Sebanyak 50 orang mahasiswa baru yang diterima lewat jalur Bidikmisi di Universitas Negeri Malang (UM), Jawa Timur, didiskualifikasi karena dinilai tidak layak menerima beasiswa bagi warga kurang mampu tersebut.
Pembantu Rektor I UM, Profesor Hendyat Soetopo, di Malang, Minggu (18/8/2013, mengakui data yang dimasukkan ke panitia tidak sama dengan kondisi di lapangan. Siswa yang diterima ternyata tergolong mampu sehingga dicoret dari penerima beasiswa Bidikmisi.
"Setelah kami lakukan survei ke lapangan, ternyata golongan ekonomi orangtua mereka lebih dari cukup, bahkan ada yang memiliki perusahaan sendiri," tegas Hendyat.
Menyinggung sanksi bagi mereka yang telah memanipulasi data tersebut, Hendyat mengatakan mereka tetap diperkenankan kuliah di UM tetapi membayar seperti mahasiswa reguler lainnya dengan sistem uang kuliah tunggal (UKT) yang telah ditetapkan.
Kendati demikian, kata Hendyat, pihaknya masih akan menelusuri terkait dengan data yang dimasukkan tersebut, apakah ada unsur kesengajaan atau tidak. Jika ada faktor kesengajaan, pasti akan diberikan sanksi tegas, termasuk mahasiswa yang diterima lewat jalur seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Apalagi, lanjut dia, untuk jalur SNMPTN yang didaftarkan melalui sekolah. Jika terbukti memanipulasi data, pihak sekolah bersangkutan akan diberikan sanksi selama satu tahun, sekolah bersangkutan tidak bisa mengikuti SNMPTN.
Sanksi tersebut, kata dia, juga berlaku di seluruh perguruan tinggi negeri (PTN) di Tanah Air untuk memberikan efek jera bagi sekolah. Sebab, masih banyak siswa yang benar-benar membutuhkan beasiswa Bidikmisi.
"Asal sekolah mahasiswa baru yang dicoret ini tidak perlu dipublikasikan sebab akan mengganggu kehidupan sosial mereka. Apalagi mereka kan masih tetap kuliah di UM seperti mahasiswa reguler lainnya," kata Hendyat menandaskan.
Sebelumnya, Universitas Brawijaya, Malang, juga mencoret puluhan mahasiswa baru yang diterima melalui jalur Bidikmisi karena setelah dilakukan survei (kunjungan ke rumah), ternyata mereka tergolong mampu secara ekonomi. (Ant/Ado)
Pembantu Rektor I UM, Profesor Hendyat Soetopo, di Malang, Minggu (18/8/2013, mengakui data yang dimasukkan ke panitia tidak sama dengan kondisi di lapangan. Siswa yang diterima ternyata tergolong mampu sehingga dicoret dari penerima beasiswa Bidikmisi.
"Setelah kami lakukan survei ke lapangan, ternyata golongan ekonomi orangtua mereka lebih dari cukup, bahkan ada yang memiliki perusahaan sendiri," tegas Hendyat.
Menyinggung sanksi bagi mereka yang telah memanipulasi data tersebut, Hendyat mengatakan mereka tetap diperkenankan kuliah di UM tetapi membayar seperti mahasiswa reguler lainnya dengan sistem uang kuliah tunggal (UKT) yang telah ditetapkan.
Kendati demikian, kata Hendyat, pihaknya masih akan menelusuri terkait dengan data yang dimasukkan tersebut, apakah ada unsur kesengajaan atau tidak. Jika ada faktor kesengajaan, pasti akan diberikan sanksi tegas, termasuk mahasiswa yang diterima lewat jalur seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Apalagi, lanjut dia, untuk jalur SNMPTN yang didaftarkan melalui sekolah. Jika terbukti memanipulasi data, pihak sekolah bersangkutan akan diberikan sanksi selama satu tahun, sekolah bersangkutan tidak bisa mengikuti SNMPTN.
Sanksi tersebut, kata dia, juga berlaku di seluruh perguruan tinggi negeri (PTN) di Tanah Air untuk memberikan efek jera bagi sekolah. Sebab, masih banyak siswa yang benar-benar membutuhkan beasiswa Bidikmisi.
"Asal sekolah mahasiswa baru yang dicoret ini tidak perlu dipublikasikan sebab akan mengganggu kehidupan sosial mereka. Apalagi mereka kan masih tetap kuliah di UM seperti mahasiswa reguler lainnya," kata Hendyat menandaskan.
Sebelumnya, Universitas Brawijaya, Malang, juga mencoret puluhan mahasiswa baru yang diterima melalui jalur Bidikmisi karena setelah dilakukan survei (kunjungan ke rumah), ternyata mereka tergolong mampu secara ekonomi. (Ant/Ado)