paguyuban seni tradisional, dan masyarakat.
Sesampainya di kompleks Candi Arjuna, tujuh anak berambut gimbal itu segera dibawa menuju ke Sendang Maerokotjo atau Sendang Sedayu. Selanjutnya dilakukan penjamasan atau pencucian sebelum rambut gimbalnya dipotong.
Prosesi penjamasan dipimpin langsung Mbah Naryono menggunakan air jamasan yang ditambah kembang tujuh rupa serta air dari tuk (mata air) Bimalukar, tuk Sendang Buana (Kali Bana), tuk Kencen, Tuk Goa Sumur, Kali Pepek, dan tuk Sibido (tuk Pitu). Setelah prosesi penjamasan selesai, anak-anak berambut gimbal dikawal menuju tempat pencukuran di Candi Puntadewa, kompleks Candi Arjuna.
Sebelum ruwatan atau pencukuran rambut gimbal dimulai, Mbah Naryono terlebih dulu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa guna memohon keselamatan dan kesehatan bagi anak-anak berambut gimbal yang hendak diruwat.
Sementara prosesi ruwatan atau pemotongan rambut gimbal dilakukan oleh para pejabat dan tamu undangan yang telah ditunjuk oleh panitia, serta dengan iringan tembang macapat Dandanggula.
Pejabat dan tamu yang ditunjuk, diantaranya Bupati Banjarnegara Sutedjo Utomo yang memotong rambut gimbal Sri Nuria. Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno memotong rambut gimbal Lista. Duta Besar Slovakia Stefan Rozkopal memotong rambut gimbal Argifari Yulianto. Duta Besar Republik Seychelles Nico Barito memotong rambut gimbal Mazaya Filza Labibah.
Setelah prosesi pemotongan rambut gimbal selesai, acara dilanjutkan dengan tasyakuran. Sedangkan potongan rambut-rambut gimbal selanjutnya dilarung di Telaga Balekambang. Salah seorang wisatawan dari Jakarta, Candra mengaku baru pertama kali menyaksikan prosesi ruwatan rambut gimbal.
"Kegiatan semacam ini sangat jarang digelar. Kalaupun ada di Jakarta, hanya ruwatan biasa, bukan ruwatan untuk anak-anak berambut gimbal," katanya. Oleh karena itu, dia mengaku senang bisa menyaksikan secara langsung ruwatan anak berambut gimbal. "Kebetulan saya sedang berwisata di sini dan ada ruwatan massal anak berambut gimbal." (Ant/Ism)