Pengusaha Baja Kelimpungan Hadapi Rupiah yang Kolaps

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) meminta pemerintah bisa segera menstabilkan nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap mata dolar AS.

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 19 Agu 2013, 17:55 WIB
Pengusaha baja, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) meminta pemerintah bisa segera menstabilkan nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Pasalnya, bahan baku baja yang diperoleh kebanyakan dipasok dari impor.

Presiden Direktur PT Krakatau Steel, Irvan Kamil Hakim mengatakan, perubahan  nilai tukar rupiah yang terus berfluktuasi sangat mempengaruhi industri baja nasional.

"Permintaan baja sampai akhir tahun mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk itu, pemerintah harus bisa menstabilkan nilai tukar rupiah, sehingga kami membeli bahan baku baja dengan harga yang cukup tinggi," kata Irvan di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (19/8/2013).

Menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah membuat pengusaha baja membatasi impor bahan baku baja. Nilai tukar yang tetap yang dinanti pengusaha, meski nilai tukar rupiah berada di level Rp 10.200 per dolar AS.

Dia mengatakan kalaupun nilai tukar rupiah terus fluktuatif, pihaknya harus mencari titik keseimbangan lagi pada saat akan berproduksi.

"Kalau rupiah terus menerus mengalami fluktuatif, turun dan naik, saya harus menyesuaikan lagi, terpaksa semua yang berkenaan dengan produksi baja harus dikoreksi ulang. Kalau rupiah stabil, saya tidak mengkhawatirkan keadaan tersebut," tutur dia.

Ketika ditanya harga jual baja, Irvan menjelaskan, harga baja dunia tergantung kondisi ekonomi China. Kalaupun pertumbuhan ekonomi china turun, dampaknya kepada penjualan baja.

Jikalau terjadi pertumbuhan ekonomi China mencapai 7,7%-8%, maka pasar baja dunia akan baik.

"Intinya, kalau pertumbuhan ekonomi China turun, maka berimbas pada harga jual baja dan permintaan baja yang ada di dunia. Kalau pertumbuhan ekonomi china mengalami peningkatan, maka dampaknya sangat positif juga untuk negeri ini," tegasnya. (Dis/Nur)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya