Gubernur Bank Sentral AS Ngaku Tak Paham Soal Emas

Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Ben Bernanke dihujani berbagai pertanyaan tentang emas dalam pertemuannya dengan anggota kongres AS.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 19 Jul 2013, 20:30 WIB
Gubernur Bank Sentral Amerika (The Fed) Ben Bernanke dihujani berbagai pertanyaan tentang emas dalam pertemuannya dengan anggota kongres AS.

Saat diminta penjelasannya soal harga emas yang merosot hampir 25% tahun ini, Bernanke mengaku tak begitu paham soal logam mulia ini.

Di hadapan para anggota kongres, Bernanke tidak berpura-pura tahu soal pergerakan harga emas yang terus meluncur turun.

"Tidak ada yang benar-benar memahami harga emas," ujar Bernanke pada Senate Banking Committee melansir Forbes, Jumat (19/7/2013).

Harga emas, yang terus tertekan sejak September tahun lalu, sempat meningkat pada perdagangan Kamis sebesar 0,5% menjadi US$ 1.284,2 per ounce di bursa saham New York. Meski menunjukkan kenaikan selama dua minggu terakhir, nilai logam mulia ini telah turun 23,8% pada 2013.

Bernanke bahkan memiliki banyak hal untuk dikatakan soal emas. Dia menyebutnya sebagai `aset yang tak biasa`. Itu karena emas dinilai bisa menjadi bencana dan juga aset pelindung dari inflasi. Dia mengaku terkejut melihat pergerakan harga emas tak mempengaruhi nilai inlasi.

Bernanke mengaku turut prihatin atas penurunan harga emas, meskipun para pemegang emas dirasa masih akan menerima dampak penurunan harga yang lebih buruk.

Emas dinilai sebagai aset yang berharga selama ribuan tahun. Beberapa tahun ke belakang, emas menjadi aset keuangan yang penting mengingat nilai kuantitasnya yang tetap, tak seperti nilai mata uang.

Namun sulit sekali menjabarkan logika selera para investor terhadap emas. Hal ini persis yang dikatakan Bernanke, emas memiliki dua karakter yang bertentangan.

Dinilai dari segi inflasi, emas dapat menjadi aset pelindung dari bencana keuangan akibat disintegrasi di kawasan Eropa yang menyebabkan deflasi. Menurut World Gold Council, emas menyediakan diservasi portofolio yang baik.

Pada 2011, gubernur The Fed sempat dihantam berbagai pertanyaan soal emas oleh Wakil Kongres Ron Paul yang menganjurkan untuk menghentikan Bank Sentral Amerika tersebut.

Berikut tanya jawab antara Paul dan Bernanke, saat dia memberitahu Paul bahwa emas bukanlah uang:

    "Ketika Anda bangun pagi, apakah Anda berpikir soal emas?" tanya Paul.

Setelah berhenti sejenak, Bernanke menjawab, akan tidak nyaman sekali baginya, terlalu memikirkan emas hanya karena satu interupsi.

"Pagi ini emas bernilai US$ 1.580 per ounce, bagaimana menurut Anda harga emas tersebut?," ujar Paul melanjutkan pertanyaannya.

Dengan mengernyit, Bernanke menanggapinya, orang-orang membeli emas hanya sebagai pelindung saja lalu menjualnya. Paul pun menyerangnya sekali lagi.

    "Apakah uang adalah emas?" tanyanya.

"Tidak. Ini adalah logam mulia," serunya pada kongres karena merasa terganggu dengan pertanyaan tersebut.

Paulus lalu menyanggahnya dan mengatakan, dalam sejarah panjangnya, emas pernah digunakan sebagai mata uang.

"Ini aset. Apakah Anda mengatakan aset treasury adalah uang?. Saya tak menganggapnya sebagai uang, tapi semuanya adalah aset keuangan," tegas Paul.

Investor baru-baru ini membeli emas guna menghadapi kelanjutan program Quantitative Easing (QE) The Fed dan bank sentral lainnya. 

Para manajer dana pelindung investasi kaya seperti David Einhorn dan John Paulson menyatakan dukungannya terhadap emas. Hal ini secara tidak langsung memberikan peluang bagi para penambang emas.

Penurunan harga logam mulia ini mengganggu para penambang besar tercermin dari anjloknya nilai saham beberapa perusahaan tambang tahun ini.

Menariknya, emas terus merosot tajam selama beberapa bulan terakhir. Para investor menyesuaikan prediksinya dengan ekonomi AS dan sejumlah ekuitas yang mengulang rekor tertingginya. Pada saat yang sama, risiko-risiko ekonomi di kawasan Eropa dan lambatnya laju ekonomi di China, salah satu pembeli emas terbesar, telah mengganggu stabilitas harga emas.

Bernanke akan mencoba meyakinkan pasar dan terus mengakomodasi emas meski dia tak mampu mendorong naik harganya. (Sis/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya