Pedagang Stasiun Gondangdia Ingin Tempat Penampungan Sementara

Dengan alasan revitalisasi, PT KAI menggusur ratusan pedagang di Stasiun Gondangdia.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 01 Jul 2013, 11:48 WIB
Dengan alasan revitalisasi, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggusur ratusan pedagang di Stasiun Gondangdia. Namun, para pedagang menolak keras. Mereka menuntut kejelasan nasib selama proses revitalisasi berlangsung, setidaknya harus ada relokasi dari PT KAI.

"Nggak ada relokasi, digusur gitu saja. Kami ingin ada tempat penampungan sementara sambil menunggu direnovasi," kata Edi Kurniadi salah satu pedagang di Stasiun Gondangdia, Jakarta, Senin (1/7/2013).

"Kami terus menanyakan, apakah setelah ini (direnovasi) kami tetap boleh berdagang. Sampai sekarang tidak ada jawaban itu," kata pedagang nasi khas Sunda itu sambil memegang spanduk penolakan penggusuran.

Edi menyayangkan sikap PT KAI yang tidak pernah berdialog mengenai penggusuran ini. Tiba-tiba saja PT KAI mengirim surat perintah pengosongan kepada pedagang. Padahal banyak pedagang yang sudah berjualan belasan tahun, seperti Edi yang telah mencari nafkah di tempat itu  selama 14 tahun.

"Surat baru sampai hari Jumat (28/6). Tanggal 3 Juli harus dikosongkan. Kami kapan memindahkan barang? Mau ke mana juga kami tidak tahu," lirihnya.

"Kami tidak mau pindah. Kami ingin tetap bisa berdagang di sini. Semua pedagang sudah seperti saudara, seperti kampung halaman. Kami hanya minta disediakan tempat sementara lalu bisa berdagang kembali. Bayar pun tidak apa-apa," ucap Edi.

Mengamini ucapan Edi, Sananghati yang berjualan nasi Padang pun tak ingin pindah. Sudah 8 tahun dia berdagang di stasiun ini. Padahal setiap tahun, wanita Minang ini membayar Rp 9 juta untuk biaya sewa 2 kios kepada PT KAI. Namun 2 tahun belakangan, PT KAI menolak dibayar dan tidak memperpanjang kontrak.

 "Kalau pun harus bayar. Kami bayar. Selama ini juga kami bayar. Tapi PT KAI menolak dibayar. Kami di sini mencari nafkah, apalagi mau bulan puasa. Tolonglah kami diberi tenggang waktu, paling tidak sampai kami dapat tempat," keluh Sananghati. (Ndy/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya