Juni lalu, Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg menyamar sebagai sopir taksi di Oslo sebagai bentuk blusukan. Stoltenberg mengaku ingin mendengar langsung suara pemilih Norwegia yang mengutarakan pendapatnya secara jujur di taksi.
Ditanya apakah berpikir untuk mengikuti metode 'blusukan' PM Norwegia itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menjawab, ia tidak perlu melakukan hal yang sama karena 'blusukan' telah ia terapkan sejak dulu dan merupakan hobinya.
"Ngikuti apa? Lah, duluan saya blusukannya kok. Hehehe," kata Jokowi itu di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (13/8/2013).
Politisi PDIP itu menilai penyamaran PM Norwegia tersebut merupakan tindakan yang cukup baik. Bahkan jika dia dapat mengetahui imajinasi harapan warga akan kotanya akan menjadi sesuatu yang luar biasa.
"O ya bagus dong. Artinya gini loh, jadi apapun lah, mau jadi sopir taksi, mau jadi sopir kopaja atau bajaj, nggak masalah. Intinya apa? Bisa mendengarkan langsung suara rakyat seperti apa. Kehendak rakyat seperti apa. Mungkin juga imajinasi masyarakat harus kita ngerti. Itu luar biasa kalau seperti itu," ujar Jokowi.
Bahkan walaupun tindakan menyamar sebagai sopir taksi itu untuk mendukung pencalonan Stoltenberg kembali, Jokowi menganggap hal itu adalah sesuatu yang wajar dan bahkan perlu. Sebab, untuk melakukan kampanye seorang calon pemimpin harus memahami lebih dulu keinginan-keinginan masyarakatnya.
"Oh, dia mungkin ingin membuat sebuah kampanye, yah harus ngerti keinginan dong. Kalau nggak ngerti, gimana dia mau kampanye? Ya baguslah, cara mendengar langsung seperti itu saya kira sangat bagus," kata mantan walikota Surakarta itu. (Ary)
Ditanya apakah berpikir untuk mengikuti metode 'blusukan' PM Norwegia itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menjawab, ia tidak perlu melakukan hal yang sama karena 'blusukan' telah ia terapkan sejak dulu dan merupakan hobinya.
"Ngikuti apa? Lah, duluan saya blusukannya kok. Hehehe," kata Jokowi itu di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (13/8/2013).
Politisi PDIP itu menilai penyamaran PM Norwegia tersebut merupakan tindakan yang cukup baik. Bahkan jika dia dapat mengetahui imajinasi harapan warga akan kotanya akan menjadi sesuatu yang luar biasa.
"O ya bagus dong. Artinya gini loh, jadi apapun lah, mau jadi sopir taksi, mau jadi sopir kopaja atau bajaj, nggak masalah. Intinya apa? Bisa mendengarkan langsung suara rakyat seperti apa. Kehendak rakyat seperti apa. Mungkin juga imajinasi masyarakat harus kita ngerti. Itu luar biasa kalau seperti itu," ujar Jokowi.
Bahkan walaupun tindakan menyamar sebagai sopir taksi itu untuk mendukung pencalonan Stoltenberg kembali, Jokowi menganggap hal itu adalah sesuatu yang wajar dan bahkan perlu. Sebab, untuk melakukan kampanye seorang calon pemimpin harus memahami lebih dulu keinginan-keinginan masyarakatnya.
"Oh, dia mungkin ingin membuat sebuah kampanye, yah harus ngerti keinginan dong. Kalau nggak ngerti, gimana dia mau kampanye? Ya baguslah, cara mendengar langsung seperti itu saya kira sangat bagus," kata mantan walikota Surakarta itu. (Ary)