Sepanjang 17 hari pasca keputusan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, pola konsumsi masyarakat Indonesia pada bahan bakar fosil ini ternyata belum berubah. Bahkan konsumsi masyarakat kembali pada kondisi semula yaitu sebelum kenaikan harga BBM berlaku.
Pendapat tersebut disampaikan VP Retail Fuel Marketing PT Pertamina (Persero) Muchamad Iskandar di Kantor Pusat pertamina, Jakarta, Selasa (9/7/2013). Menurutnya, pengaruh kenaikan harga BBM terhadap konsumsi masyarakat sebenarnya hanya terlihat pada satu pekan pasca pengumuman resmi pemerintah.
"Setelah kenaikan, selama seminggu, konsumsi dibawah rata-rata harian, ini masih saving, karena masih penuh tanki kendaraan pribadi mereka," ujar Iskandar.
Dia mengungkapkan, pola konsumsi BBM masyarakat kini justru telah kembali seperti kondisi semula, sebelum kenaikan harga BBM. Pertamina mencatat, konsusmi BBM saat ini mencapai 81 ribu kiloliter (KL) per hari. Pada saat pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi, konsumsi BBM melonjak tinggi hingga mencapai 101 ribu KL.
"Tapi setelah dua minggu rata-rata konsumsi per hariannya sudah memulai terlihat kembali seperti awal," paparnya.
Tak hanya premium, kondisi yang sama juga terjadi pada BBM jenis solar. Data Pertamina melaporkan rata-rata konsumsi solar saat ini mencapai 43 ribu KL per hari. "Berarti kenaikan harga BBM belum berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat," pungkas Iskandar.
Pertamax Naik
Berbeda dengan BBM bersubsisi, Pertamina melaporkan konsumsi BBM non subsidi jenis Pertamax justru meningkat setelah pengumuman kenaikan harga premium dan solar diumumkan pemerintah pada 22 Juni lalu. dari catatan Pertamina, konsumsi Pertamax telah naik sekitar 23%.
Jika sebelum kenaikan harga, konsumsi Pertamax rata-rata mencapai 1.800 KL per hari, kini telah bertambah menjadi 2.200 KL per hari.
Namun, Iskandar belum bisa memastikan apakah kenaikan konsumsi Pertamax itu terjadi akibat pergeseran pengguna BBM bersubsidi ke Pertamax. "Psikologisnya, kalau selisih sedikit masyarakat akan beralih ke Pertamax karena kualitas lebih bagus. Jadi belum bisa disimpulkan apakah itu pergeseran penggunaan Premium ke Pertamax atau bukan,"papar Iskandar.(Yas/Shd)
Pendapat tersebut disampaikan VP Retail Fuel Marketing PT Pertamina (Persero) Muchamad Iskandar di Kantor Pusat pertamina, Jakarta, Selasa (9/7/2013). Menurutnya, pengaruh kenaikan harga BBM terhadap konsumsi masyarakat sebenarnya hanya terlihat pada satu pekan pasca pengumuman resmi pemerintah.
"Setelah kenaikan, selama seminggu, konsumsi dibawah rata-rata harian, ini masih saving, karena masih penuh tanki kendaraan pribadi mereka," ujar Iskandar.
Dia mengungkapkan, pola konsumsi BBM masyarakat kini justru telah kembali seperti kondisi semula, sebelum kenaikan harga BBM. Pertamina mencatat, konsusmi BBM saat ini mencapai 81 ribu kiloliter (KL) per hari. Pada saat pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi, konsumsi BBM melonjak tinggi hingga mencapai 101 ribu KL.
"Tapi setelah dua minggu rata-rata konsumsi per hariannya sudah memulai terlihat kembali seperti awal," paparnya.
Tak hanya premium, kondisi yang sama juga terjadi pada BBM jenis solar. Data Pertamina melaporkan rata-rata konsumsi solar saat ini mencapai 43 ribu KL per hari. "Berarti kenaikan harga BBM belum berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat," pungkas Iskandar.
Pertamax Naik
Berbeda dengan BBM bersubsisi, Pertamina melaporkan konsumsi BBM non subsidi jenis Pertamax justru meningkat setelah pengumuman kenaikan harga premium dan solar diumumkan pemerintah pada 22 Juni lalu. dari catatan Pertamina, konsumsi Pertamax telah naik sekitar 23%.
Jika sebelum kenaikan harga, konsumsi Pertamax rata-rata mencapai 1.800 KL per hari, kini telah bertambah menjadi 2.200 KL per hari.
Namun, Iskandar belum bisa memastikan apakah kenaikan konsumsi Pertamax itu terjadi akibat pergeseran pengguna BBM bersubsidi ke Pertamax. "Psikologisnya, kalau selisih sedikit masyarakat akan beralih ke Pertamax karena kualitas lebih bagus. Jadi belum bisa disimpulkan apakah itu pergeseran penggunaan Premium ke Pertamax atau bukan,"papar Iskandar.(Yas/Shd)