Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) saat momen mudik pada minggu (4/8/2013) meleset atau lebih rendah dibandingkan prediksi PT Pertamina (Persero).
Vice President Corporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir mengaku pihaknya memprediksi puncak arus mudik terjadi pada Minggu (4/8/2013) kemarin. Pada hari itu, konsumsi BBM bisa mencapai 100 ribu kiloliter (Kl).
"Kita prediksi kemarin 100 ribu tapi meleset. Kenyataannya premium 97 ribu, Sabtu Minggu," ujar Ali saat menghadiri acara pelepasan mudik gratis Pertamina di silang Monas Jakarta, Senin (5/8/2013).
Menurut Ali, penurunan konsumsi tersebut karena kenaikan harga BBM bersubsidi beberapa waktu lalu yang mengakibatkan masyarakat memilih untuk memakai alat transportasi umum saat mudik.
"Jadi ada dampak kenaikan harga BBM sehingga volume yang mudik nggak seheboh tahun lalu tidak ada yang sampai stuck," tutur dia.
Namun, Ali menambahkan, saat puncak mudik konsumsi Pertamax justru naik. Ini terjadi kemungkinan berkaitan dengan kesadaran masyarakat untuk menggunakan BBM non subsidi. Serta keinginan masyarakat untuk menjaga kondisi mesin kendaraan. "Pertamaks ada kenaikan sampai 50%," pungkas dia. (Pew/Nur)
Vice President Corporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir mengaku pihaknya memprediksi puncak arus mudik terjadi pada Minggu (4/8/2013) kemarin. Pada hari itu, konsumsi BBM bisa mencapai 100 ribu kiloliter (Kl).
"Kita prediksi kemarin 100 ribu tapi meleset. Kenyataannya premium 97 ribu, Sabtu Minggu," ujar Ali saat menghadiri acara pelepasan mudik gratis Pertamina di silang Monas Jakarta, Senin (5/8/2013).
Menurut Ali, penurunan konsumsi tersebut karena kenaikan harga BBM bersubsidi beberapa waktu lalu yang mengakibatkan masyarakat memilih untuk memakai alat transportasi umum saat mudik.
"Jadi ada dampak kenaikan harga BBM sehingga volume yang mudik nggak seheboh tahun lalu tidak ada yang sampai stuck," tutur dia.
Namun, Ali menambahkan, saat puncak mudik konsumsi Pertamax justru naik. Ini terjadi kemungkinan berkaitan dengan kesadaran masyarakat untuk menggunakan BBM non subsidi. Serta keinginan masyarakat untuk menjaga kondisi mesin kendaraan. "Pertamaks ada kenaikan sampai 50%," pungkas dia. (Pew/Nur)
