Rupiah Melemah, Pertumbuhan Kredit Bank Susut dari 22% ke 18%

Citi Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit pada tahun ini hanya naik 18% dari perkiraan semula sebesar 22%.

oleh Syahid Latif diperbarui 31 Jul 2013, 12:18 WIB
Di tengah kondisi likuditas yang semakin ketat, volatilitas nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini bakal memicu risiko tersendiri bagi industri perbankan nasional. Lebih jauh, pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan akan melambat menjadi 18% pada akhir 2013.

Pada Mei lalu, Citi Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 22%.

Ekonomi Citi Indonesia, Helmi Arman dalam ulasannya, Rabu (31/7/2013) menjelaskan tingkat bunga antarbank saat ini masih sejalan dengan koridor kebijakan moneter. Artinya, belum ada tanda-tanda stress pada industri perbankan.

Namun, lanjut Helmi, ekses likuditas pada sistem perbankan nasional telah berkurang dengan sangat cepat. Hal ini terjadi akibat defisit neraca pembayaran dan intervensi rupiah oleh Bank Indonesia.

"Dana penyelamatan yang membutuhkan pertumbuhan pinjaman menjadi makin menantang ke depannya," kata Helmi.

Volatilitas rupiah yang terjadi belakangan, diperkirakan bakal mengurangi risiko karena pelaku perbankan semakin khawatir dengan risiko diantara pesaingnya.

Dengan pertimbangan tersebut, Citi Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit industri perbankan nasional akan tumbuh melambat. Hingga akhir 2013, pertumbuhan kredit diproyeksikan hanya akan mencapai 18% dari prediksi semula 22% pada Mei lalu.

Citi sebelumnya memperkirakan daya beli masyarakat telah terpangruh besar akibat naiknya inflasi dan turunnya harga komoditas di sejumlah daerah kaya sumber daya alam (SDA). Rendahnya harga komoditas bahkan membuat pertumbuhan ekonomi di Riau dan Kalimantan Timur yang kaya akan SDA melambat masing-masing 1-2% year on year.

Kondisi ini memicu naiknya rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) rata-rata 1 percentage poin. Meski level tersebut masih di bawah batas maksimal 5%.(Shd)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya