Hilirisasi Mineral Sukses, Rakyat RI Tak Cuma Jadi Kuli Tambang

Inovasi di sektor tambang Indonesia yaitu dengan menerapkan sistem hilirisasi yang dapat meningkatkan derajat sumber daya manusia.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Agu 2013, 20:40 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan dengan diterapkannya hilirisasi pada sumber tambang mineral dapat meningkatkan posisi sumber daya manusia di Indonesia.

Hatta menjelaskan, perekonomian dunia semakin cepat terintervensi transformasinya oleh sains dan teknologi, karena itu inovasi menjadi kata kunci dalam mengembangkan perekonomian. Salah satunya inovasi di sektor tambang Indonesia yaitu dengan menerapkan sistem hilirisasi yang dapat meningkatkan derajat sumber daya manusia.

"Mulai 2014 nanti tidak ada lagi bahan mentah yang diekspor, kita akan menjadi bodoh memperkerjakan kuli saja, karena itu kita bangun hilirisasi," kata Hatta saat menutup acara pertemuan Diaspora di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Selasa (20/8/2013).

Mega perubahan berikutnya adalah fenomena terintegrasinya perekonomian global 2015. Indonesia akan jadi bagian Masyarakat Ecconomic Asean sehingga Indonesia harus mempersiapkan diri agar tak hanya menjadi basis konsumsi, tapi juga industri.

"Karena negara kita besar rakyatnya besar market-nya besar. Dalam konteks ini 2015 kita kerja keras karena tidak mau kalah, sumber daya manusia ilmu pengetahuan dan teknologi itu kuncinya kalau tidak kuat kalah, tingkat daya saingi bangsa ini bisa kita lakukan dengan kita kerjasama," ungkapnya.

Mega perubahan berikutnya adalah mega economic center gravity menuju asia, Hatta mengungkapkan ini harus dimanfaatkan, karena Indonesia akan masuk dalam pusaran perekonomian dunia.

"Oleh sebab itu Indonesia harus jadi 40% kekuatan Asean, harus jadi motor penggerak, harus jadi negara unggul karena itu manfaatkan dengan baik. Walaupun situasi sekarang sedang sulit akan tetapi Asia termasuk Indonesia akan jadi motor pertumbuhan kita temasuk negara yang mengalami petumbuhan cepat setelah China," pungkasnya. (Pew/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya