Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berniat menertibkan pengusaha ekspedisi di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sebab, usaha itu dianggap sebagai penyebab kemacetan di wilayah sentra bisnis tersebut.
Mendengar rencana itu, pengusaha ekspedisi khususnya di Jalan Jatibaru menilai anggapan itu salah. Pengusaha jelas menolak rencana itu. "Kalau dibilang jadi penyebab macet, salah. Bukan kita sebenarnya tapi bus dan PKL yang ada di sini," kata salah seorang pengusaha ekspedisi, David, saat ditemui di tempat usahanya, Jumat (12/7/2013).
Menurutnya, kemacetan di kawasan Pasar Tanah Abang disebabkan banyaknya bus yang melintas dan menjadikan kawasan itu sebagai terminal bayangan. Misalnya dengan mangkal dalam waktu yang cukup lama untuk menunggu penumpang.
Selain itu, maraknya pedagang kaki lima yang berdagang di pinggiran jalan juga menyumbang kemacetan. "Bus itu banyak nggak punya terminal, makannya kaya terminal bayangan. PKL juga harusnya dia berdagang di dalam. Itu sebenernya awal macetnya. Kalau ekspedisi sih masih bisa diatur," tegasnya.
Untuk itu, jika pemerintah ingin mengatasi macet di kawasan Tanah Abang, dapat dimulai dari penertiban PKL dan bus yang mangkal. "Lebih baik itu dulu yang tertibkan," tandasnya.
Pantauan Liputan6.com, jalan masuk ke kawasan Pasar Tanah Abang melalui Jalan Jatibaru tersendat. Truk berbagai ukuran milik pengusaha ekspedisi terparkir di badan jalan yang hanya berlaku untuk 2 lajur.
Angkutan umum seperti bus patas, termasuk APTB juga tampak terparkir berjajar dengan truk-truk berkapasitas sedang. Praktis, warga yang melintas hanya menggunakan satu lajur dari total lebar badan jalan 8 meter. (Ali/Mut)
Mendengar rencana itu, pengusaha ekspedisi khususnya di Jalan Jatibaru menilai anggapan itu salah. Pengusaha jelas menolak rencana itu. "Kalau dibilang jadi penyebab macet, salah. Bukan kita sebenarnya tapi bus dan PKL yang ada di sini," kata salah seorang pengusaha ekspedisi, David, saat ditemui di tempat usahanya, Jumat (12/7/2013).
Menurutnya, kemacetan di kawasan Pasar Tanah Abang disebabkan banyaknya bus yang melintas dan menjadikan kawasan itu sebagai terminal bayangan. Misalnya dengan mangkal dalam waktu yang cukup lama untuk menunggu penumpang.
Selain itu, maraknya pedagang kaki lima yang berdagang di pinggiran jalan juga menyumbang kemacetan. "Bus itu banyak nggak punya terminal, makannya kaya terminal bayangan. PKL juga harusnya dia berdagang di dalam. Itu sebenernya awal macetnya. Kalau ekspedisi sih masih bisa diatur," tegasnya.
Untuk itu, jika pemerintah ingin mengatasi macet di kawasan Tanah Abang, dapat dimulai dari penertiban PKL dan bus yang mangkal. "Lebih baik itu dulu yang tertibkan," tandasnya.
Pantauan Liputan6.com, jalan masuk ke kawasan Pasar Tanah Abang melalui Jalan Jatibaru tersendat. Truk berbagai ukuran milik pengusaha ekspedisi terparkir di badan jalan yang hanya berlaku untuk 2 lajur.
Angkutan umum seperti bus patas, termasuk APTB juga tampak terparkir berjajar dengan truk-truk berkapasitas sedang. Praktis, warga yang melintas hanya menggunakan satu lajur dari total lebar badan jalan 8 meter. (Ali/Mut)