Mungkin dari kita banyak yang belum mengetahui proses dibalik layar pencetakan uang rupiah yang selama ini menjadi alat transaksi pembayaran sehari-hari.
Ternyata memproduksi mata uang Indonesia dianggap tersulit dibandingkan mata uang negara Nepal dan Argentina.
"Mencetak rupiah termasuk yang paling sulit diantara mata uang Nepal (Rupee) dan Argentina (Peso)," ujar Sekretaris Perusahaan Perum Peruri, Slamet Haryono di Jakarta, Rabu (24/7/2013) malam.
Dia menilai, proses mencetak satu lembar rupiah dari mulai desain, pencarian bahan kertas, sampai dengan menjadi lembaran uang membutuhkan waktu sekitar 21 hari.
"Prosesnya tidak mudah dan memakan waktu 21 hari untuk per lembar rupiah dari pra produksi sampai paska produksi. Sebab berbagai warna yang digunakan harus menjadi satu warna pada Rupiah," tukasnya.
Lebih jauh Slamet menuturkan, dari pengalaman, mata uang Rupee dan Peso memiliki desain yang sederhana sehingga prosesnya tidak terlalu lama seperti rupiah.
Selama ini, dia menambahkan, Nepal dan Argentina merupakan pelanggan setia yang mengamanahkan pencetakan mata uang negaranya di Peruri.
Nepal contohnya, sejak tahun 2009 sampai saat ini, rutin mencetak uang dengan nominal 100 rupee dalam bentuk kertas ke perusahaan pelat merah tersebut.
"Bangladesh pun lebih senang mencetak uang di Indonesia daripada di India karena persoalan politik. Mereka takut uang mereka dipalsukan," terang Slamet.
Dia mengatakan, kebutuhan uang di Indonesia dan luar negeri sama dari sisi kualitas bahan. Ketika ingin mencetak uang, pihaknya telah memperoleh spesifikasi mata uang dan pada dasarnya tidak ada perbedaan secara signifikan.
"Paling perbedaan hanya pada prosentase kapas. Semakin banyak kapas yang digunakan, maka semakin bagus. Tapi teknologi kami paling canggih dan punya keamanan tingkat tinggi supaya jika terjadi pemalsuan bisa terdeteksi," pungkas Slamet. (Fik/Nur)
Ternyata memproduksi mata uang Indonesia dianggap tersulit dibandingkan mata uang negara Nepal dan Argentina.
"Mencetak rupiah termasuk yang paling sulit diantara mata uang Nepal (Rupee) dan Argentina (Peso)," ujar Sekretaris Perusahaan Perum Peruri, Slamet Haryono di Jakarta, Rabu (24/7/2013) malam.
Dia menilai, proses mencetak satu lembar rupiah dari mulai desain, pencarian bahan kertas, sampai dengan menjadi lembaran uang membutuhkan waktu sekitar 21 hari.
"Prosesnya tidak mudah dan memakan waktu 21 hari untuk per lembar rupiah dari pra produksi sampai paska produksi. Sebab berbagai warna yang digunakan harus menjadi satu warna pada Rupiah," tukasnya.
Lebih jauh Slamet menuturkan, dari pengalaman, mata uang Rupee dan Peso memiliki desain yang sederhana sehingga prosesnya tidak terlalu lama seperti rupiah.
Selama ini, dia menambahkan, Nepal dan Argentina merupakan pelanggan setia yang mengamanahkan pencetakan mata uang negaranya di Peruri.
Nepal contohnya, sejak tahun 2009 sampai saat ini, rutin mencetak uang dengan nominal 100 rupee dalam bentuk kertas ke perusahaan pelat merah tersebut.
"Bangladesh pun lebih senang mencetak uang di Indonesia daripada di India karena persoalan politik. Mereka takut uang mereka dipalsukan," terang Slamet.
Dia mengatakan, kebutuhan uang di Indonesia dan luar negeri sama dari sisi kualitas bahan. Ketika ingin mencetak uang, pihaknya telah memperoleh spesifikasi mata uang dan pada dasarnya tidak ada perbedaan secara signifikan.
"Paling perbedaan hanya pada prosentase kapas. Semakin banyak kapas yang digunakan, maka semakin bagus. Tapi teknologi kami paling canggih dan punya keamanan tingkat tinggi supaya jika terjadi pemalsuan bisa terdeteksi," pungkas Slamet. (Fik/Nur)