Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana mengekspor obat-obatan ke pasar Kazakhstan. Peluang tersebut sangat terbuka lebar mengingat setiap tahunnya negara ini mengimpor obat-obatan hingga US$ 2 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, sektor yang paling potensial untuk digarap BUMN Indonesia adalah farmasi. "Mereka (Kazakhstan) minta obat-obatan senilai US$ 2 miliar per tahun. BUMN mau masuk ke sana," ucap dia saat ditemui usai Joint Commission Indonesia-Kazakhstan di Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Salah satu perusahaan pelat merah di sektor farmasi yang akan ekspansi ke Kazakhstan, kata Hatta adalah PT Indofarma Tbk. Emiten berkode INAF ini akan mengekspor berbagai jenis obat ke negara tersebut.
Di samping itu, lanjut Hatta, PT Pertamina (Persero) juga menargetkan mengakusisi lapangan minyak dan gas (migas) di Kazakhstan.
"Pertamina akan masuk ke negara itu supaya bisa mendapatkan konsensi migas. Ini dilakukan agar Indonesia bisa memperoleh cadangan minyak lain dan menambah pasokan migas dalam negeri. Sebab produksi minyak di tanah air sudah turun," paparnya.
Meski tidak membeberkan soal lokasi lapangan migas tersebut, Hatta bilang, blok migas itu bukan lagi greenfield (belum berproduksi) melainkan yang sudah berproduksi (brownfield).
"Sedangkan investasi dari Kazakhstan ke Indonesia di bidang pertambangan seperti membangun smelter karena kita kuat di sektor ini. Diharapkan nilai investasi mereka bisa sama dengan Indonesia sekitar US$ 1 miliar," ucap dia.
Joint Commission ini, sambung Hatta, diharapkan bisa mengerek volume perdagangan Indonesia menembus US$ 100 juta pada tahun 2017. "Dari 2008-2012 volume perdagangan terjadi kenaikan dua kali lipat dari US$ 34 juta menjadi US$ 64 juta," pungkas dia. (Fik/Ndw)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, sektor yang paling potensial untuk digarap BUMN Indonesia adalah farmasi. "Mereka (Kazakhstan) minta obat-obatan senilai US$ 2 miliar per tahun. BUMN mau masuk ke sana," ucap dia saat ditemui usai Joint Commission Indonesia-Kazakhstan di Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Salah satu perusahaan pelat merah di sektor farmasi yang akan ekspansi ke Kazakhstan, kata Hatta adalah PT Indofarma Tbk. Emiten berkode INAF ini akan mengekspor berbagai jenis obat ke negara tersebut.
Di samping itu, lanjut Hatta, PT Pertamina (Persero) juga menargetkan mengakusisi lapangan minyak dan gas (migas) di Kazakhstan.
"Pertamina akan masuk ke negara itu supaya bisa mendapatkan konsensi migas. Ini dilakukan agar Indonesia bisa memperoleh cadangan minyak lain dan menambah pasokan migas dalam negeri. Sebab produksi minyak di tanah air sudah turun," paparnya.
Meski tidak membeberkan soal lokasi lapangan migas tersebut, Hatta bilang, blok migas itu bukan lagi greenfield (belum berproduksi) melainkan yang sudah berproduksi (brownfield).
"Sedangkan investasi dari Kazakhstan ke Indonesia di bidang pertambangan seperti membangun smelter karena kita kuat di sektor ini. Diharapkan nilai investasi mereka bisa sama dengan Indonesia sekitar US$ 1 miliar," ucap dia.
Joint Commission ini, sambung Hatta, diharapkan bisa mengerek volume perdagangan Indonesia menembus US$ 100 juta pada tahun 2017. "Dari 2008-2012 volume perdagangan terjadi kenaikan dua kali lipat dari US$ 34 juta menjadi US$ 64 juta," pungkas dia. (Fik/Ndw)