Dalam waktu hampir 1 pekan, gempa-gempa berkekuatan signifikan bermunculan. Gempa-gempa yang terjadi antara lain di Benermeriah, Aceh; Mentawai, Sumatera Barat; dan Malang, Jawa Timur. Apakah 3 titik gempa itu saling berkaitan?
"Sebenarnya bagi peneliti, fenomena itu biasa. Istilahnya, begitulah bumi bernafas. Tapi apakah satu titik dengan titik lain saling berhubungan, itu terlalu jauh?" kata pakar gempa dan tsunami purba dari LIPI, Eko Yulianto, dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Senin (8/7/2013).
Eko menjelaskan, dari Mentawai ke Malang memiliki sistem yang sangat berbeda. Jadi, Eko pastikan, tidak ada kaitan kasualitas antara tempat-tempat gempa yang terjadi belakangan ini.
Gempa yang terjadi di Malang pagi tadi berada di bagian dalam zona subduksi atau pertemuan lempeng tektonik antara lempeng Hindia Australia dan Eurasia. Dua lempeng raksasa itu juga melintasi Indonesia di wilayah selatan.
Menurut Eko, lempeng Hindia Australia ini sebenarnya terdiri dari dua lempeng, yakni lempeng India dan Australia. Begitu juga Eurasia, yang terdiri dari lempeng Eropa dan Asia. Interaksi dua lempeng itu juga terjadi di wilayah Indonesia.
"Mulai Teluk Benggala di dekat Myanmar terus ke selatan Sumatera, selatan Jawa, sampai ke daerah Maluku dan Papua," jelas Eko. Yang disayangkan, saat ini tidak ada data lengkap dan penelitian tentang sejarah gempa di titik-titik itu.
"Bukan berarti tidak ada. Ada, tapi entah kapan. Indikasi itu bisa terlihat dari sisi antropologi, legenda daerah, dan mitos-mitos munculnya bencana. Begitu juga kalau ke arah Timur. Potensi-potensi itu tetap ada," jelas Eko.
Tapi sayang, saat ini penelitian gempa di Indonesia sangat-sangat minimalis. Bahkan tidak sampai 1 persen. Beda dengan penelitian Megatrust di Mentawai dan sekitarnya yang tersedia data yang cukup lumayan. Hal itu dikarenakan ada peneliti asing yang ikut meneliti di titik itu.
Tetapi, kata Eko, saat ini diperlukan penelitian pemetaan gempa di Indonesia. Hal ini berangkat dari gempa Bener Meriah, Aceh. Dari laporan disebutkan, titik Bener Meriah 'tidak pernah' dilanda gempa. Padahal, belum tentu.
"Kita akui bahwa belum bisa memetakan titik gempa dengan baik. Kita tidak tahu sumber-sumber gempa itu di mana saja. Alasannya, keterbatasan sumberdaya manusia dan dana," ujar dia. Belum tentu Bener Meriah belum pernah dilanda gempa. Bisa jadi, kata Eko, ada gempa yang terjadi di lokasi itu.
Gempa-gempa yang terjadi pekan ini:
1. Selasa 2 Juli: gempa 6,2 SR mengguncang Tanah Rencong di kedalaman 10 km. 40 Orang dilaporkan meninggal dunia
2. Jumat 5 Juli gempa 5,1 SR mengguncang Tasikmalaya, Jawa Barat di kedalaman 21 km
3. Sabtu 6 Juli, gempa 6,1 SR mengguncang Mentawai di kedalaman 36 km
4. Sabtu 7 Juli, gempa 5 SR menggoyang Lampung Barat di kedalaman 10 km
5. Pagi tadi, gempa 5,9 SR di kedalaman 10 kilometer terjadi di Kabupaten Malang, Jawa Timur sekitar pukul 09.13 WIB
(Ism/Yus)
"Sebenarnya bagi peneliti, fenomena itu biasa. Istilahnya, begitulah bumi bernafas. Tapi apakah satu titik dengan titik lain saling berhubungan, itu terlalu jauh?" kata pakar gempa dan tsunami purba dari LIPI, Eko Yulianto, dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Senin (8/7/2013).
Eko menjelaskan, dari Mentawai ke Malang memiliki sistem yang sangat berbeda. Jadi, Eko pastikan, tidak ada kaitan kasualitas antara tempat-tempat gempa yang terjadi belakangan ini.
Gempa yang terjadi di Malang pagi tadi berada di bagian dalam zona subduksi atau pertemuan lempeng tektonik antara lempeng Hindia Australia dan Eurasia. Dua lempeng raksasa itu juga melintasi Indonesia di wilayah selatan.
Menurut Eko, lempeng Hindia Australia ini sebenarnya terdiri dari dua lempeng, yakni lempeng India dan Australia. Begitu juga Eurasia, yang terdiri dari lempeng Eropa dan Asia. Interaksi dua lempeng itu juga terjadi di wilayah Indonesia.
"Mulai Teluk Benggala di dekat Myanmar terus ke selatan Sumatera, selatan Jawa, sampai ke daerah Maluku dan Papua," jelas Eko. Yang disayangkan, saat ini tidak ada data lengkap dan penelitian tentang sejarah gempa di titik-titik itu.
"Bukan berarti tidak ada. Ada, tapi entah kapan. Indikasi itu bisa terlihat dari sisi antropologi, legenda daerah, dan mitos-mitos munculnya bencana. Begitu juga kalau ke arah Timur. Potensi-potensi itu tetap ada," jelas Eko.
Tapi sayang, saat ini penelitian gempa di Indonesia sangat-sangat minimalis. Bahkan tidak sampai 1 persen. Beda dengan penelitian Megatrust di Mentawai dan sekitarnya yang tersedia data yang cukup lumayan. Hal itu dikarenakan ada peneliti asing yang ikut meneliti di titik itu.
Tetapi, kata Eko, saat ini diperlukan penelitian pemetaan gempa di Indonesia. Hal ini berangkat dari gempa Bener Meriah, Aceh. Dari laporan disebutkan, titik Bener Meriah 'tidak pernah' dilanda gempa. Padahal, belum tentu.
"Kita akui bahwa belum bisa memetakan titik gempa dengan baik. Kita tidak tahu sumber-sumber gempa itu di mana saja. Alasannya, keterbatasan sumberdaya manusia dan dana," ujar dia. Belum tentu Bener Meriah belum pernah dilanda gempa. Bisa jadi, kata Eko, ada gempa yang terjadi di lokasi itu.
Gempa-gempa yang terjadi pekan ini:
1. Selasa 2 Juli: gempa 6,2 SR mengguncang Tanah Rencong di kedalaman 10 km. 40 Orang dilaporkan meninggal dunia
2. Jumat 5 Juli gempa 5,1 SR mengguncang Tasikmalaya, Jawa Barat di kedalaman 21 km
3. Sabtu 6 Juli, gempa 6,1 SR mengguncang Mentawai di kedalaman 36 km
4. Sabtu 7 Juli, gempa 5 SR menggoyang Lampung Barat di kedalaman 10 km
5. Pagi tadi, gempa 5,9 SR di kedalaman 10 kilometer terjadi di Kabupaten Malang, Jawa Timur sekitar pukul 09.13 WIB
(Ism/Yus)