Masihkah Setiawan Djodi Naksir Merpati?

Merpati telah menerima tawaran dari tiga calon investor yang menyatakan minat membeli saham. Masihkah Setiawan Djodi berminat?

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Jul 2013, 07:00 WIB
Baru tiga hari pintu penjualan saham PT Merpati Nusantara Airline (MNA) dibuka, gayung pun bersambut. Perseroan menyatakan telah menerima tawaran dari tiga calon investor yang menyatakan minat untuk membeli saham maskapai penerbangan pertama di tanah air itu.

Direktur Utama MNA, Rudy Setyopurnomo mengungkapkan, dua calon investor masuk paska Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan mengumumkan sedang mencari investor strategis Merpati pada Kamis (11/7/2013).

"Dua calon investor itu belum mengirim surat permohonan, baru sebatas pembicaraan dengan saya. Pekan depan, mereka bakal kirim surat dan saya disuruh mengajukan proposal kepada Kementerian BUMN ke Imam Aprianto Putro (Sekretaris Menteri BUMN)," jelasnya saat ditemui di Jakarta, seperti ditulis Minggu (14/7/2013).

Lebih jauh dia mengatakan, satu calon investor lagi justru telah melayangkan surat permohonan jauh sebelum pengumuman lego saham Merpati, tepatnya sekitar Februari 2013. Surat tersebut ditujukan kepada manajemen Merpati, Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan.

"Satu calon investor ini berasal dari Indonesia, laki-laki, konglomerat dan bergerak di sektor minyak," kata Rudy memberi kisi-kisi calon investor tersebut.

Sayang ketika dikonfirmasi mengenai kebenaran kabar bahwa calon investor tersebut adalah pengusaha tanker minyak, Setiawan Djodi, dia enggan berkomentar.

"Insya Allah," tutur dia singkat. Rudy juga mengaku tidak tahu menahu dengan pemberitaan yang beredar jika PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), perusahaan operator jalan tol tertarik dengan tawaran saham Merpati.

Sebelumnya, Dahlan bilang, Setiawan Djodi sempat berminat membeli Merpati. Namun saat itu pemerintah belum berniat membuka peluang menjual maskapai yang saat ini terlilit utang sekitar Rp 6 triliun.

Rudy menuturkan bahwa calon investor tersebut tertarik membeli 35% saham Merpati. Sehingga pemerintah tetap menguasai mayoritas saham BUMN tersebut sebesar 65%.

"Investasi 35% saham itu belum dihitung. Begitu calon investor menyatakan berminat, maka langsung pembicaraan. Tapi memang diusulkan utang Merpati harus bersih dulu," paparnya.

Sebab, dia menilai, calon investor enggan mengucurkan investasi besar bila digunakan untuk melunasi seluruh tumpukan utang yang sudah beranak pinak itu.

"Makanya harus restrukturisasi dulu, karena kalau tidak, saya rasa tidak ada investor yang mau menaruh uang yang tidak ada ukurannya. Pola kami sendiri ingin mengamankan suntikan dana tersebut supaya tidak tercampur baur dengan utang lama," urainya.

Dengan begitu, Rudy bilang, dana yang disalurkan investor bakal dialokasikan untuk pengembangan armada sehingga mampu mengerek pendapatan baru. Dan ke depan dapat membayar seluruh kewajiban dari kontribusi pendapatan tersebut.(FIK/Igw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya