Rupiah dan IHSG Ambruk, "Anda Tak Bisa Melawan Pasar"

Kebijakan BI yang menaikkan persyaratan GWM-LDR dianggap telah memicu pelemahan rupiah.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 20 Agu 2013, 11:26 WIB
Pasar keuangan Indonesia semakin mengalami tekanan. Jatuhnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 5,6% merupakan yang terparah sepanjang tahun ini. Sementara itu, kurs rupiah juga terpuruk ke level terendahnya dalam empat tahun terakhir setelah menyentuh level 10.495 per dolar AS.

Seperti dilansir dari CNBC, Selasa (20/8/2013), keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan persyaratan simpanan bagi berbagai bank di tanah air merupakan salah satu faktor yang menekan pasar  saham di dalam negeri. Faktor lainnya adalah banyaknya dana yang ditarik keluar dari negara-negara berkembang. Hal ini akibat kekhawatiran menghadapi persiapan Bank Sentral AS (The Fed) menghentikan kebijakan stimulusnya.

Head of Asia-Pacific Equity Strategy dari HSBC, Herald Van Der Linde memperkirakan ketentuan baru yang dikeluarkan BI tersebut akan menguras dana cukup besar sekitar US$ 5 miliar dari pasar tersebut.

"Inflasi merupakan persoalan besar karena pemerintah Indonesia telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Negara ini harus mencoba mengendalikan likuiditas guna menghindari inflasi yang bergerak lebih tinggi," jelasnya.

Dibanding negara tetangga, Indonesia juga tercatat memiliki ketergantungan sangat tinggi pada arus kas masuk yang didominasi investasi asing. Akhir pekan lalu, BI mengumumkan defisit transaksi berjalan membengkak menjadi 4,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II. Sebelumnya di kuartal I, jumlah defisit transaksi berjalan hanya 2,4% dari PDB.

Pemerintah telah melakukan banyak intervensi guna mendorong nilai tukar rupiah yang melemah di atas 10.000 per dolar AS.  Saat ini, rupiah kian melemah mengingat para pembuat kebijakan justru mengatakan mata uang tersebut bukan fokus utama negara.

"Ada hujan ada banjir," ujar Kepala Riset di CIMB Song Seng Wun.

Wun mengatakan, saat ini tak banyak yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia. "Pelajaran dari krisis keuangan beberapa tahun lalu adalah Anda tak bisa melawan pasar," ujarnya.

Pendapat senada disampaikan Kepala Strategi Riset Non-Japan Asia di RSB, Sanjay Mathur. Menurutnya persoalan anjloknya nilai mata uang dan saham Indonesia akan sulit diatasi. "Jika tak ada kebijakan yang mengatasinya, pasar-pasar di Indonesia akan terus mengalami penurunan," tegasnya.

Mathur memperkirakan rupiah akan mendekati level 11.000 per dolar AS pada akhir September mendatang. "BI harus menaikkan suku bungannya sesegera mungkin," ujar Mathur yang yakin kebijakan tersebut akan membantu menstabilkan mata uang dan membalikkan sentimen negatif.

Van Der Linde menilai, dengan penurunan terkini, nilai tukar rupiah masih terlihat overvalued.  "Pasar Indonesia sebenarnya sedikit lebih mahal daripada pasar lain di wilayah ini. Tapi justru seharusnya karena pasar Indonesia lebih menguntungkan," pungkas Van Der Linde. (Sis/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya