Industri Infrastruktur Indonesia Belum Optimalkan Teknologi

"Hingga saat ini para ahli struktur bangunan dan lanskap di Indonesia masih mengandalkan cara-cara manual dalam pekerjaannya".

oleh Adhi Maulana diperbarui 21 Agu 2013, 14:55 WIB

Sekretaris Umum Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia (IAPPI) Hari Nugraha mengatakan, industri infrastruktur di Indonesia masih belum mempraktekan optimalisasi teknologi dalam sistem kerjanya. Atas dasar itulah, IAPPI beserta Tekla, perusahaan digital infrastruktur asal Finlandia mengadakan pelatihan ekosistem kerja berbasis digital.

Program ini ditujukan kepada para precaster (arsitek) dan ahli konstruksi di Indonesia. Para peserta akan dibekali pengetahuan tentang penerapan software BIM (Building Information System) yang dikembangkan oleh Tekla. BIM sendiri merupakan program komputasi yang dapat mengakomodasi berbagai solusi struktur bangunan serta desain konstruksi.

"Hingga saat ini para ahli struktur bangunan dan lanskap di Indonesia masih mengandalkan cara-cara manual dalam pekerjaannya. Proses menggambar konstruksi, perkiraan spesifikasi, hingga proses suplai kebutuhan masih dilakukan secara manual. Dengan BIM, semua itu bisa dilakukan secara komputasi sehingga menghemat waktu, biaya, dan hasil kerja presisi," jelas Hari di acara penandatanganan MoU Tekla dengan IAPPI, di Jakarta, Rabu (21/8/2013).

Sebagai informasi, pada awal Juli 2013 anggota IAPPI dan para ahli dari Tekla telah melakukan pelatihan BIM kepada sejumlah arsitek dan kontraktor di Indonesia untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan sekaligus mempersiapkan mereka untuk menjadi trainer. Nantinya kerjasama program pelatihan ini akan akan berlangsung selama tiga tahun ke depan dan dapat diikuti tanpa pungutan biaya.

Selain itu, program pelatihan ini juga didukung penuh oleh Kementrian Pekerjaan Umum (PU). Pihak Kementrian PU yang diwakili oleh Direktur Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi Badan Pembinaan Konstruksi Mohamad Natsir, berharap untuk ke depannya seluruh pelaku industri infrastruktur di Indonesia menerapkan dukungan teknologi.

"Patut diakui, kita belum punya standarisasi yang jelas di bidang infrastruktur. Banyak proses pembangunan gedung, jalan, dan lansekap kota yang dilakukan secara manual sehingga hasilnya tidak optimal. Untuk ke depannya mudah-mudahan sistem kerja seperti BIM ini bisa menjadi standar industri infrastruktur," kata Natsir. (dhi/dew)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya