Moammar Khadafi, mantan diktator Libya sudah lama tewas, pada Kamis 20 Oktober 2011, setelah jadi bulan-bulanan rakyatnya sendiri -- ditarik dari gorong-gorong limbah tempatnya bersembunyi, dihakimi massa, dengan luka tembak di bagian punggungnya.
Namun, kehidupan "Singa Afrika" yang flamboyan, dikelilingi perempuan dan barisan pengawal perawan baru-baru ini kembali mencuat. Ini gara-gara pengakuan seorang wanita bernama Soraya. Ia mengaku sebagai budak seks Khadafi.
Soraya mengaku berusia 15 tahun pada April 2004 saat dipilih Khadafi untuk menjadi salah satu budak nafsunya. Kisah nestapa Soraya, oleh jurnalis Prancis Annick Cojean diangkat dalam buku berjudul "Gaddafi’s Harem: The Story of a Young Woman and the Abuses of Power in Libya" -- "Harem Khadafi: Kisah Gadis Muda dan Penyalahgunaan Kekuasaan di Libya".
Pertemuan pertamanya dengan Khadafi terjadi saat sang diktator mengunjungi sekolahnya. Soraya yang kala itu masih gadis muda itu ditugaskan untuk mempersembahkan buket bunga pada penguasa Libya itu.
"Bayangkan bagaimana senangnya saya saat itu," kata Soraya, seperti dimuat Daily Mail, 7 Juli 2013. "Melihat Khadafi secara langsung...Wajahnya bahkan sudah aku kenal sejak lahir."
Kontak pertama itu berlangsung wajar. Jantung soraya berdebar saat menyerahkan buket bunga itu ke Khadafi, lalu berlutut, dan mencium tangannya. Sang diktator balas menepuk kepalanya. Hanya itu.
Namun yang tak diketahui Soraya, tepukan Khadafi di kepalanya punya arti lain: ia memilihnya sebagai pemuas nafsu.
Hari berikutnya, tiga anggota pengawal Amazon -- pengawal Khadafi, yang semuanya perempuan dan harus masih perawan saat bergabung, mendatangi salon kelas atas milik ibunya. Mereka mengatakan, Khadafi ingin bertemu Soraya. Sang ibu setuju, ia tak punya pilihan lain saat itu.
Dan kemudian, Soraya menaiki mobil SUV menuju ke pos terpencil di mana ia kemudian dibawa ke tenda untuk bertemu Khadafi. Ia diminta bersiap-siap.
Persiapan itu termasuk tes darah, berdandan, dan berganti pakaian, termasuk pakaian dalam. Saat siap, Soraya dibawa ke kamar tidur Khadafi. "Jangan takut," kata Khadafi saat itu. "Aku papamu, kau akan memanggilku seperti itu, aku juga saudaramu, dan segera jadi kekasihmu. Kau akan tinggal di sini dan bersamaku selamanya."
Dan itu adalah hari pertama Soraya menjadi budak nafsu Khadafi, tak dibolehkan pulang dan keluar, hingga saat kematian pria yang kekuasaannya bercokol di Libya hingga 42 tahun itu.
Bersama perempuan budak nafsu lain, Soraya tinggal di ruang bawang tanah tanpa jendela yang pengap, menunggu panggilan dari Khadafi.
Berlagak Feminis
Apa yang terjadi dengan Soraya dan gadis lain, yang tinggal dalam haremnya, bertolak belakang dengan imej Khadafi yang "feminis".
Ia membentuk resimen Khusus Pengawal Amazon, yang anggotanya adalah perempuan. Khadafi juga menulis "Buku Hijau" yang mengadvokasi hak-hak perempuan, dan rajin mengkritik cara Barat memperlakukan kaum hawa.
Salah satu pengawalnya mengaku, Khadafi membuka peluang lebar bagi perempuan di negerinya. "Itu mengapa kami setiap padanya, mencintainya. Ia memberikan kebebasan penuh pada perempuan untuk bergabung dalam kepolisian, menjadi insinyur, pilot, hakim, pengacara, apapun," kata pengawal itu.
Namun, faktanya, banyak pengawalnya yang diperlakukan sebagai budak nafsu. Khadafi bahkan mengincar calon korbannya di acara pernikahan, sekolah-sekolah dan pertemuan politilk. Bahkan ada unit apartemen khusus di University of Tripoli yang ia gunakan untuk memerkosa mahasiswi.
Perlakuannya pada Soraya juga jauh dari kesan feminis. Perempuan malang itu membenci apapun soal Khadafi: kebiasaannya makan bawang putih saat sarapan, ia yang tak henti-hentinya merokok, dan bagaimana ia mabuk saat menenggak Johnnie Walker Black, dan melayang akibat kokain. "Dia menjijikkan dan dia adalah presiden negaraku," kata Soraya.
Di luar Libya tidak ada yang bisa memahami betapa gila Khadafi. Soraya ingat kunjungan mantan PM Inggris Tony Blair.
Blair keluar dari tenda Khadafi dengan hati gembira dan berteriak "Hai, para gadis!" Kepada para perempuan muda yang berkumpul di luar, tidak tahu mereka adalah budak seks.
Soraya mengaku setelah beberapa tahun ia mendapatkan sedikit kebebasan, seperti pulang ke rumah dan memakai telepon selular. Kesempatan itu digunakan banyak budak nafsu melarikan diri, tapi kebanyakan dari mereka tertangkap dan dibawa pulang.
"Sementara aku bahkan tidak berpikir untuk melarikan diri lagi. Aku adalah seorang gadis yang sudah lama terlupakan tanpa apapun di masa depan. "
Setelah Khadafi jatuh dan tewas, pasukan revolusioner mengambil alih istananya, menemukan ribuan material pornografi, poster Jake Gyllenhaal, dan album foto Condoleezza Rice yang disebut Khadafi sebagai "perempuan Afrika-ku tersayang". Juga menemukan labirin bawah tanah tempat Soraya dan rekan-rekannya ditahan. Hari itu para budak seks memperoleh kebebasan.
Bahkan setelah dibebaskan, Soraya belum lepas dari masa lalu yang menghantuinya. Kini ia tinggal di Tripoli, mengisap 3 bungkus rokok tiap hari, sikapnya bersahabat. Ia terus bertanya-tanya apakah orang lain percaya akan kisahnya. "Aku sama sekali tak mengada-ada," kata dia. (Ein/Yus)
Namun, kehidupan "Singa Afrika" yang flamboyan, dikelilingi perempuan dan barisan pengawal perawan baru-baru ini kembali mencuat. Ini gara-gara pengakuan seorang wanita bernama Soraya. Ia mengaku sebagai budak seks Khadafi.
Soraya mengaku berusia 15 tahun pada April 2004 saat dipilih Khadafi untuk menjadi salah satu budak nafsunya. Kisah nestapa Soraya, oleh jurnalis Prancis Annick Cojean diangkat dalam buku berjudul "Gaddafi’s Harem: The Story of a Young Woman and the Abuses of Power in Libya" -- "Harem Khadafi: Kisah Gadis Muda dan Penyalahgunaan Kekuasaan di Libya".
Pertemuan pertamanya dengan Khadafi terjadi saat sang diktator mengunjungi sekolahnya. Soraya yang kala itu masih gadis muda itu ditugaskan untuk mempersembahkan buket bunga pada penguasa Libya itu.
"Bayangkan bagaimana senangnya saya saat itu," kata Soraya, seperti dimuat Daily Mail, 7 Juli 2013. "Melihat Khadafi secara langsung...Wajahnya bahkan sudah aku kenal sejak lahir."
Kontak pertama itu berlangsung wajar. Jantung soraya berdebar saat menyerahkan buket bunga itu ke Khadafi, lalu berlutut, dan mencium tangannya. Sang diktator balas menepuk kepalanya. Hanya itu.
Namun yang tak diketahui Soraya, tepukan Khadafi di kepalanya punya arti lain: ia memilihnya sebagai pemuas nafsu.
Hari berikutnya, tiga anggota pengawal Amazon -- pengawal Khadafi, yang semuanya perempuan dan harus masih perawan saat bergabung, mendatangi salon kelas atas milik ibunya. Mereka mengatakan, Khadafi ingin bertemu Soraya. Sang ibu setuju, ia tak punya pilihan lain saat itu.
