Sejumlah negara maju anggota G-20 akan menetapkan sejumlah target numerik dalam mengurangi utang publik setelah 2016 guna meningkatkan kepercayaan diri investor. Komitmen ini bisa membangun kembali janji G-20 yang dibuat pada 2010 untuk menstabilkan rasio utangnya terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2016.
Seperti dilansir dari Reuters, Minggu (21/7/2013), komitmen tersebut akan dibahas pada pertemuan 20 pemimpin negara berkembang dan maju (G-20) di St Petersburg pada September mendatang.
Sumber lain yang juga merupakan pejabat senior G20 justru menyatakan hal sebaliknya. Menurutnya, tak ada kesepakatan mengikat terkait isu target utang dari negara-negara maju. Hal ini menunjukkan perbedaan besar kekuatan antar negara yang tergabung dalam G20 tersebut. "Tak ada kesepakatan apapun mengenai target-target setelah 2016," katanya.
Dia menerangkan, angka-angka yang diajukan hanya sebatas rencana anggaran saja.
Namun, salah seorang sumber yang enggan disebutkan namanya, mengatakan, tak ada target pengurangan utang untuk Jepang dan negara berkembang lainnya. Target-target tersebut merupakan bagian dari rencana nasional sejumlah anggota G20 guna mengarahkan utang publiknya ke jangka waktu yang lebih panjang.
Sebaliknya, sumber dari salah seorang G-20 lainnya mengatakan, angka utang tersebut hanya mencerminkan prediksi terbaik yang akan dimasukan ke dalam anggaran masa depan sebagian besar negara.
Pertemuan menteri keuangan G-20 dan para bankir bank sentral di Moscow selama dua hari ini tidak menetapkan target utang dalam bentuk apapaun. Hal ini mengingat fokus jangka pendek G-20 adalah memulihkan kembali pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.
Sumber terakhir mengatakan, sudah ada kemajuan pada sejumlah strategi fiskal jangka menengah yang dapat dipercaya untuk pertemuan September mendatang. Namun negara anggota G-20 harus cukup fleksibel mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Sementara itu mereka juga harus menempatkan utang sebagai bagian dari PDB di jalur ekonomi yang berkepanjangan.
Sementara itu Managing Director International Monetar (IMF) Christine Legarde mengatakan, setelah pertemuan berakhir, semua keputusan diserahkan pada negara masing-masing untuk menetapkan berbagai kebijakan terbaik guna mengurangi utang nasional.
"Pandangan kami, ini harus menjadi kebijakan masing-masing negara. Kebijakan itu harus progresif sepanjang waktu. Hal ini dapat ditentukan dengan langkah-langkah jangka menengah, tujuan, yang benar-benar meningkatkan kepercayaan diri bahwa negara-negara itu serius menurunkan jumlah utangnya dalam jangka panjang," jelasnya.
Menurut salah seorang pejabat senior G20, di bawah ini merupakan tabel target numerik utang publik terhadap rasio PDB yang dapat diterima. Rasio utang Kanada dan Amerika Serikat adalah untuk level federal:
(Sis/Shd)
Seperti dilansir dari Reuters, Minggu (21/7/2013), komitmen tersebut akan dibahas pada pertemuan 20 pemimpin negara berkembang dan maju (G-20) di St Petersburg pada September mendatang.
Sumber lain yang juga merupakan pejabat senior G20 justru menyatakan hal sebaliknya. Menurutnya, tak ada kesepakatan mengikat terkait isu target utang dari negara-negara maju. Hal ini menunjukkan perbedaan besar kekuatan antar negara yang tergabung dalam G20 tersebut. "Tak ada kesepakatan apapun mengenai target-target setelah 2016," katanya.
Dia menerangkan, angka-angka yang diajukan hanya sebatas rencana anggaran saja.
Namun, salah seorang sumber yang enggan disebutkan namanya, mengatakan, tak ada target pengurangan utang untuk Jepang dan negara berkembang lainnya. Target-target tersebut merupakan bagian dari rencana nasional sejumlah anggota G20 guna mengarahkan utang publiknya ke jangka waktu yang lebih panjang.
Sebaliknya, sumber dari salah seorang G-20 lainnya mengatakan, angka utang tersebut hanya mencerminkan prediksi terbaik yang akan dimasukan ke dalam anggaran masa depan sebagian besar negara.
Pertemuan menteri keuangan G-20 dan para bankir bank sentral di Moscow selama dua hari ini tidak menetapkan target utang dalam bentuk apapaun. Hal ini mengingat fokus jangka pendek G-20 adalah memulihkan kembali pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.
Sumber terakhir mengatakan, sudah ada kemajuan pada sejumlah strategi fiskal jangka menengah yang dapat dipercaya untuk pertemuan September mendatang. Namun negara anggota G-20 harus cukup fleksibel mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Sementara itu mereka juga harus menempatkan utang sebagai bagian dari PDB di jalur ekonomi yang berkepanjangan.
Sementara itu Managing Director International Monetar (IMF) Christine Legarde mengatakan, setelah pertemuan berakhir, semua keputusan diserahkan pada negara masing-masing untuk menetapkan berbagai kebijakan terbaik guna mengurangi utang nasional.
"Pandangan kami, ini harus menjadi kebijakan masing-masing negara. Kebijakan itu harus progresif sepanjang waktu. Hal ini dapat ditentukan dengan langkah-langkah jangka menengah, tujuan, yang benar-benar meningkatkan kepercayaan diri bahwa negara-negara itu serius menurunkan jumlah utangnya dalam jangka panjang," jelasnya.
Menurut salah seorang pejabat senior G20, di bawah ini merupakan tabel target numerik utang publik terhadap rasio PDB yang dapat diterima. Rasio utang Kanada dan Amerika Serikat adalah untuk level federal:
Negara |
2012 |
2013 |
2016 |
2017 |
Amerika Serikat |
72,6 |
75,9 |
78,1 |
77,3 |
Inggris |
75,9 |
79,2 |
85,6 |
84,8 |
Perancis |
90,2 |
93,6 |
90,7 |
88,2 |
Jerman |
81,9 |
80,5 |
71,5 |
69,0 |
Italia |
127 |
130,4 |
121,4 |
117,3 |
Uni Eropa |
86,9 |
89,8 |
85,0 |
82,7 |
Kanada |
33,5 |
33,8 |
29,6 |
28,1 |