Roh Nelson Mandela Sulit Lepas, Tersandera Perselisihan Keluarga

Menurut sejumlah tetua dalam klannya, saat keluarganya sedang "berperang", roh Mandela tak akan bisa damai.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 02 Jul 2013, 15:22 WIB
Saat Nelson Mandela sedang berjuang untuk bertahan hidup di Rumah Sakit Pretoria, media di Afrika Selatan ramai memberitakan rincian seram perselisihan anggota keluarga "Sang Madiba".

Seperti dimuat BBC, Selasa (2/7/2013), sejumlah anggota keluarga memperkarakan cucu tertua Mandela, Mandla ke pengadilan, supaya mereka bisa menggali jasad 3 anak Madiba -- agar bisa dimakamkan di makam keluarga di Qunu, di mana Nelson Mandela ingin dikebumikan nantinya.

Perselisihan terkait penggalian jasad adalah sinyal perseteruan dan tak rukunnya keluarga besar Mandela yang kompleks: terdiri dari 2 istri, 3 anak yang masih hidup, 17 cucu, dan 12 cicit.

Menurut sejumlah tetua dalam klannya, saat keluarganya sedang "berperang", roh Mandela tak akan bisa damai.

Sebab Perselisihan

Pengajuan 16 anggota keluarga Mandela dan pemuka adat lokal dikabulkan pekan lalu oleh Pengadilan Tinggi Mthatha, untuk menggali jasad 3 anak Mandela, dan mengembalikannya ke Qunu.

Namun, Mandla Mandela yang tinggal di Mvezo sejak 2001, yang berjarak 22 km dari Mvezo, menentang putusan itu.

Ketiga jasad yang dipersengketakan tersebut adalah Makgatho Mandela, ayah Mandla yang meninggal akibat penyakit terkait AIDS; Thembekile yang meninggal tahun 1969 akibat kecelakaan mobil; dan Makaziwe, anak perempuan Mandela yang meninggal saat berusia 9 bulan -- semua dari istri pertama Mandela.

Sebelumnya, jasad ketiganya digali oleh Mandla, tanpa berkonsultasi dengan keluarga yang lainnya dan para tetua di kerajaan AbaThembu, tempat Mandela dilahirkan.

Sementara perselisihan ini terlihat rumit bagi orang luar, ia memuat simbol Afsel yang terdalam: mengganggu si mati diyakini sebagai "pertanda buruk" dalam budaya tradisional.

Pertarungan Kekuasaan?

Sejumlah kerabat dan tetua meyakini, penyakit yang mendera Mandela adalah pesan dari para nenek moyang -- pertanda mereka tak senang dengannya.

Roh Mandela juga diyakini terganggu perselisihan dalam keluarganya. Itu sebabnya ia tak "lepas". Sulit untuk meninggal.

Perselisihan juga menimbulkan pertanyaan, siapa yang akan menggantikan Mandela sebagai kepala keluarga besar?

Mandela sebelumnya menominasikan Mandla, pewaris lelaki tertua, sebagai Kepala Zwelivelile dalam masyarakat Tembu, menggantikan kedudukan ayahnya. Mandla juga menjabat sebagai anggota dewan dari partai berkuasa,  African National Congress (ANC).

Namun, banyak yang tak senang dengan Mandla. Termasuk Makaziwe anak tertua Mandela yang bertahan hidup.

Rencananya untuk membuka pusat warisan di Mvezo untuk menghormati Mandela, membuat keluarganya yang lain sakit hati.

Dalam sengketa terpisah atas warisan Mandela, 2 putrinya, Makaziwe dan Zenani, mengajukan ke gugatan untuk menyingkirkan 3 orang dekat Mandla dari perusahaan Mandela. Keduanya menginginkan kontrol atas perusahaan yang dikatakan bernilai jutaan dolar.

Makaziwe pekan lalu juga menggelar "ibhunga" - pertemuan tradisional - untuk menghukum Mandla yang dianggap salah memindahkan kubur 3 anggota keluarga.

Beberapa percaya, kepala keluarga (Mandela) yang sakit perlu mengetahui masalah ini telah diselesaikan, sebelum ia bisa tenang. Menuju alam baka.

Menurut "isintu" - budaya tradisional Afrika Selatan - salah satu alasan seseorang bertarung antara hidup dan mati adalah karena mereka memiliki "masalah yang belum selesai".

Pihak kerajaan Aba Thembu telah mengadakan pertemuan pada 8 Juli di Qunu untuk mencoba dan menyelesaikan masalah keluarga Mandela, demikian laporan kantor berita Sapa.

Penyesalan

Mandela adalah pemersatu keluarganya, dan dengan cara yang sama menyatukan kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan, setelah mengakhiri apartheid tahun 1994.

Dikuburkan bersama keluarga besar adalah harapan Mandela. Sebab, salah satu penyesalan terbesar Mandela adalah tak melihat anak-anaknya tumbuh dewasa.

Kala itu ia mendedikasikan hidupnya untuk politik dan menghabiskan 27 tahun penjara karena penentangannya terhadap kekuasaan minoritas kulit putih. (Ein/Sss)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya