Sebanyak 21 kantor perwakilan Amerika Serikat di Afrika Utara dan Timur Tengah ditutup sejak Minggu (4/8) hingga Sabtu (10/8) mendatang. Larangan bepergian hingga akhir Agustus juga dikeluarkan bagi WN AS. Departemen Luar Negeri di Washington mengatakan, langkah tersebut demi "kehati-hatian", bukan reaksi atas ancaman baru.
Benarkah demikian?
Baru-baru ini terkuak, sumber pejabat intelijen AS mengungkap latar belakang keputusan AS tersebut: pesan dari pimpinan Al Qaeda, Ayman al-Zawahri -- pengganti Osama Bin Laden -- yang memerintahkan perwakilannya di Yaman untuk melakukan serangan.
Pesan al-Zawahri yang dibuat beberapa minggu lalu awalnya menargetkan kepentingan Yaman -- sebelum meluas ke AS. Pesan tersebut ditujukan kepada al-Wuhayshi, bos Al Qaeda di Jazirah Arab yang berbasis di Yaman.
Aparat intelijen AS meyakini, al-Wuhayshi baru-baru ini ditunjuk sebagai pemimpin nomor 2 Al Qaeda.
Tak hanya AS yang bereaksi. Inggris, Prancis, dan Jerman juga melakukan langkah yang sama, khususnya di Yaman, dengan menutup kedubes dan kantor perwakilan diplomatik lain di Yaman, setidaknya sampai akhir Ramadan.
Sementara komite intelijen di Washington, yang telah mengetahui perihal ancaman tersebut, mengaku, mereka menyadari ada perbincangan intensif soal teror belakangan ini -- yang tertinggi dalam dekade terakhir.
"Ada banyak obrolan soal teroris, yang mengingatkan kita pada masa-masa pra-9/11," kata senator dari Partai Republik, Saxby Chambliss seperti dimuat Al Arabiya, Selasa (6/8/2013). "Akhir Ramadan menjadi waktu yang menarik bagi para teroris, apalagi peringatan serangan 9/11 sudah di depan mata."
Chambliss menyakini, data intelijen sudah dikumpulkan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) menggunakan kekuatan mereka di luar negeri.
Senada, seorang pejabat AS mengatakan ancaman teror mungkin terkait dengan bulan suci Ramadan bagi kaum Muslim yang akan berakhir pekan ini.
Sabtu lalu, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan, "awal minggu ini presiden menginstruksikan tim keamanan nasional mengambil langkah yang tepat untuk melindungi rakyat AS terkait ancaman yang berasal dari Jazirah Arab."
Sengaja Dirahasiakan?
Seperti dimuat CNN, bahwa keputusan AS dilatarbelakangi pesan bos Qaeda, Ayman al-Zawahri sengaja dirahasiakan, pun oleh media Negeri Paman Sam. Sensitif. "Namun telah karena dilaporkan media lain termasuk New York Times dan McClatchy, CNN kini memutuskan untuk melaporkannya juga."
Dan Yaman menjadi fokus perhatian.
Tiga sumber mengatakan Amerika Serikat memiliki informasi bahwa anggota Al Qaeda di Jazirah Arab berada dalam tahap akhir perencanaan serangan.
Selama akhir pekan, Interpol memperingatkan bahwa Al Qaeda terkait dengan pembobolan penjara pada 23 Juli di Irak, pada 26 Juli di Libya, dan empat hari kemudian di Pakistan.
Secara terpisah, pasukan khusus Amerika unit di luar negeri telah disiagakan selama beberapa hari terakhir dalam misi untuk menyerang target Al Qaeda potensial --jika mereka yang berada di balik ancaman teror terbaru terhadap kepentingan AS dapat diidentifikasi.
Pejabat itu menolak untuk mengidentifikasi unit atau lokasi mereka karena sifat sensitif dari informasi tersebut. (Ein/Yus)
Benarkah demikian?
Baru-baru ini terkuak, sumber pejabat intelijen AS mengungkap latar belakang keputusan AS tersebut: pesan dari pimpinan Al Qaeda, Ayman al-Zawahri -- pengganti Osama Bin Laden -- yang memerintahkan perwakilannya di Yaman untuk melakukan serangan.
Pesan al-Zawahri yang dibuat beberapa minggu lalu awalnya menargetkan kepentingan Yaman -- sebelum meluas ke AS. Pesan tersebut ditujukan kepada al-Wuhayshi, bos Al Qaeda di Jazirah Arab yang berbasis di Yaman.
Aparat intelijen AS meyakini, al-Wuhayshi baru-baru ini ditunjuk sebagai pemimpin nomor 2 Al Qaeda.
Tak hanya AS yang bereaksi. Inggris, Prancis, dan Jerman juga melakukan langkah yang sama, khususnya di Yaman, dengan menutup kedubes dan kantor perwakilan diplomatik lain di Yaman, setidaknya sampai akhir Ramadan.
Sementara komite intelijen di Washington, yang telah mengetahui perihal ancaman tersebut, mengaku, mereka menyadari ada perbincangan intensif soal teror belakangan ini -- yang tertinggi dalam dekade terakhir.
"Ada banyak obrolan soal teroris, yang mengingatkan kita pada masa-masa pra-9/11," kata senator dari Partai Republik, Saxby Chambliss seperti dimuat Al Arabiya, Selasa (6/8/2013). "Akhir Ramadan menjadi waktu yang menarik bagi para teroris, apalagi peringatan serangan 9/11 sudah di depan mata."
Chambliss menyakini, data intelijen sudah dikumpulkan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) menggunakan kekuatan mereka di luar negeri.
Senada, seorang pejabat AS mengatakan ancaman teror mungkin terkait dengan bulan suci Ramadan bagi kaum Muslim yang akan berakhir pekan ini.
Sabtu lalu, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan, "awal minggu ini presiden menginstruksikan tim keamanan nasional mengambil langkah yang tepat untuk melindungi rakyat AS terkait ancaman yang berasal dari Jazirah Arab."
Sengaja Dirahasiakan?
Seperti dimuat CNN, bahwa keputusan AS dilatarbelakangi pesan bos Qaeda, Ayman al-Zawahri sengaja dirahasiakan, pun oleh media Negeri Paman Sam. Sensitif. "Namun telah karena dilaporkan media lain termasuk New York Times dan McClatchy, CNN kini memutuskan untuk melaporkannya juga."
Dan Yaman menjadi fokus perhatian.
Tiga sumber mengatakan Amerika Serikat memiliki informasi bahwa anggota Al Qaeda di Jazirah Arab berada dalam tahap akhir perencanaan serangan.
Selama akhir pekan, Interpol memperingatkan bahwa Al Qaeda terkait dengan pembobolan penjara pada 23 Juli di Irak, pada 26 Juli di Libya, dan empat hari kemudian di Pakistan.
Secara terpisah, pasukan khusus Amerika unit di luar negeri telah disiagakan selama beberapa hari terakhir dalam misi untuk menyerang target Al Qaeda potensial --jika mereka yang berada di balik ancaman teror terbaru terhadap kepentingan AS dapat diidentifikasi.
Pejabat itu menolak untuk mengidentifikasi unit atau lokasi mereka karena sifat sensitif dari informasi tersebut. (Ein/Yus)