[VIDEO 4] Jurus Maut PLN Amankan Listrik dari Aksi Pencurian

Pencurian listrik masih marak terjadi. Mulai dari mencantol aliran listrik melalui kabel resmi di rumah hingga modifikasi meteran.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 06 Agu 2013, 20:00 WIB
Pencurian listrik masih marak terjadi. Mulai dari mencantol aliran listrik melalui kabel resmi yang dipasang di salah satu rumah, modifikasi meteran listrik hingga pembesaran daya listrik.

Selain merugikan PLN, aksi maling listrik ini juga bisa menimbulkan bahaya karena dapat membahayakan rumah maupun jiwa warga bersangkutan. Negara juga dirugikan karena listrik yang dicuri diberi subsidi pemerintah.

Ditemui Nurseffi Dwi Wahyuni dari Liputan6.com di kediamannya, Jalan Gedung Raya, Jakarta, Direktur Utama PLN Nur Pamudji akan menerangkan soal aksi pencurian listrik di Indonesia.

Berikut hasil petikan wawancara seperti ditulis, Selasa (6/8/2013):

Untuk pencurian listrik, modus-modus seperti apa yang sering digunakan?

Ada yang dengan membongkar paksa instalansi listrik. Ada juga yang trafo ukurnya diganggu, sehingga pemakaian listrik yang terukur di meteran itu lebih rendah. Ada yang pintar lagi, yang ganggunya Magrib sampai malam, habis itu dinormalkan lagi. Maksudnya supaya tidak ketahuan.

Tapi PLN kan punya peta meter digital untuk pelanggan gede seperti mal. Nanti datanya tinggal di download. Petugasnya tidak perlu datang, tapi dia bisa tahu ada penurunan (pemakaian) tiap Magrib, lalu besar lagi. Nanti tiap jam 10 malam kembali normal lagi, tiap Magrib turun lagi.

Oh ini mungkin punya genset kan, lalu PLN cek punya genset atau tidak. Ternyata tidak punya genset.

Itu diproses, apa ada denda dari PLN?

Denda dari PLN. Itu diselesaikan secara bisnis (B to B). Itukan bisnis kedua belah pihak. Kemudian pihak pembeli melakukan tindakan yang merugikan pihak kedua. Sudah ada dalam perjanjian kalau itu terjadi, tindakan apa yang harus dilakukan, maka kita laksanakan.

Menurut Anda, apakah tingkat Pencurian listrik di Indonesia tinggi?

Menurut saya, tingkat pencurian listrik di Indonesia tidak bisa dibilang tinggi, secara umum. Saya memberi gambaran, ukurannya itu losses (susut jaringan), sebagian disebabkan oleh adanya pencurian. Tapi sebagian lagi  benar-benar teknis karena listrik yang berubah jadi panas ketika mengalir di kawat atau trafo, itu disebutnya losses teknis.

Lalu ada lagi losses non-teknis, itu penyebabnya adalah pencurian. Kalau dibandingkan losses-nya, Indonesia saat ini 9%, Brasil 16%, India 24%, dan di Malaysia juga 9%. Jadi sekali lagi, ada dua komponen, losses teknis dan pencurian (non-teknis).

Jadi sebenarnya tidak jelek-jelek amat. World Bank bilang, kalau soal losses, PLN ini bagus. Makanya Myanmar mau belajar ke Indonesia, dia losses-nya 26%, kita berbagi ilmu sama mereka. Meski kita sendiri masih belum puas, tidak ada istilah puas, selalu kita ingin terus menurunkan losses.Tapi jangan ngawur jangan suka menuduh berlebihan, yang adil.

Cara PLN untuk turunkan susut jaringan?

Kalau karena pencurian, itu dengan mengamankan instalasi PLN supaya tidak gampang dicuri, bisa dengan pasang meter digital biar bisa dipantau, itu sangat membantu. Kemudian pengamanan teknis di pabrik, di mall. Itu harus diamankan supaya tidak diganggu.

Kemudian yg lain dengan intensitas patroli untuk mengawasi pelanggan. Macam-macam bentuk patrolinya, bisa dari rekening saja, kita kan sudah komputerisasi, kita bisa search (cari) rekening yang tidak normal, itu langsung muncul rekening yang aneh, yang jam pemakaiannya tinggi, bisa langsung kelihatan. Dari situ, yang aneh, yang berbeda dengan kelompok lain itu diperiksa, dicari penyebabnya apa.

Losses teknis disebabkan kalau pemakaian listrik di satu kawasan itu meningkat. Maka losses yang terjadi di jaringan PLN juga meningkat, karena losses teknis itu bergantung dari besarnya arus listrik yang mengalir di konduktor.

Dan itu berbanding kuadrat, jadi kuadrat kali resistansi. Misalnya, kalau pemakaian naik 2 kali, losses-nya naik 4 kali. Kalau pemakaian naik tiga kali maka lossesnya 9 kali, kalau pemakaian naik 4 kali, losses-nya 16 kali.

Jadi losses teknis itu diatasi dengan memperbesar kapasitas penyalurannya, konduktornya, dan trafonya. Jadi kalau suatu daerah pemakaian listriknya berkembang, konduktornya harus ditarik baru, trafo ditambah, supaya lossesnya kembali ke level normal lagi.

Paling banyak yang mencuri pelanggan golongan mana, apakah rumah tangga?

Industri dan komersil juga. Justru yang paling banyak di komersil, hotel misalnya. Ada hotel yang sampai diboikot sama PLN, gara-gara nyuri. Habis nyuri dia pakai kekerasan, petugas PLN dibacok, sampai hampir putus tangannya. Akhirnya di-blacklist, kami cabut listriknya, tidak dilayani PLN.

Sampai-sampai orang PLN tidak boleh nginep di situ. Dia desperate, sampai beberapa tahun dia minta sambungan, tapi harus pakai diesel. Ya kita ngomong, kalau minta sambungan, bikin iklan minta maaf.

Akhirnya manajemen hotel diganti, manajemen kekerasannya hilang. Mereka bikin iklan minta maaf. Kalau mau berbisnis, jangan seperti itu. Karena hotel kan untungnya banyak, kenapa masih pakai cara kekerasan seperti itu. Hanya satu kasus yang begitu, kasus ini menonjol sekali. (Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya