`Ahok` dan Kisah Pemulung di Monas

Ahok bercerita, Pesta Rakyat yang digelar di Monas telah mampu mengumpulkan warga Jakarta dari berbagai kalangan.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 04 Jul 2013, 08:11 WIB
Pesta Rakyat Jakarta yang digelar Pemprov DKI di Monas beberapa waktu lalu, sukses menarik perhatian warga ibukota. Dari rakyat biasa hingga pejabat, larut dalam acara itu.

Akun twitter @Ahok_BasukiTP pun mengungkap kesuksesan pesta rakyat itu. Ia menilai pesta rakyat yang kembali dihadirkan untuk masyarakat Jakarta cukup berhasil karena sudah mampu mengumpulkan masyarakat dari berbagai kalangan. "Ada menteri, anak menteri, seniman, pengusaha, politisi dan sejumlah pesohor. Mereka berada dalam satu tempat bersama mahasiswa, PKL, dan pemulung sampah," tulis @Ahok_BasukiTP, Rabu (3/7/2013).

Ia mencontohkan beberapa kelompok yang mendapat manfaat dari pesta rakyat. Salah satunya, pemulung di Monas yang ditemui seusai menonton pentas tari kolosal Ariah. Ia bercerita, saat itu ada pria bernama Mujahidin bertemu dirinya di Jakarta saat memanggul karung yang berisi botol plastik, kaleng minuman, dan kardus bekas.

Mujahidin, kata @Ahok_BasukiTP, bersuka ria di antara serakan sampah yang dibuang orang, karena dari sampah, pemulung tersebut dapat menambah penghasilannya, dari Rp 30 ribu menjadi Rp 100 ribu per hari. "Mungkin bagi sebagian orang, nilai uang itu hanya cukup untuk sekali atau dua kali makan. Namun, bagi Mujahidin, nilai uang itu sudah sangat luar biasa baginya," imbuhnya.

Selain Mujahidin, ada pula pedagang minuman Juhari yang merasakan manisnya keramaian Monas. @Ahok_BasukiTP mengaku juga mendapat cerita dari Juhari yang mengaku lebih sering berjualan di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran. Namun, tahun ini, Juhari pindah dan memilih pesta rakyat di Monas.

"Keputusan Juhari beralasan, sebab, sepanjang libur sekolah, Monas menjadi tujuan wisatawan domestik dan mancanegara," tutur dia.

Tidak hanya itu, @Ahok_BasukiTP juga merasa, dengan dihadirkannya kembali pesta rakyat di Monas dapat menjadi momentum untuk memanfaatkan ruang terbuka sebagai sarana rekreasi. "Ulang tahun Kota Jakarta tahun ini menjadi momentum menghidupkan ruang publik yang selama ini mati total. Ruang publik bukanlah perhiasan kota, melainkan tempat interaksi warga tanpa batas," ungkap dia.

Apalagi di tempat yang sama, Presiden RI Soekarno pernah memimpin Rapat Raksasa bersejarah pada 19 September 1945, yang kemudian mewarnai sejarah perjalanan bangsa. Sejak digelarnya berbagai macam acara seperti, Pekan Produk Kreatif Daerah, Jakarta Night Festival, Pameran Monorel Jakarta, Jakarnaval, pertunjukan tarian Kolosal Ariah, dan pemilihan Abang-None Jakarta, Monas memang tidak pernah sepi dari pengunjung. (Eks/Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya