Suatu sudut di London barat akan menyaksikan sejarah kuliner dan ilmiah pada Senin, ketika para ilmuwan memasak serta menyajikan burger daging sapi yang menggunakan daging buatan di dalam tabung laboratorium untuk pertamakalinya.
Burger daging sapi tabung diambil dari batang sel, adalah contoh daging ciptaan pertama, yang akan menjawab kelangkaan pangan dunia dan memerangi perubahan iklim global, akan digoreng dan diicip oleh para relawan.
Pembuatan burger ini merupakan hasil dari penelitian bertahun-tahun oleh ilmuwan Belanda Mark Post, seorang ahli biologi pembuluh darah di universitas Maastricht, yang akan bekerja untuk memamerkan bagaimana daging itu ditumbuhkan di perlatan yang suatu saat nanti mungkin menjadi pilihan daging dari ternak sapi.
Daging untuk burger itu dirajut dari sekitar 20 ribu serat protein yang dibudidayakan dari batang sel sapi di laboratorium Post.
Jaringannya tumbuh dengan menempatkan sel-sel pada sebentuk cincin, mirip donat, di sekeliling jeli nutrisi, Post menjelaskan.
Untuk menghasilkan burger, para ilmuwan menggabungkan daging sapi buatan dengan bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan untuk membuat burger seperti garam, tepung roti dan tepung telur, sedangkan untuk warna alami merahnya digunakan sari buah bit merah dan safron.
"Burger gami terbuat dari otot sel yang diambil dari seekor sapi. Kami belum pernah mengubahnya dalam bentuk lain," papar Post seperti dikutip Reuters, Senin (5/8/2013).
"Untuk keberhasilannya harus dilihat, dirasakan dan semoga bisa bercita-rasa seperti yang asli."
Berhasil dari sudut pandang Post, berarti tidak saja menghasilkan burger yang enak, tetapi juga temuan masa depan akan bahan pangan berkesinambungan, sesuai etika dan ramah lingkungan sebagai alternatif produksi daging.
Gas rumah kaca
Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2006, industri pertanian menyumbangkan perubahan iklim dalam "skala mahabesar", pencemaran udara, penurunan daya dukung tanah dan penggunaan energi serta penurunan keberagaman hayati.
Laporan berjudul "Bayangan Panjang Ternak" menyebutkan bahwa industri daging menyumbangkan 18 persen gas rumah kaca dunia dan perbandingannya akan tumbuh seiring dengan pertambahan konsumen di negara-negara yang pertumbuhan penduduknya pesat seperti India dan China, karena memerlukan lebih banyak konsumsi daging.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) produksi daging diproyeksikan naik menjadi 376 juta ton sampai dengan 2030 dari 218 juta ton pada 1997-1999 dan permintaan dari pertumbuhan penduduk diperkirakan naik melebihi jumlah tersebut.
Post mengacu pada angka FAO mengemukakan bahwa permintaan daging diperkirakan naik lenih dari dua per tiga hingga 2050.
Para Penyeru Kesejahteraan Hewan menyambut baik budidaya daging dan memperkisakan masa depan yang cemerlang untuk itu.
"Teknologi tabung akan menggantikan pemotongan sapi dan ayam secara utuh," kata Masyarakat Untuk Penanganan Etika Hewan (PETA).
"Ini juga akan mengurangi emisi karbon, menghemat air dan menyediakan ketahanan pangan."
Suatu hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2011 membandingkan secara relatif dampak lingkungan dari segala macam daging termasuk domba dan babi, sapi dengan daging buatan, produk hasil laboratorium, sejauh ini sangat kecil dampaknya pada lingkungan.
Hanna Tuomisto, yang mengadakan penelitian itu di universitas Oxford pada unit Penelitian Konservasi Margasatwa menemukan bahwa daging buatan menggunakan penghematan energi antara 35 hingga 65 persen, mengurangi gas rumah kaca antara 85-90 persen dan 95 persen mengurangi pemakaian tanah yang biasanya digunakan untuk memproduksi daging hewan.
Penggorengan burger daging pada Senin adalah langkah pertama di dunia dan hanya dimaksudkan untuk membuktikan konsep tersebut, sedangkan perusahaan ilmiah Belanda akan memproduksinya untuk perdagangan sekitar 20 tahun mendatang.
"Apa yang akan kami lakukan adalah penting karena saya berharap dapat menunjukkan bahwa daging buatan bisa menjawab masalah besar yang dihadapi dunia," ia menambahkan.
(Abd)
Burger daging sapi tabung diambil dari batang sel, adalah contoh daging ciptaan pertama, yang akan menjawab kelangkaan pangan dunia dan memerangi perubahan iklim global, akan digoreng dan diicip oleh para relawan.
Pembuatan burger ini merupakan hasil dari penelitian bertahun-tahun oleh ilmuwan Belanda Mark Post, seorang ahli biologi pembuluh darah di universitas Maastricht, yang akan bekerja untuk memamerkan bagaimana daging itu ditumbuhkan di perlatan yang suatu saat nanti mungkin menjadi pilihan daging dari ternak sapi.
Daging untuk burger itu dirajut dari sekitar 20 ribu serat protein yang dibudidayakan dari batang sel sapi di laboratorium Post.
Jaringannya tumbuh dengan menempatkan sel-sel pada sebentuk cincin, mirip donat, di sekeliling jeli nutrisi, Post menjelaskan.
Untuk menghasilkan burger, para ilmuwan menggabungkan daging sapi buatan dengan bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan untuk membuat burger seperti garam, tepung roti dan tepung telur, sedangkan untuk warna alami merahnya digunakan sari buah bit merah dan safron.
"Burger gami terbuat dari otot sel yang diambil dari seekor sapi. Kami belum pernah mengubahnya dalam bentuk lain," papar Post seperti dikutip Reuters, Senin (5/8/2013).
"Untuk keberhasilannya harus dilihat, dirasakan dan semoga bisa bercita-rasa seperti yang asli."
Berhasil dari sudut pandang Post, berarti tidak saja menghasilkan burger yang enak, tetapi juga temuan masa depan akan bahan pangan berkesinambungan, sesuai etika dan ramah lingkungan sebagai alternatif produksi daging.
Gas rumah kaca
Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2006, industri pertanian menyumbangkan perubahan iklim dalam "skala mahabesar", pencemaran udara, penurunan daya dukung tanah dan penggunaan energi serta penurunan keberagaman hayati.
Laporan berjudul "Bayangan Panjang Ternak" menyebutkan bahwa industri daging menyumbangkan 18 persen gas rumah kaca dunia dan perbandingannya akan tumbuh seiring dengan pertambahan konsumen di negara-negara yang pertumbuhan penduduknya pesat seperti India dan China, karena memerlukan lebih banyak konsumsi daging.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) produksi daging diproyeksikan naik menjadi 376 juta ton sampai dengan 2030 dari 218 juta ton pada 1997-1999 dan permintaan dari pertumbuhan penduduk diperkirakan naik melebihi jumlah tersebut.
Post mengacu pada angka FAO mengemukakan bahwa permintaan daging diperkirakan naik lenih dari dua per tiga hingga 2050.
Para Penyeru Kesejahteraan Hewan menyambut baik budidaya daging dan memperkisakan masa depan yang cemerlang untuk itu.
"Teknologi tabung akan menggantikan pemotongan sapi dan ayam secara utuh," kata Masyarakat Untuk Penanganan Etika Hewan (PETA).
"Ini juga akan mengurangi emisi karbon, menghemat air dan menyediakan ketahanan pangan."
Suatu hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2011 membandingkan secara relatif dampak lingkungan dari segala macam daging termasuk domba dan babi, sapi dengan daging buatan, produk hasil laboratorium, sejauh ini sangat kecil dampaknya pada lingkungan.
Hanna Tuomisto, yang mengadakan penelitian itu di universitas Oxford pada unit Penelitian Konservasi Margasatwa menemukan bahwa daging buatan menggunakan penghematan energi antara 35 hingga 65 persen, mengurangi gas rumah kaca antara 85-90 persen dan 95 persen mengurangi pemakaian tanah yang biasanya digunakan untuk memproduksi daging hewan.
Penggorengan burger daging pada Senin adalah langkah pertama di dunia dan hanya dimaksudkan untuk membuktikan konsep tersebut, sedangkan perusahaan ilmiah Belanda akan memproduksinya untuk perdagangan sekitar 20 tahun mendatang.
"Apa yang akan kami lakukan adalah penting karena saya berharap dapat menunjukkan bahwa daging buatan bisa menjawab masalah besar yang dihadapi dunia," ia menambahkan.
(Abd)