Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengeluhkan realisasi laju inflasi pada Juli 2-13 yang mencapai 3,29% atau melampaui perkiraan pemerintah. Pemerintah menuding kenaikan itu dipicu penyesuaian tarif angkutan yang melebihi patokan sebesar 15%.
"Itu memang di luar perkiraan kami karena kenaikan biaya angkutan sulit dideteksi, mengingat kewenangan kenaikan ada di pemerintah daerah yang menyesuaikan. Sebab estimasi kami memperkirakan kenaikan tarif angkutan rata-rata 15%, jadi tidak bisa kontrol," ungkap dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Selain itu, meroketnya inflasi bulan lalu juga disebabkan pasokan bahan pangan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. kondisi itu otomatis memicu lonjakan harga pangan.
"Sekarang ini kan masa susah di mana secara siklus, pedagang itu biasanya akan meningkatkan harga walaupun tidak ada pasokan. Sehingga ketika ada isu pasokan harga tidak juga turun karena pedagang menganggap saatnya mereka dapat keuntungan," papar dia.
Berbagai kondisi itulah yang kemudian tingginya laju inflasi di atas ekspektasi pemerintah. Pemerintah juga mengaku harus membenahi tata niaga serta stok pangan.
Bambang optimistis, harga pangan akan mulai turun paska lebaran seiring motivasi pedagang yang ingin meraup keuntungan besar sudah semakin mereda.
"Saya menganggap satu-satunya cara supaya inflasinya tidak melonjak itu adalah menjaga dan memperbaiki pasokan pangan," ujarnya.
Hingga saat ini, pemerintah menegaskan belum dapat memprediksi inflasi secara keseluruhan hingga akhir tahun ini. Alasannya, pemerintah masih mempunyai waktu lima bulan untuk mengejar target inflasi 7,2% di 2013. "Sebenarnya susah tapi oktober masih ada potensi deflasi. Kami berharap kondisi ini tidak menjadi lebih buruk. Mudah-mudahan ke depannya jadi lebih baik," pungkas Bambang.(Fik/Shd)
"Itu memang di luar perkiraan kami karena kenaikan biaya angkutan sulit dideteksi, mengingat kewenangan kenaikan ada di pemerintah daerah yang menyesuaikan. Sebab estimasi kami memperkirakan kenaikan tarif angkutan rata-rata 15%, jadi tidak bisa kontrol," ungkap dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Selain itu, meroketnya inflasi bulan lalu juga disebabkan pasokan bahan pangan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. kondisi itu otomatis memicu lonjakan harga pangan.
"Sekarang ini kan masa susah di mana secara siklus, pedagang itu biasanya akan meningkatkan harga walaupun tidak ada pasokan. Sehingga ketika ada isu pasokan harga tidak juga turun karena pedagang menganggap saatnya mereka dapat keuntungan," papar dia.
Berbagai kondisi itulah yang kemudian tingginya laju inflasi di atas ekspektasi pemerintah. Pemerintah juga mengaku harus membenahi tata niaga serta stok pangan.
Bambang optimistis, harga pangan akan mulai turun paska lebaran seiring motivasi pedagang yang ingin meraup keuntungan besar sudah semakin mereda.
"Saya menganggap satu-satunya cara supaya inflasinya tidak melonjak itu adalah menjaga dan memperbaiki pasokan pangan," ujarnya.
Hingga saat ini, pemerintah menegaskan belum dapat memprediksi inflasi secara keseluruhan hingga akhir tahun ini. Alasannya, pemerintah masih mempunyai waktu lima bulan untuk mengejar target inflasi 7,2% di 2013. "Sebenarnya susah tapi oktober masih ada potensi deflasi. Kami berharap kondisi ini tidak menjadi lebih buruk. Mudah-mudahan ke depannya jadi lebih baik," pungkas Bambang.(Fik/Shd)