Damainya Morsi Meski Terguling

Sejak dilengserkan militer, mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi menghilang. Kini kabar terbarunya datang dari Uni Eropa.

oleh Riz diperbarui 01 Agu 2013, 00:01 WIB
Keberadaan Presiden terguling Mesir Mohammed Morsi masih simpang siur. Dia menghilang bak ditelan bumi. Tak pernah muncul lagi batang hidungnya di muka publik.

Tak banyak yang tahu bagaimana sekarang kondisi presiden 61 tahun itu. Ada yang bilang sang mantan pemimpin ditahan di kompleks militer. Ada juga yang menyebut dirinya hengkang ke luar negeri.

Tapi kabar terbaru dicanangkan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton. Dia bilang, Morsi saat ini tengah berada di dalam penjara pemerintah Mesir.

"Ia (Morsi) baik-baik saja dan mengaku telah diberitahu sebelumnya bahwa saya akan datang. Dia terlihat senang saat melihat saya," ungkap Catherine usai mengunjungi Morsi, seperti dimuat BBC, Rabu (31/7/2013).

Namun Catherine enggan memberitahu di mana lokasi pasti Morsi ditahan. Ia cuma membeberkan bagaimana dirinya bisa bertemu dengan mantan pemimpin dari Partai Ikhwanul Muslimin itu.

"Saya naik helikopter ke sana. Morsi ditemani 2 penasihat. Tempat Morsi (ditahan) adalah fasilitas militer."

Menemui Catherine, Morsi tampak biasa. Tak terlihat raut sedih atau murung karena dilengserkan. Ia bahkan tetap menjalani aktivitas seperti biasa di dalam tahanan. Membaca koran dan menonton televisi untuk memantau perkembangan Mesir yang masih karut marut.

"Morsi ditemani 2 penasihat. Ia mendapatkan perlakuan yang baik," jelas Catherine.

Namun kesaksian Catherine tersebut masih disangsikan. Kabar lain menyebut Morsi dideportasi militer ke luar negeri. Namun menurut laporan kantor berita Mesir, MENA dan EgyNews, Morsi menolak pergi dari negaranya.

Sementara Juru Bicara Angkatan Bersenjata Mesir Kolonel Ahmed Ali menegaskan, Morsi saat ini ditahan di sebuah lokasi yang dirahasiakan demi 'keselamatan pribadi'.

Terlibat Pembobolan Penjara?

Entah alasan apa yang bakal dikenakan pihak yang menahan Morsi. Apa karena dekrit presiden kontroversial yang mengindikasikan kekebalan hukum atau ada kasus lain. Tapi Pengadilan Mesir mengumumkan baru-baru ini.

Pengadilan akan memeriksa Morsi atas dugaan kerja sama dengan kelompok Hamas Palestina terkait serangan terhadap kantor polisi dan pembobolan penjara di Mesir pada awal 2011 lalu.

Ketika itu, para tahanan politik dari kelompok Ikhwanul Muslimin melarikan diri saat pemberontakan besar-besaran dalam menggulingkan diktator Hosni Mubarak.

Dugaan kejahatan itu sedang diusut pengadilan untuk mengetahui bagaimana para napi menjebol penjara pada akhir Januari 2011, setelah adanya dugaan bahwa kelompok Morsi meminta bantuan kepada penguasa Hamas di Gaza.

Menanggapi keputusan Pengadilan Mesir ini, Ikhwanul Muslimin menyatakan, penahanan terhadap Morsi merupakan sinyal kembalinya rezim Hosni Mubarak. Pihak-pihak di bawah kekuasaan Mubarak dulu kembali muncul.

"Penahanan ini seperti dilakukan dari rezim sebelumnya. Mereka ingin membalas," kata juru bicara Ikhwanul Muslimin, Gehad El-Haddad, seperti dilansir MENA.

Pemimpin Hamas mengecam upaya penahanan Morsi dan tudingan adanya bantuan dari kelompoknya terhadap mantan penguasa Mesir itu.

"Hamas mengutuk langkah itu karena tudingan itu menggambarkan gerakan Hamas seolah-olah bersifat jahat," ujar juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri.

Menurut Sami, keputusan Pengadilan Mesir tak dibenarkan. Dia menegaskan kekuasaan di Mesir saat ini telah mengabaikan kepentingan rakyat.

"Juga tak dibenarkan telah melibatkan Palestina," tegasnya.

Mati-matian Lawan Kudeta

Meski sudah memiliki pemimpin terpilih, situasi Mesir masih bergolak. Kubu pendukung Morsi dari Ikhwanul Muslimin terus melancarkan aksi demonstrasi. Mereka mati-matian memprotes kudeta militer terhadap Morsi. Juga menolak penahanan si pemimpin terguling.

Sejumlah tempat disambangi para massa pro-Morsi. Termasuk Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Mereka memblokir pintu masuk, menumpuk konblok dan batu di depan gerbang Al Azhar.

Tak mau kalah, kelompok pro-militer pemberontak Morsi juga turun ke jalan. Tetap memprotes Morsi meski sudah digulingkan. Alhasil, pemberontakan pun terjadi.

Bentrok antar pro dan kontra Morsi hingga pertumpahan darah terbaru terjadi di sekitar Masjid Rabaa al-Adawiya. Tetesan darah memenuhi jalan. Membentuk kolam darah.

Pertempuran berlangsung dari malam hingga pagi waktu setempat. Udara pekat dipenuhi gas air mata, para demonstran muntah-muntah. Tembakan senapan otomatis masih terdengar.

Seorang dokter di rumah sakit lapangan dekat dengan lokasi protes, Hesham Ibrahim mengatakan, hanya dalam waktu 8 jam, 100 nyawa melayang -- kebanyakan akibat luka tembak di dada dan kepala para korban.

"Dan lebih dari 1.000 orang terluka dan dirawat di sini," kata dia. Beberapa 'Kolam darah' bisa ditemukan di rumah sakit itu. Paramedis yang bekerja sudah tak sanggup lagi menerima limpahan korban luka yang terus berdatangan.

"Kudeta Demokrasi"

Putra Mohammed Morsi, Osama Morsi angkat bicara soal Mesir dan nasib ayahnya. Mengenakan polo ungu dan bergaya kacamata Ray Ban, Osama Morsi masuk ke ruang wawancara CNN dengan raut wajah tenang, percaya diri, dan menantang.

Lelaki bermata hijau dan ayah dari 2 anak itu meracau, "Apa yang akan saya lihat dalam beberapa hari mendatang? Revolusi akan berhasil dan bahwa pemimpin yang sah akan kembali."

"Rakyat Mesir tidak pernah lagi takut atau diteror oleh penahanan," imbuh dia.

Menurut Osama, yang dimaksud revolusi di sini adalah revolusi melawan Presiden Mesir sebelumnya, Hosni Mubarak pada 25 Januari 2011. Revolusi itu membuat Morsi dipilih melalui pemilihan umum yang sah dan diakui oleh berbagai pihak saat itu.

"Kini yang terjadi adalah kudeta melawan revolusi, kudeta terhadap demokrasi, kudeta pada konstitusi dan kehendak rakyat."

Saat ini, kekuasaan Mesir dipegang Presiden sementara Adli Mansour dan Perdana Menteri sementara Hazem El-Beblawi. PM Hazem mengatakan bahwa 70% jabatan menteri telah terisi. Kabinet baru diperkirakan akan diumumkan segera. (Riz)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya