Jasa pengiriman telegram bisa dikatakan menjadi salah satu saksi sejarah bagaimana negara ini berjalan. Itu karena penggunaan telegram ternyata tak sekedar dimanfaatkan masyarakat yang ingin berkirim pesan dengan keluarga dan koleganya, tapi lebih jauh hingga urusan politik, ekonomi dan sosial.
Mantan Direktur Utama PT Telkom periode 1992-1996, Setyanto P Santosa, mengaku memiliki kesan tersendiri tentang jasa pengiriman telegram ini.
Bukan yang berurusan dengan kehidupan pribadinya, tapi kelihaian salah satu pimpinan negara ini memainkan dengan baik jasa pengiriman telegram.
Hal itu terjadi ketika masa pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Presiden kedua RI ini banyak memanfaatkan jasa pengiriman telegram untuk mendapatkan informasi perkembangan di Indonesia.
"Kenangan saya saat itu bagaimana pemerintah memanfaatkan layanan ini untuk mendapatkan laporan kondisi ekonomi di tingkat kecamatan di seluruh Indonesia," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (6/8/2013).
Telegram Binagraha alias Telebigra namanya.
Pada tahun 1980 sampai 1990-an, Presiden Soeharto secara khusus membentuk tim yang bertugas melaporkan perkembangan kondisi ekonomi Indonesia secara langsung kepada dirinya. Tim ini bernaung di bawah Sekretaris Pengendali Operasional Pembangunan yang dipimpin Letjen Solihin GP.
Di sinilah peran jasa pengiriman telegram bermain. Para staf presiden menyampaikan setiap laporan harga maupun pasokan atau kondisi ekonomi masyarakat di lapangan lewat telegram beberapa hari sebelum Presiden menggelar sidang kabinet dengan para menterinya.
"Biasanya pada hari Jumat sepekan sebelum rapat digelar. Isi telegram itu nanti akan menjadi satu laporan," ungkap dia.
Soeharto memang secara spesifik meminta laporan kondisi ekonomi Indonesia sebagai bahan sidang kabinet yang digelar setiap hari Rabu. Laporan ini kemudian akan dicocokkan dengan laporan para menteri bawahannya.
Hal ini yang diakui Setyanto membuat dirinya terkesan tentang pemanfaatan jasa telegram.
"Saya pikir waktu itu hebat juga dulu zaman soeharto ada telegram Bina Graha yang bisa mendapatkan laporan detail tentang kondisi ekonomi dan kemudian data ini dijadikan bahan untuk membuat kebijakan agar tidak meleset karena berdasarkan fakta," tutur dia.
Dia pun berharap cara di era Soeharto ini bisa ditiru, bagaimana mendapatkan kepastian kondisi ekonomi masyarakat meski jika tidak dengan telegram tetapi mungkin dengan teknologi yang lebih canggih. (Nur)
Mantan Direktur Utama PT Telkom periode 1992-1996, Setyanto P Santosa, mengaku memiliki kesan tersendiri tentang jasa pengiriman telegram ini.
Bukan yang berurusan dengan kehidupan pribadinya, tapi kelihaian salah satu pimpinan negara ini memainkan dengan baik jasa pengiriman telegram.
Hal itu terjadi ketika masa pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Presiden kedua RI ini banyak memanfaatkan jasa pengiriman telegram untuk mendapatkan informasi perkembangan di Indonesia.
"Kenangan saya saat itu bagaimana pemerintah memanfaatkan layanan ini untuk mendapatkan laporan kondisi ekonomi di tingkat kecamatan di seluruh Indonesia," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (6/8/2013).
Telegram Binagraha alias Telebigra namanya.
Pada tahun 1980 sampai 1990-an, Presiden Soeharto secara khusus membentuk tim yang bertugas melaporkan perkembangan kondisi ekonomi Indonesia secara langsung kepada dirinya. Tim ini bernaung di bawah Sekretaris Pengendali Operasional Pembangunan yang dipimpin Letjen Solihin GP.
Di sinilah peran jasa pengiriman telegram bermain. Para staf presiden menyampaikan setiap laporan harga maupun pasokan atau kondisi ekonomi masyarakat di lapangan lewat telegram beberapa hari sebelum Presiden menggelar sidang kabinet dengan para menterinya.
"Biasanya pada hari Jumat sepekan sebelum rapat digelar. Isi telegram itu nanti akan menjadi satu laporan," ungkap dia.
Soeharto memang secara spesifik meminta laporan kondisi ekonomi Indonesia sebagai bahan sidang kabinet yang digelar setiap hari Rabu. Laporan ini kemudian akan dicocokkan dengan laporan para menteri bawahannya.
Hal ini yang diakui Setyanto membuat dirinya terkesan tentang pemanfaatan jasa telegram.
"Saya pikir waktu itu hebat juga dulu zaman soeharto ada telegram Bina Graha yang bisa mendapatkan laporan detail tentang kondisi ekonomi dan kemudian data ini dijadikan bahan untuk membuat kebijakan agar tidak meleset karena berdasarkan fakta," tutur dia.
Dia pun berharap cara di era Soeharto ini bisa ditiru, bagaimana mendapatkan kepastian kondisi ekonomi masyarakat meski jika tidak dengan telegram tetapi mungkin dengan teknologi yang lebih canggih. (Nur)