Nama L'Arc-en-Ciel tentunya sudah tidak asing lagi di mata dan telinga pendengar musik Jepang. Berkat eksistensinya di dunia musik, banyak pendengar umum di seluruh dunia yang akhirnya beralih menikmati musik-musik dari grup-grup lain asal Negeri Sakura.
Pertama kali muncul pada 1991, L'Arc-en-Ciel dimotori oleh bassis Tetsuya yang kemudian dikenal sebagai Tetsu (sekarang kembali menjadi Tetsuya). Demi membuat sebuah band yang bisa digandrungi, Tetsu pun mengajak seorang vokalis dari salah satu band yang pernah dilihatnya di suatu konser.
Adalah Hyde yang menjadi sorotan Tetsu untuk bisa bergabung bersamanya kala itu. Akhirnya, mereka pun membuat beberapa demo bersama gitaris bernama Hiro dan drummer bernama Pero.
Tetsu pun memberi nama band barunya L'Arc-en-Ciel yang bisa diartikan sebagai 'The Rainbow'. Nama tersebut diambil dari bahasa Perancis dimana saat itu istilah-istilah dari Negeri Menara Eiffel itu sedang populer.
Merasa kurang cocok, Hiro dan Pero keluar. Akhirnya muncullah Ken, gitaris yang rela mengorbankan kuliah arsiteknya demi serius berkiprah di dunia musik. Posisi drum pun diambil oleh Sakura yang penampilannya cukup membuat para wanita terbius.
Akhirnya, sebuah album indie bertajuk 'Dune' pun dirilis pada 1993. Selama mempromosikannya, mereka sukses menggandeng Sony Music Jepang untuk bisa rekaman bersama.
Mengisi karya kedua, album 'Tierra' diluncurkan pada 1994 dan menghasilkan hits besar seperti 'Blurry Eyes'. Penggarapan dilanjutkan di tahun berikutnya saat mereka merilis 'Heavenly' dimana nuansa pop rock yang sangat khas mengalun dalam lagu-lagu seperti 'Vivid Colors' dan Natsu no Yuutsu.
Pada awal kariernya tersebut, keempatnya memilih untuk berdandan feminim karena pada saat itu memang warna visual kei mulai digandrungi di Jepang. Mitos 'berdandan cantik, album laris' di permusikan Jepang pun turut dijalankan oleh L'Arc-en-Ciel.
Namun ketika album bertajuk 'True' (1996) dirilis, perlahan mereka mulai menghapus imej feminim di setiap penampilannya. Malahan, penjualan album mereka cukup meningkat.
Melalui lagu-lagu seperti 'Flower', 'Lies and Truth', dan 'The Fourth Avenue Cafe', L'Arc-en-Ciel sukses menarik lebih banyak penggemar di negaranya sendiri.
Sayang, pada 1997 Sakura terlibat penggunaan Narkoba hingga ia dipenjara. Sakura pun akhirnya mengundurkan diri dari band, dan posisi drum pun sempat kosong melompong.
Di saat itulah, seluruh sisa personel yang ada merekrut Yukihiro sebagai drummer baru. Meski belum resmi dianggap sebagai anggota, namun ia sudah membantu rampungnya penggarapan lagu 'Niji' dan album 'Heart' pada 1998.
Setelah album rampung, barulah Yukihiro masuk sebagai personel L'Arc-en-Ciel. Hal itu juga bisa dilihat dalam beberapa konser dan videoklip dimana Yukihiro selalu tampil dan muncul dalam porsinya sebagai personel tetap.
Dirilisnya album 'Ark' dan 'Ray' pada 1999 secara bersamaan, menjadi salah satu puncak kejayaan mereka. Melalui tembang seperti 'Dive to Blue', 'Heaven's Drive', 'Driver High', dan 'Honey', nama mereka pun mulai bergaung di permusikan internasional.
Dari situlah muncul istilah Laruku yang diadaptasi dari pengejaan 'Raruku' oleh penggemar Jepang dimana ejaan tersebut berasal dari julukan singkat untuk band ini, yaitu 'L'Arc'.
Album garapan berikutnya adalah 'Real' yang menelurkan beberapa hits seperti 'Stay Away', 'Neo Universe', dan 'Love Flies'. Dalam album ini, tampak sisi maskulin mereka mulai ditonjolkan.
Melanjutkan kiprahnya di kalangan pecinta musik internasional, L'Arc-en-Ciel pun merilis 'Clicked Singles Best 13' pada 2001 yang merupakan album kompilasi pertama mereka.
Lagu-lagu di dalam album tersebut merupakan pilihan fans yang diambil dari polling via internet dan langsung dilempar ke pasar internasional tak lama setelah rilis di negara asalnya.
Setelah itu, mereka pun vakum untuk waktu yang cukup lama karena masing-masing personel sibuk bersolo karier serta membuat proyek sendiri-sendiri. Hingga akhirnya pada 2004, Tetsu dan kawan-kawan merilis album 'Smile'.
Smile menjadi album regular L'Arc-en-Ciel yang pertama kali dirilis secara internasional. Melalui tembang-tembang seperti 'Ready Steady Go' dan 'Hitomi no Juunin', mereka sukses memuaskan fans.
Album tersebut makin melambungkan namanya di seluruh belahan dunia. Bahkan, pendengar awam pun mulai mengenal karya-karya keempat pria itu semenjak perilisan album ini.
Selanjutnya, album-album seperti 'Awake', 'Kiss', dan 'Butterfly' makin memuaskan dahaga para fans. Ditambah lagi, pada 2012 lalu, L'Arc-en-Ciel menyelenggarakan tur dunia dimana Indonesia menjadi salah satu negara yang mereka singgahi.
Kini, nama L'Arc-en Ciel masih tetap disegani di kancah permusikan Jepang. Para fans terus berharap supaya Hyde, Tetsuya, Ken, dan Yukihiro menciptakan karya-karya terbaru tanpa pudar dimakan waktu.(Rul)
Pertama kali muncul pada 1991, L'Arc-en-Ciel dimotori oleh bassis Tetsuya yang kemudian dikenal sebagai Tetsu (sekarang kembali menjadi Tetsuya). Demi membuat sebuah band yang bisa digandrungi, Tetsu pun mengajak seorang vokalis dari salah satu band yang pernah dilihatnya di suatu konser.
Adalah Hyde yang menjadi sorotan Tetsu untuk bisa bergabung bersamanya kala itu. Akhirnya, mereka pun membuat beberapa demo bersama gitaris bernama Hiro dan drummer bernama Pero.
Tetsu pun memberi nama band barunya L'Arc-en-Ciel yang bisa diartikan sebagai 'The Rainbow'. Nama tersebut diambil dari bahasa Perancis dimana saat itu istilah-istilah dari Negeri Menara Eiffel itu sedang populer.
Merasa kurang cocok, Hiro dan Pero keluar. Akhirnya muncullah Ken, gitaris yang rela mengorbankan kuliah arsiteknya demi serius berkiprah di dunia musik. Posisi drum pun diambil oleh Sakura yang penampilannya cukup membuat para wanita terbius.
Akhirnya, sebuah album indie bertajuk 'Dune' pun dirilis pada 1993. Selama mempromosikannya, mereka sukses menggandeng Sony Music Jepang untuk bisa rekaman bersama.
Mengisi karya kedua, album 'Tierra' diluncurkan pada 1994 dan menghasilkan hits besar seperti 'Blurry Eyes'. Penggarapan dilanjutkan di tahun berikutnya saat mereka merilis 'Heavenly' dimana nuansa pop rock yang sangat khas mengalun dalam lagu-lagu seperti 'Vivid Colors' dan Natsu no Yuutsu.
Pada awal kariernya tersebut, keempatnya memilih untuk berdandan feminim karena pada saat itu memang warna visual kei mulai digandrungi di Jepang. Mitos 'berdandan cantik, album laris' di permusikan Jepang pun turut dijalankan oleh L'Arc-en-Ciel.
Namun ketika album bertajuk 'True' (1996) dirilis, perlahan mereka mulai menghapus imej feminim di setiap penampilannya. Malahan, penjualan album mereka cukup meningkat.
Melalui lagu-lagu seperti 'Flower', 'Lies and Truth', dan 'The Fourth Avenue Cafe', L'Arc-en-Ciel sukses menarik lebih banyak penggemar di negaranya sendiri.
Sayang, pada 1997 Sakura terlibat penggunaan Narkoba hingga ia dipenjara. Sakura pun akhirnya mengundurkan diri dari band, dan posisi drum pun sempat kosong melompong.
Di saat itulah, seluruh sisa personel yang ada merekrut Yukihiro sebagai drummer baru. Meski belum resmi dianggap sebagai anggota, namun ia sudah membantu rampungnya penggarapan lagu 'Niji' dan album 'Heart' pada 1998.
Setelah album rampung, barulah Yukihiro masuk sebagai personel L'Arc-en-Ciel. Hal itu juga bisa dilihat dalam beberapa konser dan videoklip dimana Yukihiro selalu tampil dan muncul dalam porsinya sebagai personel tetap.
Dirilisnya album 'Ark' dan 'Ray' pada 1999 secara bersamaan, menjadi salah satu puncak kejayaan mereka. Melalui tembang seperti 'Dive to Blue', 'Heaven's Drive', 'Driver High', dan 'Honey', nama mereka pun mulai bergaung di permusikan internasional.
Dari situlah muncul istilah Laruku yang diadaptasi dari pengejaan 'Raruku' oleh penggemar Jepang dimana ejaan tersebut berasal dari julukan singkat untuk band ini, yaitu 'L'Arc'.
Album garapan berikutnya adalah 'Real' yang menelurkan beberapa hits seperti 'Stay Away', 'Neo Universe', dan 'Love Flies'. Dalam album ini, tampak sisi maskulin mereka mulai ditonjolkan.
Melanjutkan kiprahnya di kalangan pecinta musik internasional, L'Arc-en-Ciel pun merilis 'Clicked Singles Best 13' pada 2001 yang merupakan album kompilasi pertama mereka.
Lagu-lagu di dalam album tersebut merupakan pilihan fans yang diambil dari polling via internet dan langsung dilempar ke pasar internasional tak lama setelah rilis di negara asalnya.
Setelah itu, mereka pun vakum untuk waktu yang cukup lama karena masing-masing personel sibuk bersolo karier serta membuat proyek sendiri-sendiri. Hingga akhirnya pada 2004, Tetsu dan kawan-kawan merilis album 'Smile'.
Smile menjadi album regular L'Arc-en-Ciel yang pertama kali dirilis secara internasional. Melalui tembang-tembang seperti 'Ready Steady Go' dan 'Hitomi no Juunin', mereka sukses memuaskan fans.
Album tersebut makin melambungkan namanya di seluruh belahan dunia. Bahkan, pendengar awam pun mulai mengenal karya-karya keempat pria itu semenjak perilisan album ini.
Selanjutnya, album-album seperti 'Awake', 'Kiss', dan 'Butterfly' makin memuaskan dahaga para fans. Ditambah lagi, pada 2012 lalu, L'Arc-en-Ciel menyelenggarakan tur dunia dimana Indonesia menjadi salah satu negara yang mereka singgahi.
Kini, nama L'Arc-en Ciel masih tetap disegani di kancah permusikan Jepang. Para fans terus berharap supaya Hyde, Tetsuya, Ken, dan Yukihiro menciptakan karya-karya terbaru tanpa pudar dimakan waktu.(Rul)