Ketua BNP2TKI, Jumhur Hidayat mengimbau kepada para calon TKI untuk tidak menghambur-hamburkan uang di negara tempatnya bekerja nanti. Lantaran, banyak TKI yang bekerja justru punya utang banyak karena meminjam uang di bank di luar negeri.
"Calon TKI jangan boros deh, jangan konsumtif. Harus bisa ditabung, jangan hura-hura," kata Jumhur di Desa Sobontoro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dalam rangkaian Safari Ramadan ke IV, Selasa (23/7/2013).
Ia merasa prihatin dengan banyaknya kasus TKI yang berutang di luar negeri. Surat tembusan utang TKI dari Bank Hongkong juga disampaikan kepada Sekretaris Desa Sobontoro. Ia menduga utang-utang itu terjadi karena beragam masalah muali dari berfoya-foya hingga terdesak kebutuhan keluarga di Tanah Air.
"Ada juga TKI yang konsumtif itu bahaya. Atau juga dia ditelepon mendadak keluarga yang butuh duit, dan itu diluar kontrol kita, sehingga bunganya tinggi sekali. Hingga akhirnya terbelit hutang," jelas Jumhur.
Namun, Jumhur pun tak segan untuk memberi catatan hitam kepada bank yang menipu TKI. Pihaknya juga telah bernegoisasi dengan bank di Hongkong untuk menurunkan suku bunga yang berlaku bagi TKI.
"Tiba-tiba TKI ditipu untuk tanda tangan yang dia tidak tahu nilai suku bunganya di dalam perjanjian, langsung kita blacklist. Hongkong itu pertahun pinjamannya sampai potong 7 kali gaji. Saya minta agar biaya bunga pinjaman dikecilkan, maksimum jadi 5 kali gaji. Memang itu legal seperti untuk dana biaya untuk pelatihan, penempatan, namanya struktur biaya," tukas Jumhur.
Perlu diketahui, setiap tahunnya, Desa Sobontoro mengirim 500 TKI non formal dan formal ke Hongkong, Singapura, dan Taiwan. Para pahlawan devisa itu mampu mengirimkan uang hingga Rp 3 triliun. Dana itu lebih jauh dibandingkan nilai APBD Kabupaten Magetan yang hanya Rp 1 triliun. (Adi)
"Calon TKI jangan boros deh, jangan konsumtif. Harus bisa ditabung, jangan hura-hura," kata Jumhur di Desa Sobontoro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dalam rangkaian Safari Ramadan ke IV, Selasa (23/7/2013).
Ia merasa prihatin dengan banyaknya kasus TKI yang berutang di luar negeri. Surat tembusan utang TKI dari Bank Hongkong juga disampaikan kepada Sekretaris Desa Sobontoro. Ia menduga utang-utang itu terjadi karena beragam masalah muali dari berfoya-foya hingga terdesak kebutuhan keluarga di Tanah Air.
"Ada juga TKI yang konsumtif itu bahaya. Atau juga dia ditelepon mendadak keluarga yang butuh duit, dan itu diluar kontrol kita, sehingga bunganya tinggi sekali. Hingga akhirnya terbelit hutang," jelas Jumhur.
Namun, Jumhur pun tak segan untuk memberi catatan hitam kepada bank yang menipu TKI. Pihaknya juga telah bernegoisasi dengan bank di Hongkong untuk menurunkan suku bunga yang berlaku bagi TKI.
"Tiba-tiba TKI ditipu untuk tanda tangan yang dia tidak tahu nilai suku bunganya di dalam perjanjian, langsung kita blacklist. Hongkong itu pertahun pinjamannya sampai potong 7 kali gaji. Saya minta agar biaya bunga pinjaman dikecilkan, maksimum jadi 5 kali gaji. Memang itu legal seperti untuk dana biaya untuk pelatihan, penempatan, namanya struktur biaya," tukas Jumhur.
Perlu diketahui, setiap tahunnya, Desa Sobontoro mengirim 500 TKI non formal dan formal ke Hongkong, Singapura, dan Taiwan. Para pahlawan devisa itu mampu mengirimkan uang hingga Rp 3 triliun. Dana itu lebih jauh dibandingkan nilai APBD Kabupaten Magetan yang hanya Rp 1 triliun. (Adi)