Produsen dan pedagang makanan asal Filipina, Agrinurture Incorporation (ANI) baru saja membeli 3 ribu hektare (ha) lahan di Kalimantan guna memperluas lahan penanaman pisang Cavendish.
Seperti dilansir dari Malaya Business Insight, Senin (29/7/2013), CEO ANI, Antonio Tiu mengatakan, perusahaan memprediksi panen pisang di lahan tersebut dapat mencapa 40 metrik ton per hektare.
"Penerjunan (bisnis) kami di Indonesia merupakan langkah awal untuk integrasi ASEAN," ujarnya.
Dia mengungkapkan, perkebunan di Indonesia akan membebaskan perusahaan dari berbagai risiko politik dan gangguan cuaca di Mindanao, Kalimantan.
Agrinuture juga diketahui belum lama membeli 1.000 ha lahan di Mindanao untuk P1 miliar guna meningkatkan jumlah ekspornya ke luar negeri.
Tiu mengatakan ANI tengah fokus meluaskan perkebunannya guna memenuhi pasokan buah untuk ekspor.
Bicara soal mitra kerjasamanya di Indonesia, Tiu memilih untuk merahasiakan namanya pada publik. Menurut dia, penanaman lahan baru akan dimulai kuartal I 2014.
"Kami berniat mengirim pisang ke China, Timur Tengah dan Korea saat panen pertama. Tentu saja lahan ini butuh beberapa tahun untuk berkembang," tuturnya.
Perusahaan hingga saat ini tercatat mengekspor pisang dan buah lainnya seperti mangga, kelapa, nanas dan pepaya ke China, Timur Tengah, Amerika Utara, dan Eropa.
Sementara itu, Direktur Badan Industri Perkebunan Clarito Barron mengatakan, ekspor pisang Cavendish meningkat sebesar 111% sebanyak 3,8 juta metrik ton pada 2012, dari 1,8 metrik ton pada 2011. Jumlah tersebut dicapai sebelum pembatasan impor terhadap salah satu pasar Filipina, China.
Barron menunjukkan kinerja yang kuat lewat sektor tersebut dengan peningkatan permintaan pisang Cavendish dari pasar-pasar tradisional dan juga pasar luar negeri.
"Pengiriman ke negara tujuan ekspor baru seperti Indonesia, Pakistan, Yordania dan beberapa negara Timur Tengah menambah peningkatan permintaan," ujarnya.
Dia juga mengatakan, peningkatan permintaan Korea dan Jepang menambah volume ekspor. Ekspor 1 juta metrik ton ke dua negara tujuan utama pisang Cavendish Filipina ini telah menutupi kerugian di pasar China.
"Ada peningkatan luar biasa dalam volume ekspor dari negara-negara importir seperti Jepang dan Korea," jelasnya.
Barron mengatakan, pembatasan pada ekspor pisang Filipina ke China telah mereda. Otoritas China mencatat peningkatan kualitas pisang yang tiba di beberapa pelabuhan China.
Pada 2012, China mengimpor 400 ribu metrik ton pisang Cavendish, setara dengan jumlah impor di tahun sebelumnya.
"China menjadi pasar terbesar ketiga menyusul Jepan dan Korea. Meski demikian, China masih berperan besar sebagai salah satu pasar ekspor pisang kami," jelas Barron.
Sementara untuk 2013, Barron mengatakan pihaknya memprediksi jumlah ekspor akan kian meningkat mengingat perluasan wilayah ekspor ke Amerika Serika pada kuartal I 2013.
"Kami hanya tinggal menunggu putusan peraturan impor pisang negaranya. Kami telah menyediakan penawaran, bolanya ada di tangan mereka," ungkapnya. (Sis/Ndw)
Seperti dilansir dari Malaya Business Insight, Senin (29/7/2013), CEO ANI, Antonio Tiu mengatakan, perusahaan memprediksi panen pisang di lahan tersebut dapat mencapa 40 metrik ton per hektare.
"Penerjunan (bisnis) kami di Indonesia merupakan langkah awal untuk integrasi ASEAN," ujarnya.
Dia mengungkapkan, perkebunan di Indonesia akan membebaskan perusahaan dari berbagai risiko politik dan gangguan cuaca di Mindanao, Kalimantan.
Agrinuture juga diketahui belum lama membeli 1.000 ha lahan di Mindanao untuk P1 miliar guna meningkatkan jumlah ekspornya ke luar negeri.
Tiu mengatakan ANI tengah fokus meluaskan perkebunannya guna memenuhi pasokan buah untuk ekspor.
Bicara soal mitra kerjasamanya di Indonesia, Tiu memilih untuk merahasiakan namanya pada publik. Menurut dia, penanaman lahan baru akan dimulai kuartal I 2014.
"Kami berniat mengirim pisang ke China, Timur Tengah dan Korea saat panen pertama. Tentu saja lahan ini butuh beberapa tahun untuk berkembang," tuturnya.
Perusahaan hingga saat ini tercatat mengekspor pisang dan buah lainnya seperti mangga, kelapa, nanas dan pepaya ke China, Timur Tengah, Amerika Utara, dan Eropa.
Sementara itu, Direktur Badan Industri Perkebunan Clarito Barron mengatakan, ekspor pisang Cavendish meningkat sebesar 111% sebanyak 3,8 juta metrik ton pada 2012, dari 1,8 metrik ton pada 2011. Jumlah tersebut dicapai sebelum pembatasan impor terhadap salah satu pasar Filipina, China.
Barron menunjukkan kinerja yang kuat lewat sektor tersebut dengan peningkatan permintaan pisang Cavendish dari pasar-pasar tradisional dan juga pasar luar negeri.
"Pengiriman ke negara tujuan ekspor baru seperti Indonesia, Pakistan, Yordania dan beberapa negara Timur Tengah menambah peningkatan permintaan," ujarnya.
Dia juga mengatakan, peningkatan permintaan Korea dan Jepang menambah volume ekspor. Ekspor 1 juta metrik ton ke dua negara tujuan utama pisang Cavendish Filipina ini telah menutupi kerugian di pasar China.
"Ada peningkatan luar biasa dalam volume ekspor dari negara-negara importir seperti Jepang dan Korea," jelasnya.
Barron mengatakan, pembatasan pada ekspor pisang Filipina ke China telah mereda. Otoritas China mencatat peningkatan kualitas pisang yang tiba di beberapa pelabuhan China.
Pada 2012, China mengimpor 400 ribu metrik ton pisang Cavendish, setara dengan jumlah impor di tahun sebelumnya.
"China menjadi pasar terbesar ketiga menyusul Jepan dan Korea. Meski demikian, China masih berperan besar sebagai salah satu pasar ekspor pisang kami," jelas Barron.
Sementara untuk 2013, Barron mengatakan pihaknya memprediksi jumlah ekspor akan kian meningkat mengingat perluasan wilayah ekspor ke Amerika Serika pada kuartal I 2013.
"Kami hanya tinggal menunggu putusan peraturan impor pisang negaranya. Kami telah menyediakan penawaran, bolanya ada di tangan mereka," ungkapnya. (Sis/Ndw)