PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk. (TBIG) melaporkan pendapatan perusahaan sepanjang semester I-2013 meningkat 96% menjadi Rp 1,2 triliun. Peningkatan juga terjadi pada EBITDA perseroan yang melonjak 102% menjadi Rp 1 triliun.
CEO Tower Bersama Infrastructure, Hardi Wijaya Liong, mengatakan kinerja kuartal II-2013 ini menunjukkan bahwa perseroan tetap berfokus dalam pencapaian hasil operasional yang cemerlang dan penyelesaian pembangunan menara telekomunikasi yang tepat waktu. "Kami berhasil menambah 974 penyewaan dari pertumbuhan organik," jelas Hardi di Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Data perusahaan menunjukan, posisi utang hingga akhir Juni 2013 mencapai Rp10,8 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp7,8 triliun. Sementara saldo kas yang dimiliki perusahaan tercatat mencapai Rp 1,5 triliun, total pinjaman bersih menjadi Rp 9,3 triliun dan total pinjaman senior bersih Perseroan menjadi Rp 6,3 triliun.
Rasio pinjaman senior (net senior debt) bersih terhadap EBITDA triwulan kedua yang disetahunkan adalah 2,96x, dan rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan kedua yang disetahunkan adalah 4,35x. Rasio-rasio tersebut dianggap masih lebih rendah jika dibandingkan dengan rasio yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman perseroan.
Hingga paruh pertama 2013, Tower Bersama mencatat telah memiliki 15.293 penyewaan dan 9.308 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 7.924 menara telekomunikasi, 1.040 shelter-only, dan 344 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 13.909, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,76.
Guna mendanai pembangunan organik dalam skala besar ini, perseroan mengaku telah bekerjasama dengan para kreditur agar tetap tersedia pendanaan yang kompetitif. "Termasuk diversifikasikan sumber pendanaan kami melalui penjualan perdana surat utang jangka panjang dalam mata uang dolar Amerika USD pada bulan April 2013,' kata Hardi. (Yas/Shd)
CEO Tower Bersama Infrastructure, Hardi Wijaya Liong, mengatakan kinerja kuartal II-2013 ini menunjukkan bahwa perseroan tetap berfokus dalam pencapaian hasil operasional yang cemerlang dan penyelesaian pembangunan menara telekomunikasi yang tepat waktu. "Kami berhasil menambah 974 penyewaan dari pertumbuhan organik," jelas Hardi di Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Data perusahaan menunjukan, posisi utang hingga akhir Juni 2013 mencapai Rp10,8 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp7,8 triliun. Sementara saldo kas yang dimiliki perusahaan tercatat mencapai Rp 1,5 triliun, total pinjaman bersih menjadi Rp 9,3 triliun dan total pinjaman senior bersih Perseroan menjadi Rp 6,3 triliun.
Rasio pinjaman senior (net senior debt) bersih terhadap EBITDA triwulan kedua yang disetahunkan adalah 2,96x, dan rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan kedua yang disetahunkan adalah 4,35x. Rasio-rasio tersebut dianggap masih lebih rendah jika dibandingkan dengan rasio yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman perseroan.
Hingga paruh pertama 2013, Tower Bersama mencatat telah memiliki 15.293 penyewaan dan 9.308 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 7.924 menara telekomunikasi, 1.040 shelter-only, dan 344 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 13.909, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,76.
Guna mendanai pembangunan organik dalam skala besar ini, perseroan mengaku telah bekerjasama dengan para kreditur agar tetap tersedia pendanaan yang kompetitif. "Termasuk diversifikasikan sumber pendanaan kami melalui penjualan perdana surat utang jangka panjang dalam mata uang dolar Amerika USD pada bulan April 2013,' kata Hardi. (Yas/Shd)