Spesialis jantung kebanyakan menunggu pasiennya bertanya seputar seks. Padahal, dokter sebaiknya menjelaskan seputar seks kepada pasiennya sejak awal agar kehidupan seksualnya terus berlanjut.
Dalam pernyataan konsensus yang dirilis American Heart Association and the European Society of Cardiology disebutkan, pasien jantung akan aman melanjutkan hubungan seksual dengan melakukan pencegahan seperti dikutip Wthitv, Kamis (22/8/2013):
1. Sebelum melanjutkan hubungan seks, pastikan Anda terlibat dengan aktivitas fisik yang cukup seperti berjalan cepat di tangga, tanpa nyeri dada, sesak napas, atau gejala lainnya.
2. Jika aktivitas sedang terlalu berat, hindari hubungan seksual tapi lakukan yang tidak melibatkan hubungan intim. Pelukan atau mencium mungkin oke.
3. Berhubungan seks di tempat yang nyaman, familiar, dan jauhi segala sesuatu yang bisa menambah stres, termasuk perselingkuhan.
4. Katakan ke dokter Anda tentang gejala apapun selama berhubungan seks, termasuk nyeri dada, pusing, atau insomnia sesudahnya.
5. Beberapa posisi mungkin tidak aman. Pasien jantung yang operasi bypass harus menghindari berada di atas dengan posisi misonaris.
Elaine Steinke, seorang peneliti dan profesor keperawatan di Wichita State University di Kansas, menjelaskan, berhubungan seks dengan posisi tegak mungkin lebih mudah bagi pasien gagal jantung, yang gejalanya mencakup sesak napas.
Ruth Westheimer, terapis seks 85 tahun, menjelaskan, ketika berbicara tentang seks dan masalah jantung, kebanyakan pasangan pasien jantung yang takut berhubungan karena berisiko menyebabkan serangan jantung.
"Saya sarankan orang menuliskan pertanyaan mereka dan mengirimkannya ke dokter terlebih dahulu untuk bertemu. Dengan cara itu mereka akan meyakinkan pertanyaan yang akan diajukan dan dokter memiliki waktu untuk menyiapkan jawaban," kata Westheimer.
Sementara Dr Vijay Divakaran, yang merupakan seorang ahli jantung dari Scott & White Hospital di Texas mengatakan, spesial jantung tak pmendapatkan pelatihan formal untuk membahas masalah seks dengan pasiennya.
"Kadang-kadang pasien tidak berbicara tentang hal itu, mereka hanya ke Google, dan ada banyak kesalahpahaman di online, kata Divakaran.
(Mel/*)
Dalam pernyataan konsensus yang dirilis American Heart Association and the European Society of Cardiology disebutkan, pasien jantung akan aman melanjutkan hubungan seksual dengan melakukan pencegahan seperti dikutip Wthitv, Kamis (22/8/2013):
1. Sebelum melanjutkan hubungan seks, pastikan Anda terlibat dengan aktivitas fisik yang cukup seperti berjalan cepat di tangga, tanpa nyeri dada, sesak napas, atau gejala lainnya.
2. Jika aktivitas sedang terlalu berat, hindari hubungan seksual tapi lakukan yang tidak melibatkan hubungan intim. Pelukan atau mencium mungkin oke.
3. Berhubungan seks di tempat yang nyaman, familiar, dan jauhi segala sesuatu yang bisa menambah stres, termasuk perselingkuhan.
4. Katakan ke dokter Anda tentang gejala apapun selama berhubungan seks, termasuk nyeri dada, pusing, atau insomnia sesudahnya.
5. Beberapa posisi mungkin tidak aman. Pasien jantung yang operasi bypass harus menghindari berada di atas dengan posisi misonaris.
Elaine Steinke, seorang peneliti dan profesor keperawatan di Wichita State University di Kansas, menjelaskan, berhubungan seks dengan posisi tegak mungkin lebih mudah bagi pasien gagal jantung, yang gejalanya mencakup sesak napas.
Ruth Westheimer, terapis seks 85 tahun, menjelaskan, ketika berbicara tentang seks dan masalah jantung, kebanyakan pasangan pasien jantung yang takut berhubungan karena berisiko menyebabkan serangan jantung.
"Saya sarankan orang menuliskan pertanyaan mereka dan mengirimkannya ke dokter terlebih dahulu untuk bertemu. Dengan cara itu mereka akan meyakinkan pertanyaan yang akan diajukan dan dokter memiliki waktu untuk menyiapkan jawaban," kata Westheimer.
Sementara Dr Vijay Divakaran, yang merupakan seorang ahli jantung dari Scott & White Hospital di Texas mengatakan, spesial jantung tak pmendapatkan pelatihan formal untuk membahas masalah seks dengan pasiennya.
"Kadang-kadang pasien tidak berbicara tentang hal itu, mereka hanya ke Google, dan ada banyak kesalahpahaman di online, kata Divakaran.
(Mel/*)