Dan kemudian, Soraya menaiki mobil SUV menuju ke pos terpencil di mana ia kemudian dibawa ke tenda untuk bertemu Khadafi. Ia diminta bersiap-siap.
Persiapan itu termasuk tes darah, berdandan, dan berganti pakaian, termasuk pakaian dalam. Saat siap, Soraya dibawa ke kamar tidur Khadafi. "Jangan takut," kata Khadafi saat itu. "Aku papamu, kau akan memanggilku seperti itu, aku juga saudaramu, dan segera jadi kekasihmu. Kau akan tinggal di sini dan bersamaku selamanya."
Dan itu adalah hari pertama Soraya menjadi budak nafsu Khadafi, tak dibolehkan pulang dan keluar, hingga saat kematian pria yang kekuasaannya bercokol di Libya hingga 42 tahun itu.
Bersama perempuan budak nafsu lain, Soraya tinggal di ruang bawang tanah tanpa jendela yang pengap, menunggu panggilan dari Khadafi.
Berlagak Feminis
Apa yang terjadi dengan Soraya dan gadis lain, yang tinggal dalam haremnya, bertolak belakang dengan imej Khadafi yang "feminis".
Ia membentuk resimen Khusus Pengawal Amazon, yang anggotanya adalah perempuan. Khadafi juga menulis "Buku Hijau" yang mengadvokasi hak-hak perempuan, dan rajin mengkritik cara Barat memperlakukan kaum hawa.
Salah satu pengawalnya mengaku, Khadafi membuka peluang lebar bagi perempuan di negerinya. "Itu mengapa kami setiap padanya, mencintainya. Ia memberikan kebebasan penuh pada perempuan untuk bergabung dalam kepolisian, menjadi insinyur, pilot, hakim, pengacara, apapun," kata pengawal itu.
Namun, faktanya, banyak pengawalnya yang diperlakukan sebagai budak nafsu. Khadafi bahkan mengincar calon korbannya di acara pernikahan, sekolah-sekolah dan pertemuan politilk. Bahkan ada unit apartemen khusus di University of Tripoli yang ia gunakan untuk memerkosa mahasiswi.
Perlakuannya pada Soraya juga jauh dari kesan feminis. Perempuan malang itu membenci apapun soal Khadafi: kebiasaannya makan bawang putih saat sarapan, ia yang tak henti-hentinya merokok, dan bagaimana ia mabuk saat menenggak Johnnie Walker Black, dan melayang akibat kokain. "Dia menjijikkan dan dia adalah presiden negaraku," kata Soraya.
Di luar Libya tidak ada yang bisa memahami betapa gila Khadafi. Soraya ingat kunjungan mantan PM Inggris Tony Blair.
Blair keluar dari tenda Khadafi dengan hati gembira dan berteriak "Hai, para gadis!" Kepada para perempuan muda yang berkumpul di luar, tidak tahu mereka adalah budak seks.
Soraya mengaku setelah beberapa tahun ia mendapatkan sedikit kebebasan, seperti pulang ke rumah dan memakai telepon selular. Kesempatan itu digunakan banyak budak nafsu melarikan diri, tapi kebanyakan dari mereka tertangkap dan dibawa pulang.
"Sementara aku bahkan tidak berpikir untuk melarikan diri lagi. Aku adalah seorang gadis yang sudah lama terlupakan tanpa apapun di masa depan. "
Setelah Khadafi jatuh dan tewas, pasukan revolusioner mengambil alih istananya, menemukan ribuan material pornografi, poster Jake Gyllenhaal, dan album foto Condoleezza Rice yang disebut Khadafi sebagai "perempuan Afrika-ku tersayang". Juga menemukan labirin bawah tanah tempat Soraya dan rekan-rekannya ditahan. Hari itu para budak seks memperoleh kebebasan.
Bahkan setelah dibebaskan, Soraya belum lepas dari masa lalu yang menghantuinya. Kini ia tinggal di Tripoli, mengisap 3 bungkus rokok tiap hari, sikapnya bersahabat. Ia terus bertanya-tanya apakah orang lain percaya akan kisahnya. "Aku sama sekali tak mengada-ada," kata dia. (Ein/Yus)