[VIDEO] Demi Sekolah, Anak-anak di Maluku Lewati Laut-Hutan

Di pesisir pulau di Kabupaten Aru, Maluku, untuk bisa sekolah mereka rela melewati lautan dan hutan.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Agu 2013, 17:37 WIB
Perjalanan waktu selama 68 tahun sejak kemerdekaan Indonesia, telah membawa negeri ini meraih berbagai kemajuan. Gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi wajah Ibukota, seakan menggambarkan tingginya pencapaian suatu negeri. Namun di sudut lain nusantara, dunia pendidikan seakan terlambat bergerak.

Di pesisir pulau di Kabupaten Aru, Maluku, yang ada hanya sunyi. Tak ada gemuruh laju pembangunan. Bahkan di tempat ini tidak ada sekolah. Namun anak-anak ini tak pernah menyerah. Kilas Indonesia dalam tayangan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (17/8/2013), walau harus melewati perjalanan laut sejauh 10 kilometer dan melewati hutan sejauh 3 kilometer, mereka tetap berusaha untuk bisa sekolah.

Setiap pagi buta, tangan-tangan kecil ini sudah mendayung sampan untuk menuju sekolah. Perjalanan yang cukup jauh itu harus ditempuh dengan berbagai risiko, seperti gelombang tinggi dan hujan badai.

Setibanya di darat, perjalanan masih belum usai. Dengan beriringan, mereka berjalan kaki membelah hutan sejauh 3 kilometer. Risiko serangan binatang buas setiap saat mengancam. Setelah melewati perjalanan jauh, mereka pun sampai di sekolah yang sangat sederhana.

Nasib pelajar di Kabupaten Aru sangat kontras dibanding anak-anak di perkotaan. Anak-anak di Ibukota sangat beruntung bisa mendapatkan banyak pilihan untuk melanjutkan pendidikan. Dengan sistem online, mereka tinggal menentukan pilihan disesuaikan dengan kemampuan akademis. Pola pendidikan yang berbeda tentu menghasilkan kualitas yang berbeda.

Potret Pendidikan

Potret buram pendidikan antara lain tergambar di SD Inpres Gudang Arang, Merauke, Papua. Jangan harap anak-anak tersebut memiliki kemampuan akademis seperti di daerah lain. Bahkan di sekolah ini, murid kelas III pun belum bisa membaca.

Mery, yang baru saja naik ke kelas III adalah salah satu pelajar yang belum bisa membaca. Ketika disodori buku, Mery kesulitan mengikuti cerita yang ada di buku.

Namun lihatlah pelajar SD Theresia, Menteng, Jakarta Pusat ini. Meski masih duduk di bangku kelas I, para pelajar ini sudah pandai membaca, bahkan mampu menjalankan program komputer. Sebagai sesama anak Indonesia, pelajar di Jakarta ini jauh lebih beruntung dibanding saudara-saudaranya di Papua.

Kesempatan anak-anak di Jakarta dan di pedalaman, memang tidak akan sama. Namun jarak kesenjangan yang terlalu jauh, adalah 'PR' besar yang harus diselesaikan negeri yang sudah berusia 68 tahun ini. Karena di daerah mana pun anak-anak Indonesia berada, mereka adalah pemilik negeri ini dan mempunyai hak pendidikan yang sama. (Frd)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya