Pengusaha membutuhkan kejelasan nilai tukar (kurs) rupiah yang masih bergejolak hingga saat ini menyentuh di atas Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Sebab, pelemahan rupiah membuat kondisi dunia usaha semakin tidak menentu.
"Pengusaha ingin kejelasan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mereka tidak begitu menyukai kondisi rupiah saat ini," ujar Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Gatot M Suwondo di Jakarta, Kamis (18/7/2013) malam.
Gatot menilai, kondisi rupiah yang stabil akan memudahkan pengusaha menghitung bisnisnya, seperti kegiatan ekspor dan sebagainya.
"Kalau range rupiah stabil di kisaran Rp 10.000 sampai Rp 10.500, pengusaha kan jadi enak untuk hitung-hitungannya," ungkap dia.
Dia menjelaskan, kondisi rupiah saat ini sedang mencari titik keseimbangan baru. "Karena selama ini diintervensi, dan akhirnya dilepas maka rupiah tengah mencari keseimbangan baru," terang dia.
Lebih jauh dia mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini bukan lantaran tidak ada dolar Amerika Serikat (AS) di pasar likuiditas.
Gatot menuturkan, pemegang dolar enggan melepas ke pasar karena berharap keuntungan yang lebih besar. "Dolar AS ada, tapi yang punya dolar tidak mau melepas, siapa tahu (nilainya) bisa naik," pungkas Gatot. (Fik/Nur)
"Pengusaha ingin kejelasan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mereka tidak begitu menyukai kondisi rupiah saat ini," ujar Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Gatot M Suwondo di Jakarta, Kamis (18/7/2013) malam.
Gatot menilai, kondisi rupiah yang stabil akan memudahkan pengusaha menghitung bisnisnya, seperti kegiatan ekspor dan sebagainya.
"Kalau range rupiah stabil di kisaran Rp 10.000 sampai Rp 10.500, pengusaha kan jadi enak untuk hitung-hitungannya," ungkap dia.
Dia menjelaskan, kondisi rupiah saat ini sedang mencari titik keseimbangan baru. "Karena selama ini diintervensi, dan akhirnya dilepas maka rupiah tengah mencari keseimbangan baru," terang dia.
Lebih jauh dia mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini bukan lantaran tidak ada dolar Amerika Serikat (AS) di pasar likuiditas.
Gatot menuturkan, pemegang dolar enggan melepas ke pasar karena berharap keuntungan yang lebih besar. "Dolar AS ada, tapi yang punya dolar tidak mau melepas, siapa tahu (nilainya) bisa naik," pungkas Gatot. (Fik/Nur)