Liputan6.com, Sampang: Sedikitnya 100-an korban kerusuhan Sampit yang mengungsi di Desa Torjunan, Kecamatan Robatal, Sampang, Madura, mendatangi kantor DPRD setempat, Rabu (1/10). Mereka menuntut jatah beras bantuan dari World Food Programe (WFP), yang tiga bulan tertahan dibagikan. Padahal, pengungsi asal Kalimantan Tengah lainnya di lokasi penampungan berbeda telah menerima bantuan berupa 12 kilogram beras per jiwa setiap bulan.
Permintaan pengungsi di Desa Torjunan beralasan. Sebab, pada saat mereka menggelar demonstrasi, sekitar 5.500-an orang pengungsi yang tinggal di Desa Pandiyangan dilaporkan justru tengah menerima beras [baca: Pengungsi Sampit Berharap Bisa Kembali]. Jatah bantuan untuk penduduk di sana mencapai 65 ton. Menurut Kepala Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Sampang Muhammad Ruslan, pembagian beras untuk 86 ribu jiwa di Desa Torjunan tersendat akibat salah prosedur.
Ruslan menerangkan, lembaga swadaya masyarakat yang ditunjuk sebagai pelaksana pembagian beras ternyata tidak memakai data pengungsi dari Dinas Sosial. Akibatnya, jumlah bantuan tidak sama dengan angka penerima.(KEN/Mohammad Khodim)
Permintaan pengungsi di Desa Torjunan beralasan. Sebab, pada saat mereka menggelar demonstrasi, sekitar 5.500-an orang pengungsi yang tinggal di Desa Pandiyangan dilaporkan justru tengah menerima beras [baca: Pengungsi Sampit Berharap Bisa Kembali]. Jatah bantuan untuk penduduk di sana mencapai 65 ton. Menurut Kepala Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Sampang Muhammad Ruslan, pembagian beras untuk 86 ribu jiwa di Desa Torjunan tersendat akibat salah prosedur.
Ruslan menerangkan, lembaga swadaya masyarakat yang ditunjuk sebagai pelaksana pembagian beras ternyata tidak memakai data pengungsi dari Dinas Sosial. Akibatnya, jumlah bantuan tidak sama dengan angka penerima.(KEN/Mohammad Khodim)