Untuk meredam berbagai aksi penolakan terhadap pemerintah di situs jejaring sosial, Israel merekrut para mahasiswa untuk memposting pesan-pesan bernada pro-Israel di Facebook dan Twitter.
Pemerintah Israel mengincar para mahasiswa karena banyak di antara mereka yang bekerja paruh waktu untuk mencari tambahan uang. Para mahasiswa ini diperbolehkan mengungkap status apakah mereka bekerja untuk pemerintah atau tidak.
"Ini adalah proyek inovatif yang bertujuan untuk memperkuat diplomasi nasional Israel dan proses adaptasi terhadap perubahan konsumsi informasi," demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor perdana menteri Israel, yang dilansir Associated Press dan dikutip dari Cnet, Jumat (16/8/2013).
Pesan yang diposting harus fokus pada pesan yang memerangi anti-semitisme dan anti-boikot terhadap Israel. Sejumlah siswa juga direkrut untuk menjadi bagian dari program ini dan dijanjikan akan mendapatkan beasiswa universitas secara penuh atau parsial, dengan anggaran mulai dari $778.000 yang sengaja disisihkan pemerintah khusus untuk proyek ini.
Di lain sisi, banyak pihak yang takut terhadap langkah yang dilakukan Israel tersebut. Mereka khawatir pemerintah Israel akan menggiring mereka ke sentimen negatif anti-Palestina.
Seperti diketahui, Israel selama ini dikenal rajin berkicau di sosial media. Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) di negara itu cukup aktif di Twitter dan Facebook. Pada November 2012, IDF pernah menggunakan Twitter untuk live-tweet tentang pertempuran melawan pejuang Hamas Palestina.
Namun gara-gara sosial media mereka juga pernah dipermalukan. Beberapa video skandal tentara diposting ke YouTube dan juga memposting foto pelecehan terhadap warga Palestina ke Facebook. Pada bulan Juni lalu, IDF melarang beberapa prajuritnya yang berpangkat tinggi untuk menggunakan layanan jejaring sosial. Alasannya karena rahasia militer bisa bocor melalui situs media sosial.
Strategi memanfaatkan mahasiswa untuk memposting pesan bernada pro-Israel di media sosial rencananya akan dimulai dalam beberapa bulan ke depan. (dew)
Pemerintah Israel mengincar para mahasiswa karena banyak di antara mereka yang bekerja paruh waktu untuk mencari tambahan uang. Para mahasiswa ini diperbolehkan mengungkap status apakah mereka bekerja untuk pemerintah atau tidak.
"Ini adalah proyek inovatif yang bertujuan untuk memperkuat diplomasi nasional Israel dan proses adaptasi terhadap perubahan konsumsi informasi," demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor perdana menteri Israel, yang dilansir Associated Press dan dikutip dari Cnet, Jumat (16/8/2013).
Pesan yang diposting harus fokus pada pesan yang memerangi anti-semitisme dan anti-boikot terhadap Israel. Sejumlah siswa juga direkrut untuk menjadi bagian dari program ini dan dijanjikan akan mendapatkan beasiswa universitas secara penuh atau parsial, dengan anggaran mulai dari $778.000 yang sengaja disisihkan pemerintah khusus untuk proyek ini.
Di lain sisi, banyak pihak yang takut terhadap langkah yang dilakukan Israel tersebut. Mereka khawatir pemerintah Israel akan menggiring mereka ke sentimen negatif anti-Palestina.
Seperti diketahui, Israel selama ini dikenal rajin berkicau di sosial media. Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) di negara itu cukup aktif di Twitter dan Facebook. Pada November 2012, IDF pernah menggunakan Twitter untuk live-tweet tentang pertempuran melawan pejuang Hamas Palestina.
Namun gara-gara sosial media mereka juga pernah dipermalukan. Beberapa video skandal tentara diposting ke YouTube dan juga memposting foto pelecehan terhadap warga Palestina ke Facebook. Pada bulan Juni lalu, IDF melarang beberapa prajuritnya yang berpangkat tinggi untuk menggunakan layanan jejaring sosial. Alasannya karena rahasia militer bisa bocor melalui situs media sosial.
Strategi memanfaatkan mahasiswa untuk memposting pesan bernada pro-Israel di media sosial rencananya akan dimulai dalam beberapa bulan ke depan. (dew)