Harirah, Menu Tajil Unik Khas Maroko

Menjelang Ramadan tiba, di setiap restoran dan kedai makan di Maroko terpampang jelas tulisan di spanduk dan baliho, "Ramadhan Karim".

oleh Liputan6 diperbarui 12 Jul 2013, 09:29 WIB
Citizen6, Maroko: Menjelang Ramadan tiba, di setiap restoran dan kedai makan di Maroko terpampang jelas tulisan di spanduk dan baliho, "Ramadan Karim". Setengah jam menjelang maghrib tiba, semua restoran akan dipenuhi banyak orang yang ingin melakukan buka bersama di luar. Tidak semua memang, karena buat mereka yang terpenting adalah menu tajilnya yaitu Sup Harirah yang menjadi menu wajib di saat tajil buka puasa.

"Bagi warga Maroko belum dikatakan berbuka puasa jika belum menikmati sup Harirah, karena ini adalah tradisi orang Maroko," tutur Layla Dahamou salah satu pemilik kedai yang menghidangkan menu tajil khas Maroko.

Meski demikian restoran yang berderet di sepanjang ibukota Maroko ini selalu dipenuhi oleh para pengunjung dari kalangan menengah ke atas sampai kalangan menengah ke bawah. Bahkan tidak sedikit para turis yang penasaran ingin berbuka puasa di luar hanya untuk merasakan menu tajil khas Maroko yang terkenal unik.

Menu tajil khas Maroko di antaranya Sup Harirah yang terbuat dari tepung, kacang adas, kacang hamus, sariyah (sejenis mi) di tambah dengan aroma daun kasburoh (daun ketumbar) yang di tuangkan ke dalam mangkok. Telur rebus juga menjadi salah satu paket menu tajilk has Maroko di tambah dengan Chubakiyah, yaitu kue manis yang terbuat dari tepung gandum yang dicampur dengan madu.

Chubakiyah terbuat dari tepung gandum yang dicampur dengan madu. Dalam penyajiannya disandingkan dengan tiga butir kurma. Untuk minumannya bervariasi, ada air putih, jus jeruk, dan kopi cream. Namun yang lebih dominan adalah Syai Na'na, yakni teh mint khas Maroko. Sedangkan untuk menu tambahannnya terdapat roti croissant dan Syahma.

Untuk setiap porsinya harganya beragam, mulai dari 17 dirham atau kurang lebih Rp 20 ribu sampai 32 dirham, semua tergantung dimana mereka membeli menu tajil tersebut. Tentunya restoran yang terkenal dan menarik pelayanannya harganya bisa lebih mahal.

Sedangkan untuk menandai datangnya waktu magrib tiba, Maroko memiliki tradisi tersendiri yang ditandai dengan bunyi ledakan meriam yang bersumber dari istana kerajaan. Mungkin bagi orang asing yang pertama kali merasakan buka puasa di Maroko akan kaget dengan suara meriam tersebut.

"Ketika waktu buka puasa tiba, saya terperangah dan kaget seolah ada bom yang meledak di samping restoran," tutur Ahmad Lubaid salah satu mahasiswa yang baru pertama kalinya merasakan buka puasa di Maroko.

Suasana seperti di atas tidak hanya terdapat di jantung ibukota saja, akan tetapi suasana tersebut serempak di berbagai kota-kota di Maroko begitu juga dengan menu tajilnya. Inilah yang membuat suasana tajil di Maroko terbilang unik. (Kusnadi El-Ghezwa/Mar)

Kusnadi El-Ghezwa adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya