PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT), emiten transportasi, awalnya berencana melepas 40% saham ke publik namun turun menjadi 10%. Hal ini ternyata terjadi karena kondisi global yang belum kondusif.
"Penurunan bursa dari global dan Amerika Serikat (AS), membuat kami juga menurunkan tingkat ekspansi di tahun ini," ujar Direktur Utama Cipaganti Citra Graha, Andianto Setiabudi usai pelaksanaan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/7/2013).
Dia menjelaskan, keadaan global dinilai akan sangat mempengaruhi kinerja perseroan. Sebab itu perseroan pada tahun ini akan menurunkan langkah ekspansi bisnisnya, seperti mengurangi jumlah penambahan armada tahun ini yang awalnya sebanyak 2.000 menjadi 650 unit.
Rencananya perusahaan akan menggunakan dana perolehan IPO, sebesar Rp 67 miliar-Rp 69 miliar untuk membeli 350 shuttle bus dan 300 travel bus.
Sebelumnya, perseroan menargetkan perolehan dari hasil IPO sebesar Rp 300 miliar untuk membeli 2.000 unit kendaraan.
"Kalau penurunan target tersebut, perseroan akan mencoba melakukan pinjaman kredit perbankan mencapai Rp 250 miliar dalam menutupi sisanya, sehingga pembelian dilakukan secara bertahap," tutur dia.
Selain itu, akibat penurunan ekspansi diprediksi ikut menggerus pendapatan dan laba bersih. Semula pendapatan ditargetkan sebesar 40% turun menjadi 25% sampai akhir tahun. Laba bersih perseroan turun menjadi Rp 90 miliar dari target awal Rp 110 miliar.
Lanjut Andianto, perseroan akan merevisi rencana IPO anak perusahaan pada semester II-2013. Langkah IPO dinilai tidak realistis pada saat ini.
"Tidak bakal semester II tahun ini anak perusahaan kami melakukan IPO, karena pengaruh kondisi ekonomi global yang belum kondusif," tegas Andianto.(Dis/Nur)
"Penurunan bursa dari global dan Amerika Serikat (AS), membuat kami juga menurunkan tingkat ekspansi di tahun ini," ujar Direktur Utama Cipaganti Citra Graha, Andianto Setiabudi usai pelaksanaan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/7/2013).
Dia menjelaskan, keadaan global dinilai akan sangat mempengaruhi kinerja perseroan. Sebab itu perseroan pada tahun ini akan menurunkan langkah ekspansi bisnisnya, seperti mengurangi jumlah penambahan armada tahun ini yang awalnya sebanyak 2.000 menjadi 650 unit.
Rencananya perusahaan akan menggunakan dana perolehan IPO, sebesar Rp 67 miliar-Rp 69 miliar untuk membeli 350 shuttle bus dan 300 travel bus.
Sebelumnya, perseroan menargetkan perolehan dari hasil IPO sebesar Rp 300 miliar untuk membeli 2.000 unit kendaraan.
"Kalau penurunan target tersebut, perseroan akan mencoba melakukan pinjaman kredit perbankan mencapai Rp 250 miliar dalam menutupi sisanya, sehingga pembelian dilakukan secara bertahap," tutur dia.
Selain itu, akibat penurunan ekspansi diprediksi ikut menggerus pendapatan dan laba bersih. Semula pendapatan ditargetkan sebesar 40% turun menjadi 25% sampai akhir tahun. Laba bersih perseroan turun menjadi Rp 90 miliar dari target awal Rp 110 miliar.
Lanjut Andianto, perseroan akan merevisi rencana IPO anak perusahaan pada semester II-2013. Langkah IPO dinilai tidak realistis pada saat ini.
"Tidak bakal semester II tahun ini anak perusahaan kami melakukan IPO, karena pengaruh kondisi ekonomi global yang belum kondusif," tegas Andianto.(Dis/Nur)