Konsultan lokal dinilai masih belum mampu bersaing dengan konsultan asal luar negeri. Banyak kontrak besar masih diraup konsultan asing yang mestinya menjadi jalan konsultan lokal berkembang.
Ini diungkapkan Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Dedy Supriadi Priatna yang mencontohkan, proyek Mass Rapid Transit (MRT) dengan rute Lebak Bulus-Hotel Indonesia senilai Rp 15 triliun yang memakai konsultan asing.
Proyek besar lain yang juga dikuasai asing seperti pembangunan MRT rute Hotel Indonesia-Kota dengan nilai proyek Rp 13 triliun. Nilai proyek keduanya mencapai Rp 28 triliun dan kini dikuasai konsultan asing.
"Indonesia memang ada tetapi kecil sekali, diproses tender kita selalu kalah," ujar dia saat Seminar Potensi Pasar dan Pengembangan SDM di Bidang Perkeretaapian di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (2/7/2013).
Menurutnya, porsi untuk pinjaman asing dalam proyek-proyek Public Privat Partnership (PPP) sebenarnya sendiri tidak terlalu banyak hanya berkisar 15%-20%. Namun yang dikerjakan itu merupakan proyek-proyek besar.
"Yang saya sayangkan konsultan dalam negeri belum mampu menangani di proyek-proyek besar ini, yang ada proyek kecil tetapi dibagi-bagi, saya maunya konsultan itu mengerjakan proyek besar," tutur dia.
Dia menilai seharusnya konsultan lokal memiliki sumber daya manusia (SDM) yang bersertifikat dan memiliki keahlian yang mendapatkan pengakuan dunia.
Selain itu perusahaan konsultan lokal juga harus mempunyai kualifikasi standar internasional sehingga bisa mengikuti tender internasional di bank dunia dan memakai dana bank dunia.
"Supaya terpenuhi tenaga ahlinya harus mumpuni, permodalan harus bagus, manajemen harus oke dan pengalaman harus ada," tandas dia. (Den/Nur)
Ini diungkapkan Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Dedy Supriadi Priatna yang mencontohkan, proyek Mass Rapid Transit (MRT) dengan rute Lebak Bulus-Hotel Indonesia senilai Rp 15 triliun yang memakai konsultan asing.
Proyek besar lain yang juga dikuasai asing seperti pembangunan MRT rute Hotel Indonesia-Kota dengan nilai proyek Rp 13 triliun. Nilai proyek keduanya mencapai Rp 28 triliun dan kini dikuasai konsultan asing.
"Indonesia memang ada tetapi kecil sekali, diproses tender kita selalu kalah," ujar dia saat Seminar Potensi Pasar dan Pengembangan SDM di Bidang Perkeretaapian di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (2/7/2013).
Menurutnya, porsi untuk pinjaman asing dalam proyek-proyek Public Privat Partnership (PPP) sebenarnya sendiri tidak terlalu banyak hanya berkisar 15%-20%. Namun yang dikerjakan itu merupakan proyek-proyek besar.
"Yang saya sayangkan konsultan dalam negeri belum mampu menangani di proyek-proyek besar ini, yang ada proyek kecil tetapi dibagi-bagi, saya maunya konsultan itu mengerjakan proyek besar," tutur dia.
Dia menilai seharusnya konsultan lokal memiliki sumber daya manusia (SDM) yang bersertifikat dan memiliki keahlian yang mendapatkan pengakuan dunia.
Selain itu perusahaan konsultan lokal juga harus mempunyai kualifikasi standar internasional sehingga bisa mengikuti tender internasional di bank dunia dan memakai dana bank dunia.
"Supaya terpenuhi tenaga ahlinya harus mumpuni, permodalan harus bagus, manajemen harus oke dan pengalaman harus ada," tandas dia. (Den/Nur)