Tiga Bayi Kembar Siam Berjuang untuk Tetap Hidup

Tiga bayi kembar siam asal Bayuwangi, Kediri dan Surabaya yang dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya saat ini berjuang untuk terus bisa hidup

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 27 Jul 2013, 14:00 WIB
Tiga bayi kembar siam asal Bayuwangi, Kediri dan Surabaya yang dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya saat ini berjuang untuk terus bisa hidup layaknya manusia normal, meski takdir Tuhan nantinya menentukan lain.
     
Tim dokter kembar siam RSUD dr. Soetomo Surabaya sudah memutuskan bahwa salah satu kembar siam dempet dada dan perut (xypo omphalopagus) asal Kediri, Jawa Timur yang diberi nama Citra dan Neyza tidak bisa dioperasi atau dipisahkan karena jantungnya sudah menyatu.
     
Sedangkan dua kembar siam lainnya masih ada harapan untuk bisa dioperasi. Hanya saja sampai saat ini belum jelas kapan keduanya bisa dioperasi karena dokter menilai keduanya masih perlu distabilkan terlebih dahulu.
     
"Sebagai orang tua, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya hanya bisa berharap kedua putrinya dapat dipisahkan menjadi manusia normal," kata ayah bayi kembar siam, Imam Sayuti saat menunggui anaknya di ruang IRD RSUD Soetomo beberapa hari lalu.
     
Imam mengakui lahirnya putri kembarnya ini tak luput dari faktor keturunan dari keluarganya yang juga ada yang kembar.
     
Hal sama juga diungkapkan paman bayi, Mamat. Ia mengatakan pihak keluarga hanya bisa pasrah dengan keputusan tim dokter yang tidak bisa melakukan operasi pemisahan.
     
"Kami bisanya pasrah semoga keluarga diberi ketabahan," katanya seperti dikutip dari Antara, Sabtu (27/2/2013).
     
Ketua Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSU dr Soetomo, dr Agus Harianto SpAK, mengatakan, pihaknya telah melakukan echocardiography atau menentukan struktur anatomi dan pembulu darah jantung bayi kembar siam asal Kediri yang dikirim ke RSUD Soetomo pada Rabu (17/7) itu.
     
"Ternyata jantungnya menyatu, kalau menyatu ya tidak mungkin bayi dipisahkan," katanya.
    
Menurut dia, tugas tim dokter saat ini hanya membuat bayi tersebut bisa bertahan hidup. "Dia hidup berdampingan dan mati berdampingan. Kalau kita paksakan operasi maka kita akan kehilangan keduanya," katanya.
    
Agus mengatakan pihaknya tidak mungkin melakukan operasi pemisahan tanpa melalui struktur anatomi kedua bayi. "Kami punya pengalaman pasien kami dari Mataram pada 2005 mereka bisa bertahan hidup sampai dua tahun tanpa dipisahkan," katanya.
     
Hal sama juga diungkapkan tim dokter ahli bedah lainnya, dr. Dhijinda Jiwangga SpBTKV. Ia mengatakan pihaknya sudah melakukan echocardiography terhadap bayi kembar siam itu.
     
"Kedua bayi itu jantungnya berhubungan sehingga jika dipisahkan akan berisiko tinggi akan terjadi kegagalan," katanya.
     
Selain itu, lanjut dia, dalam jantung bayi kembar tersebut terdapat penyakit jantung yang kompleks sehingga tim dokter memutuskan agar tidak dilakukan pemisahan.
     
"Kita biarkan dengan kondisi seperti itu. Kita jaga agar survive. Sampai kapan akan bertahan hanya Tuhan yang tau," katanya.

Distabilkan kondisinya     
Sementara itu, pihak manajemen RSUD dr. Soetomo terus berupaya menstabilkan bayi kembar siam dempet panggul dengan satu anus asal Wiyung, Kota Surabaya agar jangan sampai payah jantung seperti bayi kembar asal Kediri.
     
"Kita telah melakukan echocardiography atau menentukan struktur anatomi dan pembulu darah jantung bayi kembar siam sebanyak dua kali," kata Agus.
     
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga mempertahankan bayi kembar siam itu dengan memberikan obat-obatan untuk menstabilkan agar jangan sampai payah jantung. "Jika tidak distabilkan, payah jantung bisa terjadi setiap saat. Jika payah jantung maka tidak bisa dipisah," katanya.
     
Tim dokter juga memantau keadaan secara umum bayi baik dari minumnya, makannya, pada saat kencing dan lainnya. "Ini dilakukan agar bayi bisa tumbuh kembang dan bisa menerima obat-obatan," katanya.
     
Meski keduanya hanya memiliki satu anus, namun pembuangan dua bayi tersebut harus lancar. Karena itu, tim dokter berusaha mengatasi dengan mengosongkan anusnya supaya tidak mengalami perut kembung.
     
Sedangkan rencana pemisahan bayi kembar siam asal Banyuwangi diperkirakan masih membutuhkan waktu lama karena masih harus menunggu berat badannya mencapai 10 kilogram.
     
Anggota Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD dr Soetomo dr. Arie Viariani, mengatakan, sebelum operasi pemisahan, berat badan bayi kembar siam tersebut harus mencapai 10 kilogram, sedangkan berat badan bayi kembar siam asal Banyuwangi yang kini dirawat di ruang Irna Anak baru mencapi 8,5 kilogram.
     
"Kalau sudah mendekati berat badannya naik, maka akan dilakukan diagnostik untuk memeriksa organnya termasuk pembuluh darah," katanya.
     
Menurut dia, pemeriksaan secara menyeluruh tersebut dilakukan untuk mengetahui permasalahannya apa dan risikonya apa jika dilakukan operasi pemisahan.
     
Ia memperkirakan jika umur bayi kembar siam tersebut saat ini baru enam bulan dengan berat badan delapan kilogram, maka bisa saja operasi pemisahan dilakukan pada umur 12 bulan atau mencapai berat badan 10 kilogram sebagaimana kebanyakan bayi pada umumnya.
    
"Tapi itu pun dengan catatan pertumbuhan bayi bagus," katanya.
     
Sementara itu, dr Agus Harianto SpAK mengatakan untuk rencana pemisahan, pihaknya akan mengupayakan dengan obat-obatan agar kondisinya tetap stabil dahulu
     
"Alhamdulillah untuk bayi asal Banyuwangi paling stabil jika dibandingkan dua bayi kembar siam dari Kediri dan Surabaya yang ditangani di RSUD Soetomo," katanya.
     
Bahkan, lanjut dia, bayi tersebut saat ini sudah diberi vaksinasi DPT polio. "Kalau kondisinya sudah bagus akan diberikan vaksinassi seperti bayi normal pada umumnya. Ini menjadi modal besar sebelum operasi," katanya.

Percontohan     
RSUD dr. Seotomo Surabaya menjadi rumah sakit percontohan di Indonesia karena telah berhasil menangani sekitar 57 bayi kembar siam yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
     
Agus Harianto mengatakan RSUD Soetomo sudah mendapatkan kepercayaan yang luar biasa dari masyarakat di Indonesia. Bahkan tidak segan-segan, pihak RSUD Soetomo baru-baru ini mentrasfer pengetahuan cara penanganan bayi kembar siam ke RSUD Palembang.
     
"Bayi kembar siam asal Palembang tidak harus dibawa ke sini, tapi kita memberikan bantuan tenaga dan pengetahuan ke sana," katanya.
     
Apalagi, lanjut dia, fasilitas di RSUD Palembang saat ini sudah lengkap. "Kami berharap Pelembang dijadikan pusat penanganan bayi kembar siam se-Sumatera.
     
Ketua Forum Pers RSUD dr. Soetomo, dr Urip Mortedjo, mengatakan hingga saat sudah ada sekitar 57 bayi kembar siam dengan berbagai macam kelainan yang sudah pernah ditangani di RSUD Soetomo.
     
"Masyarakat bisa menikmati pelayanan penanganan bayi kembar siam di RSUD Soetomo," katanya.
     
Menurut dia, semua orang tua dan keluarga dari bayi kembar siam yang dirawat di RSUD Soetomo sudah pasrah dan menyerakan penanganan bayi kembar siam ke tim dokter. "Kami berusaha semaksimal mungkin agar bayi tersebut bisa survive (bertahan hidup)," katanya.
     
Ia mengatakan bahwa semua biaya operasi bayi kembar siam ditanggung penuh pihak rumah sakit atas bantuan dari pemerintah melalui asuransi atau jamkesmas.
     
"Mudah-mudahan ada donasi lain, karena biayanya cukup mahal belum termasuk biaya kehidupan untuk bapak dan ibu bayi kembar yang ditanggung pihak rumah sakit," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya